Search This Blog

Monday, April 27, 2020

Conqeror Chocolate 19











Mobil melaju dengan kecepatan rata-rata. Jalanan cukup padat di waktu siang namun berudara dingin. Ini jam di mana para pekerja subuk menikmati makan siang ataupun secangkir kopi penghilang kantuk. Kafe-kafe tampak penuh dan riuh di sisi jalanan. 

Soeun tersenyum, merekahkan bibir ketika sudut matanya menangkap seorang ibu yang berjalan dengan menggandeng erat jemari mungil putrinya. Pemandangan indah yang selalu diimpikan dalam hidupnya. Salju yang turun bahkan membuat hatinya hangat dan tenang. 

Jilguk tak luput tersenyum, tidak perlu untaian kalimat, ia mengerti apa yang terlintas di dalam pikiran gadis di sisinya. Seluruh masa lalu soeun bahkan ia mengetahuinya. Tidak salah jika gadis itu bahagia, karena soeun berhak merasakan apa yang diinginkannya.

Stir sedikit digerakkan ke sisi kanan, membuat mobil memasuki halaman luas basement sebuah perusahaan besar yang terkenal, Goldshion. Hari ini ia diberi perintah membawa soeun menemui kimbum. Setelahnya ia akan mendapatkan perintah lain yang mungkin akan sedikit merepotkan. Jangan lupa, meski ia seorang manager kimbum pasti akan tetap memperlakukannya sebagai budak pribadi.

Keduanya melangkah beriringan, mengabaikan tatapan kagum yang dilayangkan para pria tua mesum. Biar saja, nanti jilguk akan melapor, bahwa goldshion banyak menampung pria bodoh berotak mesum. Dan ia akan meminta kimbum memecat mereka semua. 

Soeun memang cantik. Terlebih ia mengenakan dress berwarna kuning yang melekat pas mengikuti lekuk tubuhnya, dan hanya sebatas pertengahan paha putihnya, namun tertutupi oleh coat putihnya.

"Noona... Apa kau yakin dengan keputusanmu?." soeun memicing, pandangannya yang terfokus ke depan berubah memandang aneh jilguk di sisinya. Kaki mereka tetap aktif melangkah menyusuri bangunan luas menuju lantai teratas. Bukan tidak paham, soeun bahkan sangat mengerti arah pembicaraan sang adik yang menyebalkan. Itu adalah pertanyaan ke lima jilguk dalam setengah hari ini. Pria itu bersikap seperti burung beo yang selalu mengulang kalimat.

"Ya!" jawab soeun kesal. Ia berbelok memasuki lift yang tepat terbuka karena seorang pria.

"Berhenti bertanya! Kau hanya cukup menutup mulut, dan kimbum tidak akan mengetahuinya." sambungnya. Telunjuknya diarahkan menunjuk mulut jilguk yang telah terbuka, siap mengeluarkan kata penyambung jawaban. 

Pria itu diam, mengatup bibirnya kuat-kuat, namun menggerutu di dalam hati. Abaikan pria tua yang menatap mereka dengan pandangan aneh. Keputusan yang di buat soeun jelas dapat menghancurkan karir dan membahayakan nyawanya. Demi apapun kimbum pasti akan mengirimnya ke neraka, jika pria itu tahu apa yang telah di lakukan istri cantiknya.

Oh, jilguk lebih memilih diterkam harimau dibanding terkubur dan terkirim ke neraka. 

Pria itu keluar, terus mengikuti langkah soeun yang santai.menuju ruang utama sang suami. Ini pukul12.00, waktu dimana para bawahan mencari makan siang. Jadi hal wajar bila perusahaan ini nampak sedikit sepi dibanding biasanya.

"Bum-ah.." 

Kimbum menarik sudut alisnya, lalu memaling perlahan ketika sebuah nada melantunkan namanya dengan lembut. Pria ini tersenyum, bibirnya merekah lebar ketika tubuh mungil sang istri melangkah mendekat. Gadis itu selalu mampu membuat suasana hatinya berubah, hanya dengan sikap manjanya kimbum telah terobati dari rasa lelah yang sempat mendera. 

"Lebih cepat dari perhitunganku. Kemarilah.. Kau sudah makan?." 

Soeun menggeleng, namun melangkah lebih mendekati dan segera duduk di singgasana hangatnya. Sedang jilguk memilih tak acuh dan duduk di atas sofa, memalingkan wajah dan memandang langit yang tercipta. Kaca itu besar, hingga dapat melihat segalanya termasyk butiran salju yang berjatuhan. Hal itu wajar, karena memang kantor itu seutuhnya berdinding kaca yang tebal.

"Wae? Bukankah sudah kuingatkan berulang kali?." pria ini menatap kejam, tapi kedua jarinya melekat erat di tulang pinggang soeun, memastikan sang gadis aman dan tidak akan terjatuh dari pangkuannya.

