Search This Blog

Thursday, April 30, 2020

Conqeror Chocolate 51









***Conqeror Chocolate***

Sejauh mata memandang cinta akan selalu tetap sama. Tidak perduli seberapa banyak dunia telah tersebrangi dan daratan telah ia pijaki, seseorang yang mendamba akan terpuruk ketika cinta telah berpindah. Tidak selamanya hati akan tetap setia. 

Begitu banyak rintangan yang memaksa untuk kalah dan hati akan dengan pasrah menyerah. Seperti kedua manusia ini dimana hanya mata dan hati mereka yang berbicara. Udara sesekali memberi celah namun juga seolah mengerti lalu mengirimkan hujan yang begitu deras. Gemuruh emosi bersahut debuman air di atas atap. Terdengar besar dan curahan kuatnya menyakiti gendang dalam telinga. Ditambah sahutan berlebihan dari sebuah lengkingan diatas awan, membuat sesuatu yang mengganjal di hati semakin menyakiti dan kian membuat pria ini ingin berteriak dengan keras.

 Apa sebenarnya kesalahannya? Dunia seolah berpura-pura buta pada kehidupannya. Bukankah ia adalah yang terluka? Lalu mengapa dunia justru ikut menyudutkannya. Mulai dari satu minggu yang lalu hingga detik ini ia berpijak, semua terasa begitu tolol. Pria ini tidak tahu apa yang tuhan kehendaki dari rasa sakitnya. Setiap kali ia berpikir bahwa mungkin saja ini adalah salah satu kutuk sial dari kakaknya, lelaki ini merasa bodoh diri dan semakin terjerumus masuk. Ia merasa limbung, kacau dan tak berguna. Ada banyak problema yang coba ia kuak dan selesaikan. Meski selama satu tahun tidak menutup kemungkinan ia akan menjadi gila, tapi pria ini tetap mencoba untuk menyelesaikan semua masalah yang timbul karena kelabilan hatinya. 

Di luar sana hujan masih tercurah keras menghantam tanah. Batang dan tanaman kecil terlihat bergerak lincah menerima guyuran beku yang menyenangkan. Sudah cukup lama awan tidak meneteskan kesegarannya. Batang tinggi di ujung tembok juga bahkan terlihat begitu mendamba ketika tetesan-tetesan besar menyelubung ke dalam pekatnya rerimbunan. Warna yang coklat perlahan membaur lebih pekat menampakkan bahwa ia telah kembali segar. Tanah basah dan becek membuat kaki yang menapaki menciptakan bekas aneh yng menggelitik mata. Jeplakan sepatu atau sendal manusia menghiasi di sana-sini. Tanah memang bagus untuk menciptakannya, tapi tidak akan bagus bila menginginkannya menjadi sebuah vas yang indah. 

Di tempat yang lebih terang terdapat juga lampu yang berhiaskan puluhan permata mahal yang mempesona. Semakin jauh kaki melangkah mata pun akan disuguhi segala warna dan barang berkelas yang akan sulit didapatkan seorang biasa. Ini memang sebuah bangunan megah yang luar biasa. Tapi sebanyak apapun harta yang tersimpan di dalamnya, masih akan tetap sebuah rumah lain memiliki harta yang lebih berlimpah. 

Lebih jauh menelisik ke dalam bagian yang lebih terjaga. Tiga orang makhluk hidup masih sama bergeming bungkam sembari bertatapan dingin dan menakutkan. Ada sebuah ranjang di tengah ruangan. Dan sebuah sofa yang di duduki oleh seorang paruh baya yang cantik.

Waktu masih berlalu secara perlahan. Tidak ada perubahan sejak kalimat terakhir yang terlontar, dan kini semakin detik berdetak semua cukup terasa memuakkan. Pria ini mengusap kasar wajah lelahnya. Rompi dan kemeja yang dipakai masih rapi tapi dasi hitamnya telah direnggangkan dan tampak begitu berantakan. Kilat petir berwarna putih kebiruan bukan lagi yang menghancurkan pertahanannya, tapi wanita yang duduk di sisinya tidak juga berhenti mengucapkan setiap kalimat busuk yang begitu terkutuk. 

