Search This Blog

Friday, April 24, 2020

Conqeror Chocolate 15



Langit terkadang tidak selalu sama seperti yang kita harapkan. Segala sesuatu yang tercipta bukan pula yang selalu kita butuhkan. Terkadang saat kita membutuhkan hujan, panas akan terus menyerang dan membuat kesabaran kita menipis dalam menanti. 

Seperti saat ini, wanita itu mengharapkan cerah di akhir musim gugur. Tapi tidak! sebaliknya, tuhan mencurahkan hujan dalam jumlah yang... luar biasa menyebalkan. 

Ia bahkan telah ratusan kali melontarkan kalimat kekanakan yang konyol pada awan dan langit di atas sana. Well, semua berdampak pada dapur dan sudut-sudut tertentu. Pelayan bahkan berulang kali mengusap dada ketika teguran bernada keras menyapa dengan kejamnya. Siapa yang dapat murka? Wanita itu pemilik kediaman, hal tolol ketika mencoba memberontak. Jelas kehilangan pekerjaan adalah hadiah utama yang pasti akan di dapatkan.

Di ruang utama, di atas sofa dan di depan layar televisi, sang wo tak pernah berhenti terkikik. Wajah berseri jelas menyempurnakan sisi ketampanannya yang begitu mempesona. Usia lanjut bukan masalah untuk merawat penampilan. Itu keharusan jika ingin rumah tangga selalu harmonis. 

Bahu kembali bergetar dan tawa pecah memenuhi saru ruang utama. Sahee mendengus, meraih bantalan dan dengan sekali serang membungkam tawa si pria menyebalkan. Biar saja seluruh pelayan tertawa, hatinya sedang kesal pada tuhan yang seenaknya menurunkan hujan di saat putri cantiknya akan segera tiba. 

So, wanita tua itu hanya terlalu sensitif. Hatinya kesal ketika bangun di pagi hari hujan melanda dan tak juga berniat berhenti. Bahkan waktu telah menunjukkan pukul 18.00 pm, yang berarti telah satu hari air berlimpah itu mengajaknya bertempur dalam kekonyolan.
Well, gugur memang terbiasa pada hujan, namun bagi sahee air yang turun saat ini adalah kesalahan yang sangat menyebalkan. 

"Yeobo, kau akan membuat semua pelayan bersembunyi esok hari." cibiran itu menyapa dengan lembut, namun sahee tetap melanjutkan kegiatan rodinya. Hanya beberapa menit lagi dan semua masih tetap berantakan.

Sang wo menggeleng. Entah apa yang akan dikatakan sang purra ketika kembali dari perjalannya. Yang jelas cemoohan akan dengan pasti menyapa pendengaran. 

"Kimbum akan memberang melihat semua ini." Lagi pria itu berucap. Tetap diam tanpa gerakan, namun bibir mulai mencecap kongbiji yang tersedia. 

"Aku tidak perduli, semua hanya untuk putriku."

"Apa soeun menyukai ini?."

Pria itu memaling, arah belakang sedikit ke kanan, lalu menunjuk sesuatu yang menempel di setiap pinggir pembatas tangga, benda bulat konyol yang melekat memperindah.

"Tentu! Soeun dan aku memiliki kesamaan." 

Wanita itu melangkah, meraih toples yang di genggam jemari sang suami, lalu menutupnya dengan hentakan keras. Itu adalah cookies khusus yang dibuatnya untuk sang menantu. Dan demi apapun sahee merutuk sikap menyebalkan sang suami yang terus memancing rasa kesalnya.

Well, kongbiji adalah cookies yang terbuat dari tepung beras dan teh hijau. Camilan lembut itu baru diketahui sahee dari jhin ae, bahwa soeun begitu menyukainya, terlebih jika di siram chocolate di atasnya. Tahukah jika wanita tua itu membuatnya semalaman? dia sungguh berharap soeun menyukai hasil kreasi tangannya. Dan sang wo merusak dengan mengurangi jumlah yang hanya ada satu toples saja. itu menyebalkan!

"Apa aku dilarang mencicipi?."

Sang wo memicing, sahee di hadapannya namun raut sangat tidak bersahabat.

"Aku menyediakannya bukan untuk mu! nikmati saja hotteok mu itu!." itu jelas gerutuan yang menyebalkan. Hanya satu, dan haruskah murka? Bahkan ia yakin soeun tak akan mampu menghabiskannya dalam satu gigitan. Bukankah si mungil itu berbibir mungil ?

by the way, hotteok adalah camilan korea selatan yang menyerupai bentuk pancake, namun bertekstur renyah dengan rasa manis. Kue ini tidak dipanggang, melainkan dimasak dengan cara digoreng. Dan kenapa sahee menyediakan kue itu, selain sang wo begitu menggilainya, kue itu juga dapat menghangatkan tubuh di cuaca menyebalkan seperti ini.

Lagi-lagi pria tua itu tertawa. Cuaca cukup dingin, dan tidak ada yang bisa memancing rasa panas dihatinya, termasuk gerutuan sebal sang istri. Biar saja, sahee akan reda ketika menantu yang dinantikan kepulangannya itu telah tiba.

Tepat ketika jemarinya mematikan siaran, deru mesin mobil yang memecah kelebatan hujan membuat sang istri berlari cepat menyongsong pintu utama. Lihat saja, bahkan wanita itu tidak lagi memperdulikan dirinya yang masih diam tanpa gerakan. Keterlaluan!


No comments:

Post a Comment