Soeun membalas tatapan kimbum, menggerakkan jemarinya di wajah tampan itu dengan usapan perlahan. "Hmm, aku ingin makan bersamamu." ucapnya manja.

Dan bibir pria itu merekah. Ah, ini indah dan kimbum bersyukur ia cepat mengalihkan rasa dan mendapatkan soeun. Soeun berbeda, segala ucapannya bukan rayuan ataupun kebohongan. Gadis itu jujur dan tulus dalam setiap alunannya.

Jilguk mencibir dalam diam. Sinting! Satu minggu yang lalu bibir itu bahkan terus berucap kasar. Kini pria itu justru bersikap seolah-olah soeun hanya miliknya seorang.

"Baiklah." jawab kimbum lembut. Pria ini mengecup kecil dahi soeun lalu menatap datar jilguk yang tengah diam berpura-pura tuli dan buta. 

"Semua berjalan lancar?." 

Jilguk mengangguk sebagai jawaban. Ia malas menanggapi, karena kimbum akan semakin menambah kadar pertanyaannya, dan jilguk bisa pastikan semua akan berdampak buruk pada rahasia yang tengah dijaganya.

"Kau bisu?."

Lagi jilguk menghela nafas, menghadapi kimbum memang membutuhkan kesabaran seorang dewa. Manusia biasa mungkin akan segera gila jika terus menghadapi sikap keras dan dinginnya. 

"Ya aku bisu!." jawabnya kesal. 

Soeun terkikik, ia menyadari jilguk tengah menutupi kegilaannya. Tapi demi apapun itu ia tidak menyesal dengan kebohongan yang telah dilakukannya.

"Sudahlah bum-ah, semua lancar. Aku pastikan itu." ucapnya yakin. Soeun memilih mengalihkan kimbum dibanding pria itu terus mengorek informasi dari bbir jilguk. Itu hanya akan berbahaya untuknya.

Kimbum mengangguk. Pria ini sedang malas memperpanjang kata. Ia sedang sibuk menyiapkan mental untuk menerima semua kenyataan yang akan di dengarnya dari mulut sang dokter. Jika saja soeun dipastikan mengidap maag akut yang berbahaya, ia akan segera mengurus masa cutinya dan membawa soeun menjalani pengobatan di luar negeri. 

Biar orang mengatakan dirinya berlebihan, tapi kimbum tidak dapat mendusta bahwa ia takut soeun meninggalkannya. Jauh lebih takut dibanding dulu saat dirinya kehilangan gadis kesayangannya.

"Apa kita akan pergi saat ini juga?." tanya soeun. Matanya masih tetap setia memandang wajah kimbum, meski pria itu tengah fokus pada beberapa berkasnya.

"Setelah bogem tiba chagi. Dan kau yoon jilguk, pelajari berkas-berkas ini!." 

"Mwooooo????"

Kimbum menghentikan kegiatannya dan segera merapikan berkas-berkasnya yang sedikit berserakan, lalu memandang datar jilguk yang menampilkan wajah tolol dengan mata besar layaknya ikan koi.

"Aku tidak punya waktu untuk mengulang kalimat." pria ini menurunkan perlahan sang istri dari pangkuannya. Membiarkan soeun berdiri di dekatnya tanpa ikut menimpali kekanakan jilguk yang menyebalkan.

Jilguk meringis mendengar nada santai kimbum. Jelas sekali pria itu sedang menghardiknya dengan untaian lembut. Bibir jilguk mengerucut, pria ini mengumpat sebal kimbum yang tengah memasang kembali jas pada tubuhnya. Kimbum memang tampan, namun sikap.. ia digambarkan persis seorang iblis.

"Hyung, aku ini manager noona, kenapa kau menyuruhku mengerjakan pekerjaanmu?!." gerutunya. Yang benar saja, ia dibayar hanya untuk menjadi manager. Tapi lihatlah kini, kimbum bahkan memperlakukannya layaknya bawahan goldshion.

"Wae? Kau keberatan? Gwaenchana, aku bisa minta bogem mencari new manager untuk istriku." 

"Yaaaaaa.."

"Aku akan menyumpal mulutmu jika sekali lagi kau berteriak dihadapanku!."

Soeun terkekeh tanpa berkomentar. Rasa malas membuatnya enggan untuk menanggapi. Ia lebih suka melihat kimbum menyiksa sang manager, dibanding membela si tampan pendek yang berbibir bebek. 

Gadis ini mendekat, meraih lengan kimbum da memeluknya erat. Membuat sang pria tersenyum cerah dan mengacak gemas surai kecoklatannya. 

Sedang jilguk memilih diam dan menyumpah di dalam hati. Melayani kimbum hanya akan membuatnya menderita. Diam adalah pilihan tepat jika tidak ingin kehilangan pekerjaaan. Pria ini bahkan hanya diam saat soeun melambaikan tangan sambil melangkah keluar bersama sang suami yang memancarkan tatapan setan pada manik matanya.


No comments:

Post a Comment