Search This Blog

Tuesday, April 28, 2020

Conqeror Chocolate 39







Satu bulan yang lalu, bukan lah waktu yang mudah untuk pria ini lewati. Ketika lengkingan nada membelah udara, pria ini dipaksa untuk menerima kenyataan yang tak pernah ia bayangkan. Putri adalah harta berlian yang ternilai harganya, namun dunia justru membuat nilai terkotori oleh kekejian. 

Seperti berlian yang terkubur dalam kotoran hewan. 

Apa yang dapat ia lakukan kini? Tarikan nafas bahkan menyesak di setiap gerakannya. Tubuh itu semakin terasa lemah. Mata yang kuat mengabur seiring menyamarnya penglihatan. Natal telah terlewati begitu saja, pohon atau hiasan diabaikan tanpa makna. Jangankan sebuah makna, sebuah doa pun tak tersampaikan dari bibir rentanya. 

Harta ia miliki, istri ia miliki, anak pun dirinya miliki. Namun hati, ia seperti hanya tubuh tanpa nyawa, bagai jasad yang tak berguna. Dulu ketika beku lebih dulu menyapa, tuhan merenggut nafas sang putra. Membuat kekacauan dengan meninggalkan seorang anak pembawa sial. 

Tahukah seseorang jika ia tidak pernah menyayangi gadis itu? Jika bukan karena hanna, maka gadis bertubuh putih itu tidak akan pernah masuk ke dalam kehidupan keluarganya. Tuhan terlalu jahat dengan mendekatkan joon pada sang gadis, membuat putranya itu begitu menyayangi adik tak sedarahnya itu. Hingga di hari itu, hanya karena ketololan gadis itu, putranya harus pergi untuk selamanya. 

Sial! Ia bahkan ingin membunuh soeun saat itu juga. Gadis bermata almond itu, sejak dulu ia jijik menatap wajahnya. Gadis kotor yang tidak memiliki arti. 

Sampah menjijikan yang membawa kesialan. Debaran jantung pria ini bergemuruh kecil sedikit tak terkendali. Ada sesak, namun rasa marah lebih mendominasi. Ia juga telah lama duduk di sini, meski secangkir coffee menggoda ikut tersaji, tapi permasalahan yang ia hadapi jauh lebih menarik. 

Di luar tumpukan putih beku masih tersisa di beberapa sudut bagian jalan. Hembusan angin belum menjadi hembusan hangat dan para bunga belum berniat menampakkan keindahan. Ini seperti menanti kado di tengah bencana. Pria ini masih ingat, joon menyukai kado di malam natal. Pria kecil itu bahkan rela menangis semalaman jika ia lupa membelikanya. Tidak harus barang yang mahal, meski hanya sepatu ataupun jam tangan murah joon akan bahagia menerimanya. Mengingat ini membuat hati pria ini mencelos kembali. Sangat menyakitkan, ia hanya memiliki satu pewaris dan satu pewaris itulah yang di ambil tuhan dari sisinya. 

"Ku harap kau bertanggung jawab pada perbuatanmu tuan kim."

Kalimat ini adalah kalimat ke tiga yang menyapa waktu makan siangnya. Pria ini tidak lagi tersenyum lembut. Lengkungan bibir hilang tergantikan tarikan miring kesinisan. 

Bertanggung jawab? Sinting! Kimbum begitu ingin menghancurkan wajah tua yang di bencinya ini. Ia masih sangat mengingat jelas kekejian yang dilakukan pria tua sialan itu pada istri cantiknya. Membiarkan soeun merangkak pilu hanya untuk sebuah pelukan rindu. 

"Itu hanya kesalahan. Tidak ada memori yang mengingatkan jika aku melakukannya."

Jika satu bulan yang lalu kimbum mengatakan akan membagi cintanya, maka saat ini ia sedikit mengutuk alunan nada. Detik bukanlah hati yang dapat berubah, dan soeun adalah detak jantungnya. Dulu ketika wanita itu sakit, pria ini seperti orang sinting yang tidak berguna. Nyatanya, hembusan nafas soeun adalah obat untuk kewarasannya. Tuhan seperti tengah merubah cerita. Daun menggantikan layu, dan air menggantikan kering. Sedikit seperti itu. 

Di masa lalu kimbum hanya mencintai gyuri. Ia menutup mata bahkan ketika sang kakak terluka parah. Bersikap sebagai antagonis dan adik durhaka. Tapi kini semua berbalik, dalam sekejap seluruh hati hanya memiliki satu nama. Satu nama yang juga masih menyimpan satu nama lainnya. 

Katakanlah ia serakah mempertahankan gadis itu berada pada sisisnya, tapi juga tetap menyimpan nama gyuri di tempat yang tersembunyi. Namun harus di garis bawahi, sampai kapanpun seorang cinta pertama memiliki tempat tersendiri yang tak mampu di sentuh oleh siapapun. Tidak juga oleh soeun! 

Kimbum tidak berniat meninggalkan soeun, ia juga memang berniat menikahi gyuri, namun bukan karena permintaan pria tua di hadapannya ini. Jika kelak gyuri memang dinyatakan hamil, kimbum akan dengan siap menikahinya. Hanya untuk sang anak, dan tidak dengan menceraikan istri yang sangat dicintainya.

"Sinting! Kau bermain-main boy?!" 

Sementara Minjae mengerang emosi. Pria ini lama menikmati paris, dan ia terlalu tua untuk menikmati muda belia. Tapi kimbum brengsek dalam bertutur. Kesalahan? Sial! Putrinya kehilangan keperawanan! Jangankan kimbum, dunia pun akan ia hancurkan jika sang putri menginginkannya. 

