Search This Blog

Thursday, April 30, 2020

Conqeror Chocolate 53







🎤 Hidup itu antara "B" birth (lahir) dan "D" death (mati). Namun di antara nya ada "C" choice yang tersembunyi. (pilihan) hidup yang seseorang jalani, keberhasilannya ditentukan oleh setiap pilihannya sendiri.

Sayang, biarkan hujan memahami perasaanku. Jangan bertahan jika memang kau tak mampu. Tinggalkan aku, dan aku akan membuat sebuah pilihan. - Kim so eun



📃📃📃📃




Cahaya terik matahari siang menyingsing langkah telapak kaki. Menciptakan senyum indah, bersama pias wajah merah, yang juga mengiringi bisik-bisik lirih para manusia berbeda jenis kelamin. Lensa-lensa berbinar kala menatap wajah cantik yang terpoles make up tipis. Deru mesin kendaraan terdengar bising. Sayup-sayup hembusan angin menderu menyapa celah-celah pendengarannya. Ada bandul kuning menghiasi telinganya. Belaian rambut berkibas, ketika angin menyibaknya dengan kasar. 

Siang ini udara terasa lain dari kulit tubuh. Kawasan Seomdak juga tampak ramai dengan langkah-langkah kaki, juga laju kendaraan. Haiscn hospital tidak jauh berbeda. Beberapa dokter terlihat berjalan cepat bersama para suster yang mengiringi. Brangkar- brangkar menggesek lantai, menciptakan bunyi decitan yang berwarna. 

Wanita ini tersenyum, memperlihatkan tarikan sempurna bibirnya. Lensa almondnya turut berbinar menatap beberapa balita lucu yang berlari-lari, seolah tengah berada disebuah lapangan bermain.

"Kau terlihat senang sayang." hingga sebuah suara lembut mengalihkan perhatiannya. Soeun tersenyum menyapa wanita cantik disebelah kanannya. 

"Eomma tau, aku membayangkan jika saja mereka milikku. Itu akan menyenangkan." ucapnya manja. Membuat sahee iku tersenyum. Menantu cantiknya itu kini sedikit terlihat berbeda. 

"Ah, kau benar nak. Kediaman Kim akan sangat menyenangkan." Apa yang Soeun katakan memang benar. Sahee melangkah lebih cepat, lalu kemudian membuka mobil yang terkatup sembari menuntun menantu kesayangannya itu. 

Hari ini adalah jadwal chek up Soeun. Kimbum sedang tidak bersama mereka, jadi tugas itu digantikan olehnya. Sahee tidak percaya jika Soeun harus pergi bersama orang lain, tanpa terkecuali Jilguk ataupun bogem. Perasaannya tak menentu jika Soeun jauh dari pandangan matanya. Wanita itu tidak terlihat selama 10 menit saja sudah membuat sahee cemas luar biasa. Kehamilan Soeun yang sudah cukup besar terkadang membuatnya lebih posesif. 

Sahee meringis ketika mengingat kembali setiap kalimat yang terlontar dari bibir Jong hyun. Sejauh ini kondisi wanita mungil ini semakin memburuk. Infeksi virus menyebabkan kondisi hati Soeun terus melemah. Semua sistem yang melibatkan organ hati tidak bisa bekerja dengan baik. 

Bahkan hatinya sudah tidak bisa bekerja dengan kondisi yang normal, sehingga banyak racun di dalam tubuhnya. Hingga membuat menantunya itu sangat lemah. Terlebih untuk Soeun yang terkena infeksi sejak trimester pertama. 

Hepatitis juga merusak sistem darah dalam tubuh Soeun. Membuat wanita bermata almond itu mengalami anemia. Kimbum telah melakukan banyak hal untuk mengobati virus sialan itu. Tapi sekali lagi nasib terlalu kejam pada sosok istrinya. 

Di dalam mobil Soeun hanya menenggelamkan wajahnya pada perut Sahee. Merasakan hangat belaian wanita itu ketika jemarinya mengusap dengan sayang. Waktu telah bergerak lebih cepat. Tiga bulan yang wanita ini rasakan jauh lebih indah. Terlebih Kimbum mencurahkan seluruh perhatian hanya padanya.