Wanita tua itu seolah memiliki bibir iblis yang jahanam. Ia hanya mampu menyudutkan dan melimpahkan kesalahan yang bahkan tidak pernah pria ini ingat jika ia telah lakukan. Jika boleh dihitung mungkin sudah ada satu jam ia berada di tengah ruangan ini. Lelah mengerubungi tubuh kekarnya, tapi kaki tidak mampu pergi karena sosok di depan mata.

"Ku harap kau mempertanggung jawabkannya tuan." dan masih dapat pria ini dengar semua lantunan sialan wanita tua itu. 

Wanita itu belum mau berhenti bicara. Kalimat yang terlontar hanya itu, itu dan itu. Pria ini belum berniat bergerak. Tengah dan tidak menyamping, ia merasa nyaman dapat memandang dari jarak yang aman. Sosok itu masih memiliki dominasi atas hasrat yang terpendam. Dan jika ia melangkah lebih dari satu kaki, maka pria ini tidak dapat yakinkan jika dirinya mampu bertahan untuk tidak sekedar memeluk atau mencium rekahan bibir ranum yang menggoda.

Sekali lagi ia menghela nafasnya kuat-kuat. Setiap tarikan nafasnya dan juga gemuruh hujan yang dipantulkan kaca selalu membuatnya frustasi setengah mati. Pikiran masih berkelebatan di otaknya. Ia terkadang menyumpah dirinya sendiri sembari memohon ampun dalam kedipan matanya. Tidak ada yang dapat pria ini lakukan lebih jauh. Ia menjadi tolol mendadak ketika wanita tua itu telah melontarkan satu kata yang menjijikkan. 

Jantung pria ini tertikam begitu dalam. Darahnya yang memuncrat menyisahkan noda kotor yang tidak akan pernah mampu dihapuskan. Hamil? Terus dan terus menerus kata itu menari-nari di alam pikirannya. Apa yang baru saja sebenranya terjadi? Pria ini bingung. 

Tangannya dikepal kuat-kuat untuk membantunya mengingat setitik kebenaran yang tersembunyi. Tapi- sial! Sebanyak apapun ia menjelajah ingatan, ia tidak menemukan satu kesalahan apapun. Ia hanya menyentunya satu kali, dan bagaimana bisa wanita itu hamil?! 

Sial! Ini lebih buruk dibanding bayangan buruknya. Ia menghamili dua gadis sekaligus? Argh! Pria ini mengerang emosi secara tersembunyi. Sejujurnya ia ingin menghabisi dirinya sendiri, tapi setelah ia memikirnya itu hanya akan semakin memperburuk segalanya. Ia masih menatap dingin wanita di sampingnya. Wanita itu begitu buruk dalam balutan hijau terangnya. Ada satu rimbun daun di sisi kaca dan mereka seolah kembar twin yang menggelikan. Bayangkan saja wajah yang memasuki usia setengah abad, rambutnya ia biarkan berwarna kuning dan ia juga menggunakan pakaian yang begitu terbuka. Sekarang pria ini mengetahui dari mana wanita kecil itu mengetahui fashion seperti itu. Ternyata, memang buah tidak akan jauh jatuh dari batangnya. Mereka begitu serupa, dingin keras, dan tidak apa adanya. 

Semua berbanding terbalik dengan sosok dalam hidup pria ini. Ia membayangkannya, dan  pria ini hampir saja berteriak keras. Sinting! Ia memang sudah tidak waras. Memejamkan matanya, pria ini kembali meresapi setiap kalimat yang dilontarkan. Wanita tua itu menginginkannya menikahi putrinya, tapi bagaimana dengan istrinya? Pria ini merasa bodoh dan tidak berguna. 

Udara yang di hidupnya perlahan terasa semakin menipis, tapi ia juga merasa seperti buah simalakama yang bodoh. Tidak mengakui ia berada dalam jurang, dan jika mengakui ia akan terlempar masuk dan mati. Tidak ada gunanya ia menyangkal, karena memang janin itu adalah kesalahannya yang begitu fatal. Seberapa jauh pun pria ini melangkah, tidak dapat dipungkiri dalam satu tahun ini akan ada sosok manusia tanpa dosa.

