Korea selalu tampak indah pada musim saljunya, suhu dibawah rata-rata membuat siapapun akan lebih memilih berada di dalam rumah merasakan usapan hangat pemanas ruangan dibanding berdiri bodoh di bawah tiupan beku angin.
Tapi tidak pada seorang gadis kecil, pipi merona dengan kembungan menggemaskan focus dengan gerak kakinya. Ia berlari memasuki gerbang bangunan mewah yang adalah rumah pribadinya. Sedikit aneh dengan dress biru berpadu coklatnya yang begitu mini untuk anak seusianya yang baru berusia 6 tahun. Ia berhenti, mengatur nafasnya yang terasa begitu memburu sesak, menyungging senyum cerah pada sesosok pria berusia 15 tahun yang tengah tertidur santai disofa mewahnya. Terkadang hangat pemanas selalu membuat rasa kantuk datang menyerang dengan tiba-tiba.
"Joon lihat apa yang kubawa." ucap sang gadis, langkahnya kembali cepat dan segera terduduk di atas pangkuan sang pria yang kini terlonjak kaget.
Ia terkikik ketika melihat sang oppa mendengus karena tingkah manjanya. oh joon tidak akan pernah marah meski dirinya melempar sebongkah es ke wajah tampannya itu. Hey, pria itu memang begitu tampan, putih dan lembut. Membuat banyak gadis memujanya, namun mereka harus kecewa dengan kehadiran soeun.
"Dari mana kau mendapatkan balon dan chocolate itu sayang ?." tanya pria yang jelas bernama joon itu. Sebuah panggilan yang memang dimintanya secara khusus pada sang adik. Ia mengusap sayang kepala sang gadis kecil, menggerutu di dalam hati saat merasakan kepala mungil itu dingin membeku. Dia hanya tidur selama 1 jam dan para pengasuh telah membiarkan adik kesayangannya itu bermain di bawah salju. Tunggu saja dan ia akan menghardik semua pelayan bodoh itu.
"Oppa tampan. Kau tau joon, dia seperti seorang dewa. Aku jatuh cinta padanya." jawab sang gadis. Bibirnya merekah membentuk senyuman cantik. Ia menggerakkan kedua tangannya menyalurkan rasa senangnya.
"Yaaa kim so eun, bagaimana bisa kau menduakan ku hoeh ?." teriak joon. Cukup kesal mendapati ada seorang pria berusaha mendekati adik yang selama ini dirinya jaga begitu protektif. Demi menjauhkan adiknya yang bernama kim so eun itu dari para pria berbahaya di luar sana. Kim so eun luar biasa cantik dan sangat putih, joon tak pernah rela jika ada yang merebut soeun darinya.
"Mwo ? Apa aku tidak boleh jatuh cinta ?." soeun memberengut, menurunkan tubuhnya dan mendudukkan di atas sofa yang lainnya.
"Katakan, siapa diantara kami yang lebih tampan ?." joon menatap tajam soeun, mengabaikan ratap sendu sang adik. Soeun sangat pintar ketika sedang beracting dan joon sudah terlalu hapal tabiat si mungil nan cantik itu.
"Oppa itu oppa." cicit soeun.
Bahkan kata joon telah menghilang dari nadanya. Ia takut ketika mendengar nada dingin sang oppa. Tapi sumoah kuda menjadi kucing ia berkata jujur. Pria yang ditemuinya memanglah begitu tampan dan begitu lembut.
"Kenapa kau mencicit ? Kau takut padaku ?."
Soeun mengangguk. Tapi tetap merunduk sambil mengusap kedua tangannya. Chocolate hanya tergeletak di atas meja dan balon dibiarkan bergerak bebas di dalam rumah. Balon gas itu tidak akan terbang jauh, karena akan ada banyak pelayan menjaganya.
"Jangan pernah takut padaku, karena aku sangat menyayangimu. Kau boleh jatuh cinta, tapi jangan pernah gantikan posisiku pada siapapun. Arrasseo ?." joon beranjak, mendekat lalu memeluk tubuh mungil sang adik. Tak ada maksud untuk memarahi, ia hanya terlalu cemas jika ada yang merebut gadis cantiknya.
"Aku tidak mengerti."
"Saat kau dewasa kau akan mengerti."
"Arrasseo !. Sekarang aku akan bermain." jawab soun.
Joon mendengus lirih, benar bukan soeun jago acting. Gadis nakal itu memiliki sejut ide hanya untuk menjahilinya, dan jangan salahkan siapapun karena dirinya memang terlalu menyayangi soeun.
****©©****
"Joon hiks,hiks."
