Search This Blog

Saturday, April 25, 2020

Conqeror Chocolate 12







Jhin ae mengisak, memeluk erat tubuh siwon yang duduk tepat di sisi kanannya. Jeritan ketakutan soeun 18 tahun yang lalu kembali melukai hatinya. 

Joon pergi.  Begitu saja, tanpa kalimat perpisahan, meninggalkan sang adik seorang diri dalam kesakitan. Delapan belas tahun dan soeun terus saja bergelut dengan kekelamannya. Bersikap manja untuk mengalihkan kesepian dan kehilangannya. 

Kimbum menghembuskan nafasnya kasar. Merilekskan kembali  kepalan jemari tangannya dan menetralkan detak jantung sialannya. Kamar hotel kini kembali sepi karena bungkaman kalimat. 

Dua jam yang lalu ia meminta jhin ae mengunjungi. Kondisi soeun yang tiba-tiba melemah karena demam membuatnya tak tega untuk meninggalkan. Rasa penasaran yang tinggi, menghadirkan pikiran memanggil jhin ae dan hyerim ke dalam hotelnya. 

Kimbum meminta jhin ae menceritakan sesuatu yang disembunyikan darinya selama ini. Meski sempat menolak, akhirnya jhin ae terpaksa bercerita setelah kimbum menghardik murka dirinya. 

Namun saat jhin ae bercerita, justru kimbum lah yang memendam emosi luar biasa. Bahkan hyerim berulang kali mengusap lembut bahu kekar sang adik. Mata yang memerah dan rahang yang mengeras adalah bukti akurat kemarahan sang pemimpin goldshion.

Jujur saja hyerim cukup terkejut saat mendapati respon murka kimbum. Seumur ia mengenali kimbum, adik tampannya itu tidak pernah semurka itu, bahkan dulu ketika ia salah paham pada jong so, kimbum hanya mengirim suruhan untuk menghabisi suaminya. 

"Jadi, apa hal itu yang menjadi  penyebab pria tua itu melukai soeun?"  tanya kimbum mengulang. Ia mengusap kasar wajahnya, terlalu sakit mendengar semua pengakuan jhin ae.

"Hmmm. Entah bagaimana bisa mereka bisa menjadikan soeun sebagai tersangka utama, dan menjadikan sang pengemudi asli yang lalai berakhir dengan  kebebasan" jawab siwon. Ia mengusap lembut punggung jhin ae yang bergetar, joon sahabat dekatnya, dan semua kisah, dirinya pun mengetahuinya.

"Lalu, balon apa yang Soeun maksud. Apakah ada kata tertulis di balon itu?"

"Balon merah muda. Dan seingatku tidak ada tulisan apapun di balon itu."

Jhin ae, hyerim dan siwon mengernyit memandang kimbum. Sedikit aneh ketika pria tampan itu kembali mengerang emosi dan mengacak kasar rambut hitamnya. 

"Bum-ah.." 

Mendengar namanya diserukan bernada manja, kimbum segera memalingkan wajahnya menatap pintu kamarnya. Bibirnya tersenyum cerah saat melihat soeun berdiri memberengut sambil memeluk bantal dengan kedua tangannya. 


"Kemarilah.." jawab kimbum lembut. Ia menyadari soeun marah karena ditinggalkan dalam lelap sendirian. Sedang sebelum tidur gadis cantik itu telah meminta untuk tidak meninggalkannya.

Di tempat duduknya baik Jhin ae dan hyerim secara kompak membelalak kan mata, tidak percaya bisa melihat senyum dan mendengar lontaran bernada  lembut milik kimbum. Kedua wanita itu juga kompak ternganga demi melukiskan betapa shocknya mereka.  


Jhin ae  bahkan tidak lagi menangis dan merasa terluka. Saat ini seolah telah terjadi pemberhentian waktu untuk jhin ae dan hyerim. Membuat siwon terkekeh geli dalam hatinya, ia tidak perlu bertanya karena telah mengerti apa yang sedang terjadi. Pria itu cukup peka membaca kode dewasa kimbum.