Lagi pria ini merenung membayangkan kilasan masa hidupnya. Hanya ada kesedihan, kekecewaan dan penghianatan. Orang tuanya memaksanya hidup dalam keotoriteran dan ia berubah menjadi pribadi arogan dan menyebalkan. Pria ini tidak akan suka bicara. Ratusan orang seklli pun akan datang memancingnya bicara, ia tidak akan pernah mau melakukannya. Pria ini sosok yang berbeda, hingga, semua berubah. Ketika kali pertama sepasang mata almond menatapnya, pria ini sudah jatuh untuk kedua kalinya. Tidak, lebih tepatnya ia merasakan cinta pertama seolah kembali bersemi. Pria ini merasa telah begitu lama mengenalnya. Hati itu seolah menyatakan bahwa aku pernah mencintainya. 

Bukankah ia mulai gila? Jika ditanyakan sejak dulu mungkin jawabannya adalah YA. Karena sebanyak apapun kita menelaah rasa cinta pada pandangan pertama, semua tetap tidak akan masuk akal. Tapi tidak untuk saat ini. Pernyataan itu memng benar adanya dan tulus dari setiap kata yang terlontar. Dulu, ratusan kali sahee memaksanya untuk menikah,  maka pria ini selalu saja menolak dengan beragam alasan. Gyuri telah menutup mata hatinya dengan semua tindakannya. Selama bertahun-tahun dan semua berubah ketika sahee membawa soeun kehadapannya. 

Wanita itu begitu cantik. Wangi tubuh wanita itu juga begitu mendamba. Membuat setiap kali pria ini menghirup udara yang tubuh itu tebar, maka jantung pria ini akan berdetak begitu kencang hingga membuatnya tak dapat bertahan lama jika berada di sisinya. Pria ini merasa seperti terkena serangan jantung ketika soeun berada di sisinya dan itu menyakitkan. Tiap-tiap hari yang ia lalui pria ini terus mengatakan pada hatinya bahwa ia tidak mengharapkan kehadirannya. Soeun hanya kesialan yang menumpang untuk lewat dan pria ini bersumpah akan menceraikannya bila waktunya telah tiba. 

Saat itu kesehatan sahee menjadi alasannya bungkam. Pria ini menerima permintaan ibunya hanya karena tidak ingin melukai hati sebanyak dua kali. Ia telah pernah melukai hati ringkih itu, dan untuk mengecewakan kedua kali pria ini merasa tidak sanggup. 

Tapi semua berubah. Ketika tangisan-tangisan soeun menyentuh debaran jantungnya. Kimbum merasa dunianya hancur dan hatinya tertusuk dalam. Dera kecemburuan hadir menghampiri hatinya mana kala bibir soeun meracau memanggil-manggil sosok pria lain yang tidak pernah ia kenali. Semua terjadi begitu saja, dan kimbum tidak pernah membayangkan jika ia sendirilah yang akan melukai soeun. 

"Aku tidak bisa." namun meskipun ia meyakini semua adalah kenyataan, tetap saja pria ini tak mampu untuk menjanjikan keputusan. Kimbum menatap sayu gyuri di hadapannya. Tetap tidak bergerak, pria ini bertahan dalam pijakan kakinya. Belum saatnya ia melangkah. Ia tidak bisa melukai soeun lebih dari ini. Wanita itu telah memberikan banyak cinta untuknya dan kimbum tidak akan pernah bisa hidup jika bukan soeun yang bersisian disepanjang perjalanan hidupnya. 

Mungkin jika dulu gyuri lebih dulu hadir ia tidak akan pernah memalingkan hati dan berlabuh pada gadis penyuka chocolate itu. Tapi gyuri berkhianat, dan soeun datang dengan cinta yang begitu besar. Wanita itu mencurahkan segalanya hingga akhirnya kimbum takhluk dan bertekuk lutut. 

