Search This Blog

Monday, April 27, 2020

Conqeror Chocolate 29








.
.
.

Suasana Goldshion masih tetap sama. Hiruk-pikuk langkah para karyawan lebih mendominasi dibanding alunan suara. Beberapa pria dan wanita hilir mudik di sekitar, dan kebanyakan lebih memilih diam menatap layar dan menikmati secangkir kopi yang tersaji. Tapi tunggu, itu hanya berlaku pada pekerja di meja khusus. Sedang para receptionist tetap berdiri menebar senyum dan menyapa lembut setiap tamu yang berkepentingan. Ada security tepat di muka pintu utama, bergerak lincah ketika ada beberapa tamu yang memerlukan bantuan.

Goldshion Corporation adalah induk perusahan kontruksi yang sangat terkenal. Jadi hal yang sepatutnya jika para karyawan bekerja penuh keprofesionalan. PemimpiƱ mereka hanya satu, Kim sang bum! Namun begitu banyak pemegam saham di bawah naungannya. Pria itu terkenal dingin, angkuh dan irit berbicara. Tidak ada satupun karyawan yang bisa mendekat akrab padanya, tidak sekalipun seorang sekertaris. 

Tetapi semua itu berubah ketika seorang gadis mungil mengubahnya. Wanita cantik dengan surai kecoklatan dan bersuara sangat manja. Wanita yang dikenal sebagai istri sang pemimpin, namun jarang berbicara akrab dihadapan mereka. Bukan karena sombong, namun mereka hanya merasa canggung meski itu hanya sekedar untuk menyapa. 

Gadis itu terlalu cantik dan seksi dan mereka tidak bisa menjaga mata ketika soeun hadir untuk menemui sang direktur. Jarak jauh adalah cara mereka mengagumi sosok model itu, bergosip ala pria dewasa, memuja kecantikan sang samonim yang selalu tampil seksi dan mempesona. Wajar bila kimbum begitu menyayangi dan menjaganya, karena hanya pria bodoh yang akan menyia-nyiakan gadis secantik kim so eun.

Beralih dari soeun, pintu berderit dan bogem mengalihkan tatapan. Seorang pria masuk dengan santun setelah sebelumnya bogem mempersilahkan. Pria itu rapi, berbalut kemeja biru yang pas dibagian tubuh beradu dengan celana berbahan dasar yang halus. Jangan tanyakan kepentingan, jelas pria ini tengah mengantarkan berkas yang harus dirinya periksa kembali sebelum sampai di meja utama sang sajangnim berwajah tampan. 

"Permisi tuan, ini berkas yang anda minta." pria tinggi ini berucap tenang setelah menundukkan kepalanya hormat. Rambut pria ini klimis, tidak terlalu tampan namun begitu sopan dalam bersikap. 

Bogem mengangguk, lalu menjulurkan tangannya meraih berkas yang diserahkan. "Kau sudah memeriksanya dengan teliti?" katanya. Bogem tidak mengangkat kepalanya, ia fokus menunduk untuk membaca setiap kata yang tertuang.

"Ya tuan." jawab sang karyawan. Kepalanya mengangguk satu kali, tapi jemarinya bertautan saling meremas. Terlihat tidak yakin pada kalimat yang diucapkannya.

"Aku tidak mengerti kecerdasanmu Luk. Apa saat pembagian otak kau tidak hadir? Berkas macam apa ini? Kau tahu, kepalamu tidak akan selamat jika berkas ini sampai di tangan seorang kim sang bum!" tegur bogem keras. Namun itu bukan hardikan, dan pria ini tetap duduk dengan mengangkat kepalanya. Bogem juga hanya mengangakat tangan kanannya sembari mengibas-ngibas berkas yang ia genggam. 

Kepalanya mendadak migren karena ulah sang bawahan. Sejujurnya ini bukanlah tugasnya, namun kimbum memberi kewenangan itu, karena pria itu malas berurusan dengan karyawan bodoh. Well, hanya malas memeriksa berkas tidak berguna. 

Kimbum hanya ingin memeriksa berkas yang telah sempurna, dan itulah alasan mengapa pria itu memberi bogem tugas memeriksa berkas dari para karyawan sebelum diserahkan ke meja kerjanya. Dan bogem bersumpah, kimbum memang direktur yang luar biasa menyebalkan. Bukan hanya bibirnya yang menakutkan, tapi mata dan kecerdasannya lebih dari apapun. Entah bagaimana bisa soeun mencintai iblis berwujud manusia tampan itu.

Tahukah bahwa seluruh karyawan menakuti sososk kimbum? Jangankan berbicara, menegur pun mereka memperhitungkan waktu yang tepat. Berbeda jika ada kim sang woo, seluruh karyawan bahkan dapat bersikap santai pada pria tua yang masih tetap tampan itu.

"Jeosonghamnida tuan. Saya akan segera memperbaikinya."

"Kerjakan dengan cepat! Satu jam lagi rapat akan dimulai."

"Ya tuan." 

Sang karyawan bergerak dengan gerakan sangat cepat, meraih berkas lalu beranjak keluar. Demi apapun ia harus menunda rencana makan siangnya. Berkas itu jauh lebih penting dari apapun juga. 

Oh tentu. Ia belum siap menghadapi kimbum yang sedang dalam keadaan kurang baik. Pria ini masih ingat bahwa beberapa hari ini kimbum lebih mengerikan, bibirnya lebih tajam ketika menegur, tatapan matanya lebih menghujam, dan pria ini masih sangat menyayangi nyawanya. 

Tapi bogem tidak, ia hanya tertawa terpingkal-pingkal saat bawahaan itu telah keluar dari ruang kerjanya. Ya tuhan, kimbum memang keterlaluan. Bogem sadar pria malang itu ketakutan pada sosok sahabatnya, tapi demi tuhan bogem tidak berniat memintanya memperbaiki berkas tersebut. Ini jam makan siang dan bogem siap untuk memperbaiki sendiri. Ia tidak tega membiarkan pria itu menahan lapar hanya untuk berkas-berkas bodoh, meski itu adalah bahan untuk rapat. Tapi ia juga harus profesional menanggapi hal apapun, setidaknya para karyawan dapat memperbaiki diri agar tidak mendapat kutuk mengerikan dari seorang kim sang bum.


No comments:

Post a Comment