Bukan sesuatu yang aneh jika seorang bawahan diminta mendatangi perusahaan di pagi dini hari seorang diri. Tapi sesuatu yang gila adalah di mana sang pemberi perintah tidak juga memunculkan kehadiran dirinya, meski setelah sang langit yang gelap telah berubah menjadi langit yang terang.
"Temui aku pukul 05.00 A.M!'
Omong kosong!
Keotoriteran seharusnya dihapuskan dari muka bumi. Hal yang adil bagi kaum lemah untuk menolak perintah tolol dan untuk sekedar membela diri. Bogem berusaha menahan laju emosinya ketika pintu berderit dan memunculkan seorang pria tampan yang telah lama dinantinya.
Ini awal musim dingin. Salju bahkan mulai turun menyapa bumi. Tapi kimbum sang pemberi perintah justru membuatnya bertahan dalam kebekuan.
"Apa yang kau lakukan sepagi ini di ruanganku? Ada masalah?."
Bogem mendengus ketika telinga pekanya menangkap alunan pertanyaan bodoh sang sajangnim. Ia bersumpah pasti akan membalaskan rasa kesal dihatinya dengan cara membuat si pria tampan cemburu setengah mati. Kimbum tolol, sahee bahkan telah mendeklarasikan rasa cintanya pada semua orang. Itu hal menarik bukan?
Pria itu luar biasa tampan, terutama saat ia bergerak melepas jas mahalnya dan meletakkannya di belakang sandaran kursi. Tubuhnya kekar, begitu indah dibalut kemeja putih bersih dan rompi berwarna dongker. Kimbum benar-benar dapat membuat seorang gadis pingsan dengan hanya mengembangkan senyum pemikatnya. Bogem bahkan mengakui, jika tuhan menciptakannya sebagai seorang wanita, ia sudah pasti akan mengejar kimbum meski hingga ke lubang kuburnya.
"Menghancurkan ruanganmu!."
"Kupastikan kau akan jatuh miskin!."
Kimbum mengendik tak acuh ketika bogem mencibir lirih. Salahnya berbicara asal tanpa berfikir. Pagi bahkan baru menjelang, ia sedang tidak ingin memancing saraf emosi keluar dari balik permukaan kulitnya. Cukup soeun saja yang memancingnya.
Well, kimbum tidak lupa janji, tapi soeun merubah segalanya. Gadis itu menangis ketika ia telah bersiap memasuki mobil. Semua hanya karena pembatalan yang sempat dilontarkannya. Ia mencoba bertahan, namun berakhir menyerah ketika isakan si mungil bercampur dengan hembusan nafas yang sesak. Yah, soeun mengalami sesak nafas secara tiba-tiba hingga membuatnya urung menemui bogem.
Pria ini harus memanggil dokter dan menemani sesaat soeun yang kembali menjadi gadis manja yang menyebalkan. Dan lagi bogem terlalu berlebihan, pria itu jelas-jelas menanti di dalam ruangannya yang begitu hangat.
"Kau benar-benar keterlaluan. Ini awal musim dingin!."
Pria ini menghardik, namun menimbulkan kekehan di bibir kimbum. Ia tidak tahan melihat bibir mengerucut bogem yang terlihat layaknya bocah berumur 5 tahun.
"Terus saja tertawa. Kau bahagia mendapatkannya hoeh?." cibir bogem.
Skak mat untuk kimbum. Tapi pria itu tetap tidak perduli. Kimbum hanya melangkah sembari mendekati dengan senyuman tampan di
wajahnya.
"Kau tahu, hal pribadi tidaklah harus dipublikasikan." kimbum bergumam penuh kesinisan. Membuat bogem mengumpat mendengar alunan kekejiannya. Kimbum memang susah untuk dikalahkan bahkan dengan cibiran memalukan.
"Kurasa aku berhak tahu."
Lagi kimbum mengendik, lalu perlahan menempelkan punggungnya pada sandaran. Pria ini terpakasa tak memesan kopi, karena sahee telah menyuguhinya 3 cangkir kopi selama menemani soeun beristirahat.
"Aku ingin kau mencari agensi khusus untukku." perintah kimbum. Suaranya datar, namun sarat akan penekanan di dalamnya. Membuat bogem memicing tidak mengerti.
"Wae?? Ada masalah dengan agensi tempat soeun bernaung?
"Belum. Hanya aku merasa mereka akan memperbudak istriku."
Bogem menarik sudut matanya, menatap aneh sang sahabat yang terlihat begitu posesif. Bukan pada sikap, namun pada cara bertutur kata. Pria itu menggambarkan bahwa ia sedang memiliki perasaan buruk pada agensi tersebut.