Sementara Hanna menggeram di tempat duduknya. Perkataan kimbum jelas kurang ajar. "Sial! Apa maksudmu?!"  teriaknya murka. Wanita ini tidak berdiri namun semua organ dalam tubuhnya menegang secera serentak. 

Namum tidak semua keinginan akan sejalan dengan keinginan. Kimbum mengerang ketika nada lengkingan hanna menyentak harga dirinya. Pria ini begitu ingin membekap mulut bajingan wanita tua itu, tapi wanita dihadapannya ini begitu ringkih. Kimbum tidak memiliki daya meski hanya untuk menyingkirkan gyuri dalam pikirannya. Gyuri, walau bagaimana pun wanita itu masih memiliki setengah dari bagian hatinya. Posisinya masih begitu kuat hingga membuat kimbum tak mampu untuk memilih seorang diantara keduanya. 

"Aku memiliki istri." ucap kimbum dingin. 

Pria ini menatap hanna dengan tajam meskipun hanna membalasnya dengan tidak kalah kejamnya. Tapi segala keputusannya hanya miliknya seorang. Ia berhak memilih siapa yang akan dirinya pertahankan. Cinta pria ini mungkin memang telah terbagi tapi bagaimana pun soeun telah mempertahankan posisi serupa dengan wanita yang terbaring lemah di hadapannya ini. 

Kimbum merasa begitu buruk ketika perlahan isak tangis menyapa pendengarannya. Ia memang brengsek, tapi sekali lagi cinta pertama itu lebih dulu menghiasi hatinya. Kimbum tidak dapat mengelak kehadiran gyuri dalam hidupnya. Senyum dan tawa itu, jika bukan karena wanita mungil berkulit susu itu kimbum mungkin tidak akan pernah menikmati hidupnya. Tuntutan hidup yang memaksanya untuk memimpin Goldshion sejak usia belia kecil membuatnya merasa dunia mengutuknya dengan kejam. 

Hingga akhirnya gyuri datang dan memberi keceriaan juga warna dalam cara berpikirnya. Membuat kimbum mengerti bahwa dunia bukanlah mengutuk kehadirannya, melainkan Tuhan menciptakan kecerdasan yang luar biasa dalam cara berpikirnya. 

"Dan kau pikir aku perduli? Dengar tuan muda kim, kau mungkin menganggap putri ku hanya jalang murahan. Tapi bagiku dia adalah harta dan tidak akan ku biarkan kau menghancurkan kehidupannya begitu saja." Tapi wanita ini juga tak akan biarkan kimbum melukai putrinya jauh lebih dalam. Sejak awal kimbum tahu hanna memang tak menyuakai kehadirannya. Banyak hal yang membuat wanita tua itu menaruh kebencian terhadap dirinya, terutama karena kimbum hampir membunuh pria yang begitu gyuri cintai. Namun apapun yang wanita itu katakan kimbum juga tidak mau perduli. 

Hanna telah berdiri di hadapannya setelah sebelumnya wanita itu menarik tangannya keras. Mereka saling menatap dengan penuh kebencian tanpa menyadari gyuri hanya dapat menatap dengan sakit. Bukan hanya hanna yang merasa terluka karena kimbum juga serupa. Soeun telah mengukir luka yang tak terlihat di hati pria itu. Dan selama satu minggu kimbum mencoba menerima keinginan istrinya itu, pria ini justru hampir kehilangan kewarasannya. 

Setiap hari yang kimbum lihat hanya wajah pucat soeun yang membuatnya ingin berteriak murka dan menghancurkan janin itu. Pria ini benar-benar tidak perduli meski janin itu berasal dari benihnya sendiri. Bagi kimbum janin sialan itu hanya benalu yang berusaha memisahkannya dari istrinya. Ini tidak seperti cerita pada umumnya dimana bayi hanya seonggok sosok yang lemah dan tak berdaya. Karena kenyataannya, di sini janin itu berusaha untuk merenggut istrinya dari sisinya, dan kimbum begitu membencinya. Soeun terlalu egois tapi pria ini juga tak mampu menolak segala keinginannya. Wanita itu tidak pernah memohon, dan sekalinya ia memohon soeun justru memintanya untuk membiarkannya hidup dalam belenggu kematian. 