Joon terlonjak dari tidur lelapnya. Kali ini tak ada dengusan karena emosi lebih dulu memenuhi ruang hatinya. Saapan isakan sang adik adalah cambukan menyakitkan untuknya.
"Waeyo ? Ada yang melukaimu." " tanyanya dingin. Ia menangkup pipi putih soeun, menciba sedikit menenangkan isaakan.
"Balon k___."
"Kim so eun !. Berhenti mengganggu oppa mu !. Dia harus beristirahat."
Sial ! Joon menarap geram sang eomma yang berteriak menghentikan laju ucapan soeun. Siapapun dan joon tak akan biarkan seorang pun melukai adiknya.
"Mianhae eomma." bisik soeun. Ia menunduk menggenggam erat jemari sang oppa.
"Pergilah eomma !" perintah joon dingin. Membuat sang eomma mendengus dan segera memilih pergi.
"Tidur bersamaku." perintah joon. Ia menarik lembut soeun kesisinya, memaksa sang adik beristirahat dalam dekapan tubuhnya. Diluar dingin dan ia tak ingin soeun jatuh sakit karena terlalu asik bermaun.
"Kau sakit joon ?." tanya soeun. Ia mengangkat jemarinya, menyentuh dan mengusap dahi joon.
"Hanya demam menyebalkan. Kenapa kau menangis ?."
"Balon ku tersangkut diatas pohon joon. Oppa tampan itu memintaku menjaga balon itu bukti kami pernah bertemu."
"Pohon mana ? Kaja aku akan mengambilkannya."
"Anio, oppa sedang sakit. Halmeoni dan eomma akan memarahiku."
"Kau tau, hal paling menyakitkan di dunia ini adalah melihat kau menangis. Semua, sekalipun nyawaku akan kuserahkan padamu."
"Oppa saranghae." ucap soeun sambil memeluk erat joon yang terbaring di sisi tubuhnya. Semua menyayangi joon dan joon begitu menyayanginya. Bagi soeun memiliki joon sudah lebih dari cukup.
"Nado-ya." joon tersenyum.
Tidak ada yang lebih membahgiakan dari pada cinta soeun. Ia salah memendam rasa, namun semua mengalir karena alunan nada. Soeun begitu manja dan dirinya terlanjur mencinta. Sekalipun tak mampu memiliki, joon akan berusaha untuk selalu membahagiakan.
***©***
"Yaaaa kim joon apa yang kau lakukan ?! Cepat turun ! Bukankah kau sedang sakit ?." teriak seorang gadis keras. Ia memberang melihat kelakuan bodoh sang oppa yang juga adalah calon suami kecilnya. Perjodohan dan joon sangat menyebalkan. Udara begitu membekukan dan pria iti sedang sakit.
"Tutup saja mulut mu. Bodyguard-bodyguard itu akan kemari karena suara cemprengmu." jerit tertahan joon. Ia mandang kesal jhin ae. Gadis tomboy bertubuh semampai di nawah sana. Gadis itu calon istrinya tapi bibirnya sama dengan segerbong kereta express, begitu berisik.
"Aish.. Kau menyebalkan!."desis jhin ae.
"Oppa turun saja, aku takut." soeun menyahut dari bawa, membuat tarikan di bibir jhin ae segera merekah. Ia sangat menyayang soeun sama dengan sang pria jodoh di atas sana.
"Gwaenchana sayang, sedikit lagi oppa meraihnya." jawab joon. Ia kembali memanjat lebih tinggi. Menggapai-gapai balon yang tersangkut di ranting berimbum tebal daun. Batang iti tidak jauh, masih berada di sekitaran komplek rumahnya, tepatnya di lapangan luas sebelah kediaman mewahnya.
Jhin ae tersenyum ketika joon berhasil meraih balon merah di atas sana, nafasnya sedikit tercekat saat joon mulai berayun santai terjun begitu saja.
Berbeda dengan soeun, ia segera meraih balon dari genggaman sang oppa yang baru menginjak permukaan tanah, lalu membawanya berlari mengelilingi lapangan hijau.
"Omo.. Kim so eun awas !." teriak jhin ae. Ia berlari sekuat tenaga saat sebuah mobil yang entah dari mana datangnya bergerak cepat menyerbu soeun yang telah terdiam kaku karena teriakannya.
"Kim joon.....!" teriaknya lagi, dan kakinya mengkaku di tempat. Jhin ae terjatuh menatap tubuh joon yang terlempar begitu jauh setelah mendorong kuat tubuh sang adik.
"Andweeeeeeee"
No comments:
Post a Comment