"Kenapa kau meningglkanku?" rutuk soeun manja. Ia mendudukkan tubuhnya seperti biasa di atas pangkuan sang suami, dengan menaruh kepalanya diatas bahu kumbum. Tubuhnya sedang menghangat, dan ia tak berniat memperpanjang kata. Soeun hanya ingin kembali berbaring dan menikmati pelukan kimbum.

"Kau sangat manja. Sapa yang benar ketiga tamu ini." ucap kimbum sedikit bernada memerintah, cukup tidak sopan soeun mengabaikan sang kakak yang rela jauh datang hanya karena rasa cemas.

Soeun mengernyit, sedikit bingung mendengar kata ketiga. Siapa ? Ia tidak melihat siapapun kecuali kimbum. Apa matanya mulai buta ? 

Merasa penasaran soeun mengangkat kepalanya cepat, dan mengikuti arah pandang mata kimbum. Detik berikutnya berlonjak girang adalah hal yang dilakukannya. Tubuhnya cepat beranjak dan menyerbu tubuh jhin ae yang diam terduduk.

Astaga, kimbum nyaris menjerit karena tubuh soeun hampir limbung karena lemahnya.

Jhin ae bahkan hanya bisa mendengus lirih mendapati tingkah sang adik. Soeun selalu saja berubah kekanakan jika bertemu dengannya. Dan lihatlah, ia bahkan sempat berpikir gadis manja itu tengah meraung pilu setelah bertemu sang appa,  tapi ternyata soeun justru terlihat begitu bahagia.

"Hati-hati cantik, kau akan melukai keponakan kecilmu." ucap siwon lembut. Ia mengusap perlahan perut datar jhin ae. Terkekeh ketika soeun melotot dengan begitu lucu, bahkan tubuh mungil itu segera beranjak dari tubuh istrinya. 

"Omo, omo.. eonnie hamil ?." teriaknya keras. Ia berdiri syok dihadapan jhin ae yang tetap duduk melongo karena tingkah kekanakannya. 

Soeun mengangkat tangannya untuk menutup kedua mulutnya, menahan rasa girang yang membuncah dihatinya. Tuhan, hari ini tiba. Hari dimana semua kebahagian datang menghampiri dirinya. 

"Ya chagiya hentikan. Kau akan terjatuh." gerutu kimbum. Tubuhnya beranjak cepat menangkap soeun yang telah melanjutkan aksi uforianya dengan berlari berputar-putar dalam kamar hotel. 2 jam yang lalu tubuh mungil itu sempat menggigil kedinginan, tapi sekarang soeun bagaikan kancil lincah yang tak pernah merasa sakit.

Lagi hyerim dan jhin ae tercengang tolol. Chagiya ? Apa otak dan pendengaran mereka terganggu ? Hari masih siang, matahari masih bersinar, apakah sedang terjadi mimpi kembar ? 

"Ya tuhan kimbum, kau  ___"

Hyerim menghentikn jeritan tak percayanya. Tanpa pertimbangan ia justru berlari memeluk kimbum dan soeun. 

Kimbum mengumpat, hyerim justru membuat harinya menjadi hari kesenduan. Ini salah satu alasannya sengaja menutupi fakta, akan ada banyak mata menangisi karena perubahan perasaannya. Oh bahkan sahee belum termasuk di dalamnya. 

"Aish, hentikan noona, kau membuatku sesak." 

Kimbum mendorong lengan hyerim kesal, lalu menarik soeun yang turut tertawa sedikt menjauh. Ia menggerutu dalam hati, sangat memalukan ceo srpertinya digoda kolot oleh sang noona. Dan  itu semu karena kehadiran soeun, hembusan nafas gadis itu akan selalu membuat sosok tegas dan dinginnya menghilang.

Tapi hyerim hanya tertawa sambil melanjutkan tangisan  bodohnya. Berumur lebih, belum tentu membuat orang dewasa dalam bersikap. Seperti hyerim,  tak pernah ada orang menangis bersamaan dengan tertawa, tapi itu lah yang dilakukannya. Rasa bahagia membuatnya melakukan hal yang memalukan. 