"Eomma, jika aku tidak bisa merawatnya, bisakah eomma membantuku?" pertanyaan itu sejujurnya telah begitu lama tersimpan di dalam lubuk hatinya. Soeun mengangkat kepalanya. Tubuh yang semula tertidur kini duduk berhadapan pada tubuh Sahee. Untuk saat ini, Soeun ingin menyampaikan apa yang ia pikirkan, hanya untuk mengurangi beban yang selama ini coba untuk ia tangguhkan. 

Meski wanita itu tampak tidak perduli, Soeun mampu melihatnya. Sahee hanya menghembuskan nafas. Soeun tahu wanita itu akan mengucapkan kalimat-kalimat nasehat yang panjang. "Kau mengatakan itu seolah kau akan pergi. Kau tahu, kau beruntung karena Kimbum tidak mendengarnya." ada nada getir yang Sahee perdengarkan. Membuat Soeun meringis menyesal. Sahee melemparkan pandangan pada sisi kaca. Menatap jalanan yang terlihat seperti bergerak mundur. 

Memang benar ia beruntung. Tapi jika Soeun membayangkan lebih jauh, tidak ada keberuntungan yang pernah menghampirinya. 

Perlahan tapi pasti ucapan Sahee meresap ke dalam hatinya, membuat pelupuk mata wanita ini tergenang air bening. Keposesifan sifat Kimbum pada dirinya mengusik perasaannya. Soeun merasa begitu kejam. Namun seberapa kuat pun ia bertahan, penyakit itu nyatanya akan semakin menggerogotinya. Jong hyun mengatakan ia tidak akan mampu melakukan persalainan secara normal. Dan bahkan besar kemungkinan hanya satu diantaranya yang mampu diselamatkan. 

Menyedihkan! Itulah yang ia pikirkan. Tuhan seolah benci dengan kehadirannya. Semua kutuk dilemparkan tepat di atas kepalanya sejak ia lahir. Wanita ini tidak pernah berharap lahir. Namun kenyataannya Tuhan justru mengecewakannya dengan merenggut satu nyawa orang yang begitu menyayanginya. 

"Apa keajaiban itu ada eomma?"

"Bagaimana menurutmu?" 

Adakah di dunia ini yang tidak mempercayai keajaiban? Sahee rasa tidak ada. Jenis apapun manusia semua pasti mengharapkan keajaiban hadir. Begitu juga dengannya. Sahee menatap Soeun, lalu mengusap surai wanita itu. Hak itu tidak ada pada dirinya. Sahee tidak ingin mengatakan ia mengakui, karena ia tidak memiliki jaminan. Beberapa saat yang lalu Soeun jatuh tepat di depan matanya dan putranya sama sekali belum mengetahui hal ini. Mereka memutuskan mengunjungi Jong hyun bertepatan dengan jadwal kontrol soeun. Namun apa yang harus Sahee katakan, semua tidak berjalan dengan semestinya. 

"Entahlah, aku tidak pernah merasakannya." 

Sejujurnya selama nafas itu berhembus, Soeun selalu menantikan Tuhan menurunkan keajaiban itu di atas kepalanya. Soeun selalu berharap ada sedikit kebahagian yang menantinya di ujung waktu yang tidak terlihat. Namun sepanjang ia menunggu, Tuhan tidak memberikannya. 

"Kau akan merasakannya sayang, jadi jangan pernah katakan kau tidak mampu." ucap Sahee lirih. "

"Putraku memberikan semua nafasnya pada nafasmu. Ku mohon pastikan nafas itu berhembus hingga Tuhan memutuskan untuk menghentikannya." Karena memang hanya Tuhan yang berhak memutuskan segalanya. 

Wanita itu mengganggguk bersama jatuhnya setetes cairan bening. Sahee juga adalah seorang ibu, yang bahkan lebih tua dari dirinya. Soeun sama sekali tidak bermaksud melukai hati Sahee. Udara memang tidak berpihak padanya, namun tidak ada benci yang terlintas ketika Kimbum memilih untuk tidak melihat darah dagingnya. 

Tiga bulan adalah waktu yang membuktikan segalanya. Cinta yang tumbuh, kesetiaan yang bertahan, hingga benci yang terpendam. Semua tertuang saat lensa tidak lagi berbinar. Kimbum mengatakan hanya pastikan tubuh itu bernafas. Entah dengan cara apa, hingga saat ini pun Soeun belum mampu untuk mengakuinya. Bahkan meski tubuh mereka berpaut, debaran juga tetap menampik. Hal itu, hanya Soeun yang mengetahuinya. Bahwa cinta yang besar, memaksanya untuk egois. 


No comments:

Post a Comment