Search This Blog

Wednesday, April 29, 2020

Conqeror Chocolate 46

.








****Conqeror Chocolate****

Aku milikmu, maka kau milikku.



Detak waktu memberi makna yang jauh berbeda. Tidak seperti dentang pada jarum yang berputar, ada getir menyirat luka ketika bibir tak mampu mengungkapkan lisan. 

Kau jauh lebih agresif. Tidak lebih menggoda jika kau seperti jalang! 

Wanita ini tahu ia telah melebihi batas kewajaran seorang wanita berpendidikan. Tapi apa yang harus dilakukannya? Keperawanan itu telah lenyap, dan cinta ia bahkan hampir kehilangannya. Bukakah ini terlalu kejam? Bagaimana bisa tuhan menghukumnya dengan begitu sulit. Ia hanya mencintai, haruskah kehilangan hanya karena memori masa lalu? Tidak, wanita ini tahu semua hanya kesalaahan. 

Kalimat itu masih terus berputar, seperti piringan hitam yang mengusik pendengaran. Brengsek! Kim so eun memang sialan! Harusnya dulu wanita ini meminta minjae untuk membunuhnya, atau membuangnya ke lautan. 

Tapi ia terlalu tolol, rasa iba masih tersisa ketika dulu pria tua itu mengirim soeun ke jepang, ia justru meminta minjae untuk mengirim soeun ke korea, dan ikut menikmati hidup bersama dirinya. Kini ketika wanita itu merebut segalanya, gyuri tidak tahu lagi apa yang harus ia lakukan. Memisahkan hanya akan berdampak buruk pada Shiura Corp. Jatuhnya perusahaan ini tentu akan berpengaruh pada keuangannya, dan gyuri tidak ingin jatuh miskin hanya karena kesalahan dalam melangkah. Tapi ia juga tidak mampu memastikan perasaan kimbum. Pria itu cukup bajingan dalam bersikap, membalas lumatan namun hingga kini tak ada keputusan apakah ia akan menceraikan Kim so eun atau tidak. 

"Kau tidak apa-apa nak?" Lama gyuri membungkam. Hingga sebuah usapan dan lontaran lembut membuatnya terlonjak kaget. Menghembus lirih, wanita ini kembali merenung menerawang langit di atas kepalanya. 

"Apa kau sakit sayang?" 

Lagi, dan wanita tua ini kembali mengusap surai kuning sang putri. Gyuri telah dewasa, dan hanna tahu tidak akan semudah itu untuk membuat putri satu-satunya itu bicara dengan terbuka. Dua puluh dua tahun bukanlah waktu yang singkat untuknya mengasihi. Ada banyak cerita yang bahkan tak mampu ia ceritakan satu persatu. 

Putrinya ini bukanlah soeun, gyuri jauh lebih agresif, lebih berisik dan lebih berani. Ratusan pria mengaguminya, tapi entah mengapa ia justru menggilai suami orang. Tolol! Jika boleh jujur hanna berharap gyuri mau merubah keputusan. Bukan dirinya tidak menyukai kimbum, hanya merebut milik kim so eun membuat putrinya itu nampak seperti wanita buruk yang tidak laku. Itu keterlaluan bukan?

"Entahlah eomma. Aku merasa pusing dan mual." Lirih gyuri. Pandangan yang menerawang perlahan diturunkan tepat pada manik renta sang ibu. Gyuri tersenyum, beku masih sedikit menimbun tanah, namun hanna akan selalu tampil cantik meski hanya menggunakan blue jeans dan atasan kaos jingga. Well, wanita tua ini tidak pernah menyukai model pakaian ibu-ibu di jamannya. Menurutnya fashion anak muda akan lebih menantang dan mengagumkan. Minjae saja akan selalu tertawa, hanna seperti abg puber yang menggelikan.

"Kau sudah makan?" Dan lagi-lagi wanita ini harus menghembuskan nafas bersalahnya ketika raut tua itu memandang dengan begitu khawatir. Gyuri menangkap usapan jemari hanna di pipi kanannya, mencium punggung tangan itu, lalu mendekapnya di dalam dada. 

"Aku tidak bernafsu." Ucapnya lembut. Tangan hanna begitu hangat. Gyuri ingat, tangan itu selalu membelainya di banding membelai seorang Kim so eun. Tangan itu selalu menyuapinya dibanding menyuapi kim so eun. Gyuri tidak mengerti, namun demi apapun ia begitu mencintai wanita tua ini. Meski waktu begitu pajang, hanya hanna wanita yang begitu membekas direlung hatinya. 