Berada di samping soeun dan mendengar setiap harapannya selalu membuat kimbum ingin menangis. Betapa buruk ia menjadi seorang suami. Ia bahkan bagikan idiot yang tidak berguna yang hanya mampu menikmati tubuh istrinya tanpa mampu menyelamatkannya dari maut yang mengincar.

Seperti sambaran petir, setiap hari yang pria ini lalui kimbum hanya rasakan takut disetiap detik yang berdetak. Waktu yang berputar di sekelilingnya seolah siap merenggut semua kebahagiaan yang ada padanya. Sekalipun gyuri kembali hadir serta merenggut sebagian kecil sisi hatinya, kimbum masih tetap mencintai soeun lebih dari apapun. "Maaf gyuri. Beri aku waktu." dan mungkin hanya itu jalan yang terbaik. Pria ini melembutkan lensa matanya lalu menarik nafasnya asal. Ada rasa sakit ketika gyuri membalas tatapannya namun tanpa jawaban kata. Curahan yang mengalir dikedua pipi wanita itu juga sejujurnya membuat sebagian dadanya sesak. Tapi sebesar apapun rasa sakit itu, kehilangan soeun jauh lebih menyakitkan untuk pria ini. 

"Kau memang brengsek!" hanna memaki dengan kasar. Wanita ini menunjuk kimbum dengan telunjuk rentanya namun kimbum melengos tidak perduli. Kehadiran hanna hanya bagai sampah di matanya. Ia pun hadir di sini hanya karena keinginan gyuri yang mengisak tempo hari. 

Satu minggu kimbum mencoba mengabaikannya, namun ketika gyuri mengatakan kepentingannya, kimbum merasa tertembak dua kali di hatinya. Soeun belum mengetahui apapun, dan kimbum tidak berniat sama sekali untuk memberitahukan wanita yang berstatus sebagai istrinya tersebut. Ini adalah masalahnya dan gyuri, jadi hanya akan dirinya dan gyuri lah yang berhak menyelesaikannya. 

"Eomma." terdengar lirihan sendu menyela makian hanna. Membuat kimbum semakin meremas sakit luka di hatinya. Gyuri terlihat begitu menderita. Satu minggu ini wanita itu hanya terbaring dan bodohnya kimbum ia tidak mengetahui apapun. Tubuh gyuri jauh lebih mengecil layaknya soeun. Jika soeun mengurus karena penyakitnya, gyuri- wanita itu lebih pada psikisnya. Kimbum merasa brengsek ketika perlahan gyuri bangkit dari tidurnya, dan hanna mengisak sakit di tempatnya.

"Tapi nak__" wanita itu mencoba untuk tetap bicara, tapi lambaian tangan gyuri membuatnya berhenti dan memilih kembali duduk di atas sofanya. Gyuri sudah dewasa- dan meski ia tidak izinkan ikut campur lebih jauh, hanna memilih tetap berada di sana untuk melindungi putrinya dari iblis bermuka dua seperti kimbum.

Sementara kimbum, pria itu melangkah sembari terus menatap gyuri dengan sakit. "Kuharap kau mengerti sayang. Aku tidak menganggapmu jalang, tapi soeun mengandung. Aku mencintainya, kalian memiliki tempat yang berbeda." ucapnya lembut. Mendekati gyuri, kimbum mendudukkan tubuhnya di atas ranjang gyuri. Pria ini menatap wanita itu sayang lalu mengusap rambutnya dengan lembut. Biarlah untuk kali ini gyuri mengalah, karena memang sudah sepantasnya soeun yang lebih diutamakan olehnya. Wanita chocolate itu menderita seorang diri, jadi bagaimana bisa kimbum meninggalkannya seorang diri.

"Untuk kali ini, ku mohon beri aku waktu." sekali lagi kimbum mengusap serpihan hatinya menggunakan tarikan nafas yang berat. Pria ini tahu wanita itu jauh lebih terluka. Tapi seberapa kali pun kimbum mencoba meyakini hatinya untuk memilih gyuri, hatinya justru hanya terus menginginkan soeun untuk bertahan. 