"Sudah ku katakan kau akan terjatuh." cibir hyerim. Ia kembali melangkah ke tempat duduknya. Segera setelahnya tangannya bergerak menekan ponselnya dan terlihat berusaha menghubungi seseorang yang sudah dipastikan adalah sahee.

"Berhentilah menjadi wartawan kolot." cibir kimbum membalas. Ia tetap tak melepas dekapan pada tubuh soeun. Meski soeun terus berusaha bergerak-gerak meminta dilepas.

"Aku tidak perduli!!" jawab hyerim. Ia sedikit mendesah ketika sambungannya terkendala. Mungkin sahee sedang sibuk hingga ponselnya berada dalam luar jangkauan. Setidaknya masih banyak waktu untuk dirinya mengabarkan berita bahagia ini pada sang eomma. 

"Bum-ah lepas.." rengek soeun. Ia mendongak kepalanya agar dapat menatap manik mata sang suami yang berdiri di belakang tubuhnya.

Membuat kimbum kembali mengembang senyum. Yang lagi-lagi menciptakan kebahagiaan di hati jhin ae, hyerim dan soeun. 

"Kemarilah sayang, eonnie masih merindukanmu."perintah jhin ae lembut. Sorot matnya menatap hangat sang adik yang berdiri cukup jauh darinya. 

Sehingga kimbum perlahan melepas pelukannya. Membiarkan soeun melangkah mendekati jhin ae. Ia sadar soeun hanya meluapkan kebahagiaannya, namun tubuh soeun yang lagi -lagi hampir limbung membuatnya khawatir gadis mungil itu terjatuh. Alasan kenapa dengan cepat ia justru menghentikan langkah lincah kaki soeun.

"Apa eonnie mulai mengidam?"  tanya soeun. 

Duduk dan memeluk jhin ae selalu menenangkan hatinya. Selalu sama seperti 18 tahun kebersamaan mereka. Soeun begitu ingat, wanita cantik itu mencurahkan semua kasih sayangnya hanya pada dirinya. Bekerja keras demi membahagiakan dirinya. Rela tak mengenal pria agar cintanya tak terbagi. Bagi soeun, jhin ae adalah eomma dan kakak terbaik yang di kirim tuhan padanya.

Jhin ae tersenyum, mengarahkan tangannya membalas pelukan soeun. Kini tidak ada lagi yang mengganjal di hatinya. Jhin ae percaya setelah ini soeun akan mampu menggapai semua kebahahagiannya bersama kimbum. Pria itu mungkin memang dingin namun jhin ae yakin kimbum mampu menyayangi adik kecilnya. Menggantikan ia dan joon untuk menjaga kim so eun.

Siwon turut tersenyum. Manik matanya terus menatap bahagia dua wanita kesayangannya. Dulu dihadapan jenazah sang sahabat ia bersumpah akan melindungi soeun dan juga jhin ae. Dua wanita yang mempunyai arti begitu penting dihidup kim joon. 

Mungkin tak ada yang mengetahui, siwon selalu menghalangi pria yang berusaha mendekati jhin ae. Membantu dari jauh ketika wanita itu membutuhkan pertolongan. Menyediakan lapangan pekerjaan ketika wanita itu memilih bekerja untuk memenuhi kebutuhan pribadi soeun, karena tuan kim tak pernah ingin memberikan hak putri tunggalnya. Pria tua itu bahkan hanya mengirimkan  uang untuk kebutuhan perut saja. 

Banyak hal terlewati hingga jhin ae masuk begitu jauh kedalam hatinya. Tapi siwon tak berusaha meraih hati itu, karena ia sadar jhin ae memiliki cinta hanya untuk kim joon. Namun tuhan itu adil, soeun sendirilah yang membuat hati itu berpindah. Membuat jhin ae menerima kehadirannya untuk bergabung melindungi gadis manja bernama kim so eun itu. Kini setelah gadis mungil kesayangan kim joon itu telah meraih kebahagiaannya, apalagi yang dapat dilakukannya selain bersyukur. 

"Apa kau akan mengabulkannya?" timpal siwon. 

"Mwo? Katakan padaku." jawab soeun antusias. Ia mengalihkan pandangannya pada siwon.