Ia bukan putri sah dikeluarga ini. Ia hanya anak angkat yang diambil minjae dari sebuah panti asuhan enam belas tahun yang silam. Gyuri masih begitu ingat, tak ada soeun dan seluruh keluarga berlonjak girang ketika kedatangannya. Ia juga tak pernah diizinkan bergaul atau dekat dengan kakak perempuannya itu. Ini benar-benar dongeng masa lalu, dimana seluruh milik Kim so eun berpindah menjadi miliknya. Kasih sayang, orang tua, harta, dan semua yang tidak dimiliki Kim so eun. 

Berdosakah dia? Tidak! Karena ingatannya mengatakan ia pernah meminta minjae memindahkan soeun bersamanya, namun keluarga ini menentangnya. Jadi dia tidak bersalah. Kebencian yang tumbuh adalah ketika gyuri mengetahui soeun justru merebut harta terbesarnya, Kim sang bum. Sial! Seharusnya gyuri tahu soeun adalah wanita yang picik. Tapi tidak, hingga ia mati sekalipun gyuri tak akan pernah rela menyerahkan pria itu pada seorang Kim so eun.

"Jangan begitu nak. Lihat, kau sangat pucat." Ucap hanna. Ia membiarkan tangan itu tetap berada pada pelukan gyuri. Tapi mata yang khawatir bukanlah kebohongan belaka. Gyuri memang terlihat begitu pucat. Bibirnya yang terbiasa merah kini hanya sedikit kering dan memutih. Putrinya tampak begitu lemah, sementara satu jam yang lalu wanita itu masih baik-baik saja. Gyuri bahkan baru kembali setelah menemui kimbum. 

"Mungkin kau masuk angin. Kau terbiasa memakai pakaian terbuka." 

"Ayolah halmeoni itu tidak lucu." Gyuri mendengus, lalu menggerutu ketika sebuah teguran mencibir tingkah lakunya. Dengan sekali gerakan ia memutar kepala dan menemukan yeonju tengah melangkah pelan mendekati taman tempatnya berdiri bersama hanna. Taman ini begitu luas, ada berbagai macam tumbuhan merah selalu menghiasinya. Tapi tidak saat ini, karena sejauh mata memandang hanya akan ada batang dan salju yang memperindah.

"Kau sensitif." Jawab yeonju. Ia tersenyum sembari terus melangkah. Well, apa yang ia katakan sejujurnya itu benar. Saat ini cucu kecilnya itu bahkan hanya menggunakan mini dress sepangkal paha di tengah salju dan angin tanpa menggunakan coat atau pakaian hangat lainnya. 

"Pergi dan makan. Kau seperti mayat." Lagi ia melanjutkan tegurannya. Semakin kaki mendekat semakin ia dapat melihat raut wajah pucat gyuri,dan khawatir dengan cepat menyergap perasaannya. Dan di sisinya hanna menggangguk menyetujui.

"Halmeoni benar. Kau sangat pucat sayang." Ucap hanna.

"Aku baik-baik saja eomma." Semakin kedua wanita berbicara, semakiun gyuri tidak mengerti apa yang tengah mereka bicarakan. Pucat? Wanita ini pikir yeonju tengah berhalusinasi sepertinya. Meski sejujurnya ia juga cukup merasa pusing, tapi tak ada rasa sakit yang menyerang. Jadi sebelum hanna dan yeonju semakin jauh mengusik, gyuri memilih beranjak dan pergi.

Namun belum tiga langkah kakinya melangkah hanna telah lebih dulu mencekal lengan kirinya. Membuat wanita ini berbalik, lalu mendengus dengan kesal. Hanna memang menyebalkan ketika cemas, dan gyuri benci harus menghadapi kekerasannya. 

"Apa tidak sebaiknya kita ke rumah sak___" 

"Ya tuhan gyuri!"

Namun belum sempat kalimat wanita tua ini terselesaikan, yeonju telah lebih dulu berteriak dengan nyaring. 

Ada kalanya ibu dapat lebih dulu bertindak, kasih yang tidak terlihat bukan berarti ada sifat yang berlebihan. Ibu adalah ibu, tingkah adalah perbuatan. Dan ketika hanna menjerit takut, seluruh penghuni dengan cepat berlari menyongsong. Akan seperti apa sebuah kisah, tangan-tangan yang merengkuh tubuh, tangisan renta yang mengantar luka, yeonju tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Tapi hanna tahu apa yang tuhan coba tunjukkan. Sebuah kenyataan, dan ini awal dimana ia di tuntut untuk segera bertindak. 


No comments:

Post a Comment