Search This Blog

Friday, April 24, 2020

Conqeror Chocolate 16






Seorang pelayan membungkukkan tubuhnya ketika seorang gadis keluar dengan angkuhnya dari mobil mewah yang ditumpangunya. Kaca mata hitam yang bertengger pada hidung dan dress mini hitam yang melekat pada tubuh benar-benar meyakinkan bahwa dirinya adalah putri seorang konglomerat.

Tak ada senyum di wajahnya, hanya kedataran dan kecongkakan jelas gambaran sempurna wajah cantiknya. Ia melangkah dan segera menuju ruang keluarga. Bersikap tak acuh ketika tidak ada sambutan, karena memang kediaman itu telah lama ditinggalakan oleh para penghuni.

Bukan tanpa penghuni, karena banyak orang menumpang di bawah atap megahnya. Para pelayan yang memang diharuskan tinggal dan merawat keasrian rumah yang ditinggalkan.

Kembali pada sang gadis, ia berhenti di anak tangga terbawah, menatap ceria bangunan kebanggaannya tanpa mengacuhkan seorang pelayan tua yang turut berdiri di belakang tubuhnya, tepatnya di lantai terbawah.

"Kau sudah menyiapkan kamarku? Aku akan cukup lama berada di sini." ucapnya. Tubuhnya tidak berpaling, tapi nada yang dilontarkan cukup memberi pengaruh.

Membuat sang pelayan mengangguk dengan cepat. Tidak perlu menjawab, gadis itu tidak pernah suka bila lontarannya mendapat sebuah jawaban. Diam adalah emas! Itu lah yang selalu diucapkan si gadis angkuh.

"Pergilah! Aku ingin beristirahat. Bangunkan aku esok hari, dan jangan terlambat! Aku perlu menyapa budak tampanku dan mendapatkannya kembali." sebelum si wanita dapat mengangguk, gadis itu telah melangkah jauh. Memasuki ruang khusus utama yang disediakan bagi putri tunggal yang tersayang. 

Si pelayan menghembuskan nafas. Sejujurnya ia lelah menanti, entah kapan kehangatan akan kembali pada tempatnya, sedang semua tak ada yang berubah. Seandainya waktu dapat diputar wanita tua itu akan merubah keputusan dan memilih pergi, mengabdi pada seseorang yang tak mungkin akan kembali lagi.

Bingkai terlepas dari posisinya, gadis cantik bertubuh semampai itu mengganti segala yang ada dengan semua barang pribadinya. Kamar ini cukup lama tidak dirinya tempati, namun tak ada debu ataupun sarang laba-laba pengusik. Ruangan itu bersih dan rapi layaknya tahun-tahun yang lalu.

Cat putih yang mengkilat dan rona jingga di setiap sudutnya. Benar-benar suasana yang dirindukan. Kamar mewah itu selalu membuatnya tersenyum. Karena kamar itu kamar impian semua jenis gadis di dunia. 

"Kau tau, aku sendiri yang akan membawamu kembali padaku! Kau hanya milikku tampan." alunan nada bernada lembut namun sarat akan kekejian. Seseorang di balik daun pintu bergetar menahan takut pada sosok gadis yang harus ditemuinya.

"Well, aku akan mencarimu, menghabisimu dan mendapatkan posisimu! Tunggu aku siesie." lagi gadis itu berucap, bukan lagi pada bingkai berwarna hitam, kini telunjuknya mengusap lembut bingkai tua berwarna putih, di mana dua gadis berada di dalamnya. Tertawa riang dengan pola gaun yang sama, ikat rambut yang serupa dan pelukan hangat yang membahagiakan. Terlihat begitu sempurna dengan latar cantik taman bunga di belakangnya.

Tepat ketika nada berderi g, langkah tersembunyi berlari menyelamatkan diri. Biar saja ia mencuri dengar, tapi ia bersumpah akan menutup bibirnya lebih rapat dari sebuah perekat. Itu kisah lama dan tidak harusnya kembali terungkit kedaratan. Ini masa depan, dan gadis itu harus tetap bahagia, meski harus melukai seseorang yang lainya, gadis itu harus selalu yang utama. Itulah mengapa dirinya membawa seorang anak datang ke dalam kehidupan ini, mengubah kebenaran menjadi kebohongan yang tak terungkap. 



No comments:

Post a Comment