"Kau tak akan bisa mewujudkannya." ucap jhin ae. Menggoda soeun adalah suatu hal menyenangkan baginya dan siwon.

"Eonnie meremehkan ku?"

"Hmm." angguk jhin ae.

Soeun berdecih kesal tak tertahankan. Shit! Haruskah kimbum terbahak melihat kekesalannya. Bukankah semalam ia mengatakan mencintai? Omong kosong!

Soeun menghentak kakinya kesal lalu berlalu cepat ke dalam kamarnya. Moodnya buruk seketika, dan tak berniat melanjutkan kehangatan.

Membuat kimbum dan siwon tertawa terpingkal-pingkal. Si mungil itu tidak sedang hamil, namun kesensitifan soeun melebihi jhin ae yang sedang hamil. 

"Bujuk dia bung. Kami akan pulang dan menikmati liburan singkat." canda siwon, setelah mampu menghentikan tawanya karena cubitan gemas jhin ae. Ia menepuk lembut bahu kimbum yang masih asik dengan kekehannya, lalu meraih tangan sang istri membantu beranjak. Kecemasan telah menghilang, tak ada lagi alasan untuk mereka mengganggu acara bulan madu manis itu. 

"Kalian akan bertanggung jawab jika dia mengabaikanku." jawab kimbum. Bukan ancaman, hanya balasan candaan siwon. Soeun bukan gadis pemarah, dan kimbum yakin istri cantiknya itu hanya sedang menikmati chocolate di dalam sana.

"Kau takut? Oeh itu luar biasa." 

"Kau bahagia noona? Terimakasih!!" 

"Kau terlalu cepat merajuk tampan."

"Kami titip gadis manja itu kimbum." siwon memilih menjawab untuk menengahi perdebatan konyol kimbum dan hyerim. Meski sebenarnya ia menikmati tontonan gratis yang di sajikan sang ceo muda goldshion itu. Tapi tatapan kejam jhin ae memaksa bibirnya untuk berucap menghentikan hal kolot itu.

"Dia bukanlah gadis lagi hyung."

"Haruskah kau mengatakannya?"

"Pulanglah noona. Kau membuatku jengah." 

Kimbum mendorong lembut bahu hyerim yang masih menatapnya jahil. Wanita tua memiliki sifat yang sama dengan sahee, akan terus mengusiknya dan kimbum sedang tak berkeinginan meladeni tingkah kolot sang noona. Hyerim bahkan lebih menyebalkan dari soeun jika sedang menggoda.

"Baiklah sayang..pye. "

Kimbum mendengus saat hyerim mencium gemas pipi kirinya dan berlalu membawa tawa bersama jhin ae dan siwon. Mereka seolah datang hanya untuk membuat kesal, beruntung jhin ae dewasa dalam bersikap tak menanggapi kekolotan hyerim. 

Entah apa jadinya jika jhin ae juga memiliki sifat yang sama dengan kedua wanita itu, mungkin kimbum akan mencari tempat khursus menahan kesabaran untuk menghadapi mereka semua. 

Setelah memastikan ketiganya tak akan kembali dan pintu telah terkunci dengan baik, kimbum segera melangkah menuju kamarnya. Hanya tidak berada di dekat soeun beberapa menit hatinya mulai merindu pada sosok wanitanya itu.
Tidak perduli banyak orang menganggapnya gila, begitu mudah berpindah cinta. Namun bagi kimbum itu kenyataannya.  


Ketika soeun hadir dan mengusik kehidupannya, kimbum selalu berusaha mengabaikan dan menjauh, menolak keras keinginan hatinya yang justru begitu ingin mengenal gadis cantik bertubuh mungil itu. Karena baginya cinta kecilnya jauh lebih berharga dibanding apapun. 

Tapi lihatlah, tuhan mengatakan lain. Cinta adalah sebuah ketulusan, rasa yang tidak dapat kita atur sesuai keinginan, rasa yang menentukan sendiri kemana ia akan berlabuh. Dan paris adalah saksinya, bagaimana rasa itu berubah dan kini justru berakar lebih kuat. 




No comments:

Post a Comment