Kimbum tidak tahu apa yang terjadi dengan debaran cintanya. Dulu ia begitu mendambakan gyuri. Seluruh ayunan langkah kakinya selau menginginkan berada di belakang gyuri. Tidak pernah sehari pun kimbumi mampu menjauh dari hembusan nafas gyuri. Karena bagi kimbum, gyuri adalah alasannya untuk bertahan menghadapi semua ujian hidup. 

Ketika sang woo memintanya mempelajari semua berkas kepentingan perusahaan, kimbum merasa ingin mati dan menghilang. Sang woo seperti tidak menyayanginya dan memilih menghancurkan masa kecilnya. Tapi wanita itu hadir. Dengan dress putih dan pipi chubynya serta tingkah lucunya- gyuri mengubah jalan pikirannya. Dan kini ketika semua telah berubah hingga wanita itu berkhianat, kimbum masih tetap saja mengharapkannya, dan membiarkan rasa itu tetap tinggal dan bertahan.

Sedang di atas ranjangnya gyuri tak mampu menahan isak tangisnya ketika kimbum menyentuh sayang pucuk kepalanya. Tangan pria itu begitu hangat dan untaian kalimat kimbum membuat ranjang putih itu jauh semakin hangat. Wanita ini menutup kedua matanya dengan menggunakan tangan, lalu menggelengkan kepalanya pelan sembari menarik kedua kakinya dan memeluknya. "Tapi aku membutuhkan pengakuanmu oppa. Aku membutuhkanmu" isaknya pilu. Dan seperti apapun keinginannya gyuri tahu ia akan kalah. Bangunan ini telah begitu lama ia tinggali. Kamar ini, gyuri ingat ini adalah kamar impiannya. Di tempat ini sekarang kimbum berada di sisinya. 

Gyuri meremas dadanya yang terasa tertusuk-tusuk. Sangat menyakitkan ketika ia berpikir bahwa dengan kehamilan ini dirinya akan menaklukkan kimbum. Tapi nyatanya pria itu masih tetap mengutamakan istrinya. Soeun memang selalu mendapatkan segalanya. Tidak dimasa lampau atau pun dimasa sekarang. Jika saja bisa, gyuri ingin menemui wanita itu. Sekalipun harus berlutu dan memohon ia akan lakukan asal kimbum bisa bersamanya. Tapi jika sudah begini apa lagi yang dapat ia lakulan? Meminta di saat kimbum telah memilih adalah hal paling bodoh yang diperbuatnya.

Pria itu hanya berada satu inci dari wajahnya. Wajah kimbum benar-benar tepat di depan wajahnya, dan hanya dengan memajukan wajahnya maka gyuri sudah dapat melumat bibir itu dengan rakus. Tapi tidak, kini di mata itu gyuri dapat melihatnya. Kekhawatiran juga cinta yang besar bukan untuknya. Brengsek! Mengerang keras di dalam hati, kali ini gyuri menghambur memeluk kimbum. Menangis lebih kuat untuk mencurahkan luka di hatinya. Semua terlalu mendadak, kehamilan ini pun begitu menyakitinya. Kenapa harus soeun? Kenapa harus kakaknya? Dan kenapa bukan dia?

"Aku mengakuinya, tapi menikahimu?"

"Maafkan aku. Aku mencintaimu gyuri-ah." 

pria itu ingin sekali gyuri menamparnya. Setiap untaian yang disampaikannya ingin sekali gyuri menyumpahinya. Cinta? Bajingan! Kimbum terlalu brengsek menjadi seorang pria. Tapi cinta yang besar juga membuatnya menjadi manusia bodoh dan tak berguna. Apalagi yang mampu diperbuatnya. Meskipun kimbum mengatakan mencintainya tapi gyuri yakin pria itu hanya mencoba menenangkannya.