Bogem menempelkan punggungnya pada sandaran, tetap menatap kimbum dalam diam. Sedang kimbum memilih menatap gedung pencakar langit lainnya dari balik kaca ruangannya. Pikirannya kacau dan hatinya bergejolak. Entah apa dan bagaimana bisa ia berpikir soeun hanya akan dimanfaatkan. Gadis itu sakit, dan pengawasan akan sulit dilakukannya jika dirinya terus berada di kantor. Jika soeun berada di bawah naungan agensi khusus, ia akan mudah memastikan dan menjadwal sendiri kegiatan istrinya.
"Baiklah, apa dia akan kemari?."
Bogem memilih menuruti tanpa membantah. Kimbum jarang terlalu protect pada sesuatu kecuali pekerjaannya, tapi kali ini bogem yakin pria tampan ifu memiliki firasat tersendiri untuk sang istri.
Dulu pria itu boleh mencinta hingga membuat luka. Namun kini begitu jelas terlihat di mata pekat itu sebuah rasa cinta dan egois berpadu menjadi satu, dimana rasa itu akan membawa hubungan pada keterikatan dan memberatkan disalah satu pihak. Bogem yakin bahwa kimbum lah yang akan menjadi pencintanya. Pria itu bahkan akan mengikuti soeun hingga ke lubang neraka sekalipun. Kimbum juga tidak akan pernah membiarkan gadis chocolate itu pergi meninggalkannya.
"Ya." kimbum menjawab, namun tubuhnya ikut beranjak pindah ke kursi kebesarannya. Ia membuka salah satu berkas dan mulai mempelajarinya. Biar saja bogem di sana, ia harus cepat menyelesaikan segalanya sebelum si mungil tiba dan menghancurkan segala rencananya. Bukan karena apapun, soeun jelas mendengar keinginannya yang akan membawa gadis itu ke rumah sakit. Gadis itu bahkan telah melakukan ajang pembujukan dan penolakan sepanjang malam dan itu sangatlah merepotkan. Pria ini harus memutar otak menciptakan kebohongan agar dapat melaksanakan segala rencanya.
"Aku akan kemari saat dirinya tiba." ucap bogem. Meski sedikit kesal pria itu lebih memilih abai dan memandangi. Kimbum akan selalu seperti itu menebar sikap busy yang menyebalkan.
"Kau harus kecewa."
"Wae?."
Lagi bogem mengernyit. Hawa dingin tidak menyapa permukaan kulitnya, ruangan sangat hangat berkat mesin penghangat, namun entah kenapa otaknya justru ikut membeku tolol.
"Aku akan memeriksakannya ke soeul hospital." kimbum menghentikan gerakan lincah bola matanya. Meletakkan berkas dan mengalihkan pandangan pada sang wakil yang tidak juga peka pada sindirannya. Jika bibirnya tidak memerintah bogem akan selalu berada disana dan terus mengusiknya.
"Soeun sakit?."
Well, pria itu terlihat tolol dalam bertanya. Jelas jawaban telah tersedia jika seseorang berniat mengunjungi rumah sakit. Kimbum berdecih, lalu menjulurkan tangannya tepat setara dada.
"Kau bodoh? Aku akan memeriksakannya!." hardiknya tanpa ampun. Emosi mengusik ketika pertanyaan bogem menyapa kecerdasannya.
Bogem mendengus, acungan telunjuk kimbum terlihat berlebihan menurutnya. Meski pertanyaan itu salah, tidak seharusnya kimbum menghardik dengan sebuah acungan jari. Sungguh menyebalkan ketika ia dipaksa menyadari sebuah pangkat yang lebih tinggi.
Pria itu berdiri lalu memilih tak menanggapi. Biar saja kimbum murka, bahkan pria itu telah mengerjainya di pagi buta. Kimbum tidak akan memecatnya. Jangan lupakan lama waktu yang telah diberikannya untuk mengabdi pada perusahaan. Kadang sebuah persahabatan dapat menjalin kerjasama yang menjanjikan. Dan siapa orang akan bertahan menghadapi sikap otoriter kimbum?. Jelas hanya dirinya! dan kimbum tidak akan mendapatkan wakil yang luar biasa menyenangkan seperti dirinya.
Dan lihat saja, ia akan membalas perbuatan kimbum. Soeun akan menjadi alat sempurnanya untuk memancing taring iblis sang sajangnim keluar. Ingatlah, seorang pria akan menggila ketika gadis yang dicintainya di usik pria lainnya.
No comments:
Post a Comment