"Jika kau mencintaiku, nikahi aku oppa." Ya, jika kimbum memang mencintainya seharusnya pria itu menikahinya. Bukankah cinta itu memiliki? Lalu apa sebenarnya mau kimbum? Gyuri menangis lebih keras. Ia tidak sama sekali melepas pelukan kimbum. Tubuh kimbum begitu hangat dan gyuri masih ingin menikmatinya. Hanya ini waktu yang dimilikinya, karena setelah kimbum kembali kelak, ia pasti akan selalu dihalangi oleh kehadiran soeun. 

Di sudut lain kimbum menutup matanya ketika lengkingan gyuri menyentak pendengarannya. Mereka tidak memiliki jarak dan teriakan itu sedikit membuat pendengarannya sakit. Pelukan gyuri begitu kuat. Debaran wanita itu bahkan merembes hingga ke jantungnya. Wanita itu terluka, itu jelas. Tapi kimbum juga tidak memiliki jalan lain. Ia tidak mungkin menikahi gyuri, dan ia juga tidak mungkin menceraikan istri yang begitu dicintainya. Membalas dekapan, sekali lagi kimbum mengusap punggung gyuri yang bergetar. "Dan soeun akan meninggalkanku? Begitu?" ucap kimbum lirih. Tidak ada lagi yang mampu memfokuskan kesadaran pria ini kecuali bayang-bayang soeun terus menghantui debaran jantungnya. Kimbum tahu gyuri menatapnya dengan luka, tapi kimbum tidak perduli.

"Tidak gyuri. Soeun adalah nafasku" lanjutnya. Wanita itu harus tahu jika soeun adalah segalanya, dan gyuri harus mengerti jika soeun adalah fokus utamanya. Semua kesalahan juga bukan berasal dari dirinya, gyuri lah yang meninggalkannya dan kimbum tidak bersedia meninggalkan soeun jika hanya karena ingin bersama gyuri.

"Lalu bagaimana denganku." tapi sekali lagi hati pria ini disayat dengan lengkungan tangisan gyuri. Wanita itu turun dari batas ranjangnya. Sudut ranjang begitu dingin dan gyuri meringkuk di sana menyembunyikan dirinya dalam balutan dekapan tangan. Kimbum meringis sakit dalam diam. 

Kenapa harus begini? Kenapa harus seperti ini? Wanitanya tengah sakit, dan bagaimana bisa ia harus menikahi wanita lainnya? 

Gejolak dalam hatinya begitu kuat dan kimbum ingin segera menyelesaikan segalanya. Ia ingin pulang lalu memeluk soeun untuk mengurang setiap tekanan yang dirasakannya. Namun sebelum itu kimbum kembali membangkitkan tubuhnya. Mendekati gyuri sekali lagi, kimbum lalu memeluknya kembali. Pria ini membawa wanita itu kedalam pelukan penyesalannya. 

Kimbum benar-benar tidak bermaksud menyakiti gyuri, hanya saja soeun lebih mendominasi hatinya. Jika waktu bisa diputar, maka kimbum akan dengan sangat senang memutarnya dan mengembalikan gyuri di sisinya. Agar wanita ini tidak lagi menderita. Tapi waktu bergerak maju, ia bukan seperti kaki yang mampu melangkah mundur. 

"Bisakah kau memberi aku waktu?" di masa yang akan datang. Kimbum bersumpah akan menebus segala dosanya. Mungkin ini adalah jalan yang tuhan berikan. "Beri aku kesempatan memikirkan jalan keluarnya " lanjutnya yakin. 
Gyuri memang tak akan mampu digantikan soeun. Air mata wanita menghancurkan segala pertahanan kimbum. Pria ini menyerah. Jika mungkin harus mendapatkan makian soeun, kimbum akan menerimanya. Setidaknya dengan begini gyuri akan bahagia, dan hatinya tidak akan terluka karena melihat tangisan wanita itu.

"Berapa lama?" dan janji dalam pekat hujan itu menghentikan jerit kepiluan yang terlontar. Gyuri mengangkat wajahnya dan menatap kimbum serius. Ia tidak ingin pria itu hanya berucap sampah hanya karena rasa kasihan. 

"Satu bulan."

"Kau berjanji."

"Ya" 


1 comment:

  1. This comment has been removed by a blog administrator.

    ReplyDelete