Gyuri adalah segalanya. Jika bukan karena gadis itu sejak dulu mungkin dirinya telah mati mengikuti jejak joon yang telah pergi. 

"Tuan kim, bahkan saat ini putrimu dapat hancur di bawah kakiku." 

Kimbum hanya mengalunkan nada dengan datar. Gemerisik daun di luar sana tidaklah terdengar tapi pria ini dapat mendengar tabuh genderang jantung yang bagaikan musik tanpa suara. Ia masih memiliki cinta untuk gyuri, ya itu benar! Tapi kehilangan soeun? Membunuh gyuri pun kimbum siap, jika keluarga gadis ini berencana memisahkan dirinya dan soeun. 

"Kau terlalu jauh untuk mengemis tuan. Kim so eun, dia nafasku!" 

Pria ini tidak pernah meluncah. Orang tua masih begitu pantas untuk dihormati. Namun pria tua itu, sejak terjangan di balas dengan kepedihan, sejak tangisan di balas dengan ludahan, kimbum tidak mampu lagi untuk sekedar melembutkan kata. 

Pria tua itu ayah dari istrinya sendiri. Kim minjae! Pengusaha kaya yang berhati lembut? Tolol! Iblis bahkan lebih baik dari dirinya. Kimbum masih ingat bagaimana dengan biadapnya minjae mendorong tubuh mungil istrinya, bagaimana kejinya tua bangka itu menendang kedua lengan soeun yang memeluk kakinya, hanya untuk meminta jangan pergi. 

Dan bagaimana terkutuknya minjae yang membiarkan tubuh ringkih soeun merangkak pilu di lantai yang kotor. Pria ini tidak akan pernah melupakannya! Masa di mana akhirnya ia merasakan kemarahan besar yang tak pernah dirinya rasakan, hari di mana untuk pertama kalinya ia mengakui cinta terpendamnya. Dan hari dimana untuk pertama kalinya ia ingin membunuh seorang pria tua bangka sialan. 

Hari ini, di mana ia tengah sibuk mempersiapkan diri untuk kembali membawa soeun bertemu dengan dokter, pria tua ini justru hadir tanpa undangan. Mengatakan kalimat tolol yang menjijikkan, dan demi apapun kimbum bahkan hampir menendangnya keluar dengan kasar. Goldshion terlalu suci untuk pria itu tapaki. Kimbum memang terkejut dengan kedatangannya, terlebih dengan wajah iblisnya yang tidak pernah pria ini lupakan.

"Kim so eun hanya jalang yang menjijikkan. Kau bangga memilikinya?" 

"Lebih dari yang anda pikirkan. Gyuri lebih jalang dari istriku."

Masih seperti tadi, kimbum bahkan bosan mendengarnya. Minjae seperti sialan tolol yang idiot. Ratusan kali pria sialan itu menghina istrinya, dan jika boleh jujur kimbum ingin segera menghunuskan pisau pada bibir iblisnya itu. 

Persetan dengan kata mertua! Minjae bukanlah manusia yang pantas untuk di hormati. Tiga puluh menit yang lalu pria terkutuk itu telah membuatnya terkena serangan jantung dadakan dengan mengatakan Kim so eun dan Nam gyuri adalah saudara tiri yang dipisahkan. Juga mengatakan istrinya itu hanya anak angkat yang dipungut. Ya tuhan! Bukan kata pungut itu yang bermasalah, tapi luncahan -luncahan itulah yang melukainya. 

Dulu, pria tua sialan itu bahkan tidak menampakkan batang hidungnya dihari pernikahan mereka. Membiarkan soeun sendirian, dan menangis dalam rindu yang tak terbalas. Siapa sebenarnya yang brengsek? Minjae seperti iblis yang jahanam! Dan neraka cocok untuk manusia seperti dirinya.

"Brengsek! Kau tidak bisa melakukan ini! keperawanan bukan permainan tolol!"

Sial! Minjae brengsek dalam lantunan kata. Pria ini menahan kuat-kuat kepalan di balik sakunya. Celana hitam membuatnya terkesan tegas dan kokoh. Kimbum berdiri mendekati dinding kaca. Berada di dekat minjae benar-benar menguras emosi. Ia hampir melayangkan pukulan jika saja tidak cepat mengingat tangis pilu wanita yang di cintainya. Soeun begitu merindukan sang ayah, lalu bagaimana bisa ia melukai minjae? 

Waktunya termakan banyak hanya untuk pembicaraan yang tidak berguna. Minjae tidaklah menjelaskan alasan kebenciannya pada soeun. Tua bangka itu hanya puluhan kali mengatakan membenci soeun dengan wajah menjijikan yang begitu ingin pria ini hancurkan. Hari ini sebuah kenyataan juga menampar keras pipinya. Soeun dan gyuri bersaudara, namun tidak sekandung. Damn! Tuhan benar-benar mengutuk perselingkuhannya. 

"Kau harus menjaga lantunan milikmu tuan. Nafas sialanmu bisa saja berhenti jika aku mau." Pria ini membalik tubuhnya dengan cepat. Minjae masih tetap di sana, bersikap angkuh dan membalas tatapannya dengan tidak kalah tajam.

Kimbum mengalunkan kalimat hanya begitu datar, namun minjae bergetar ragu di tempatnya terdiam. Jelas kalimat itu mengandung ancaman kekejian. Tapi dirinya seorang mertua yang pantas untuk dihormati. Kimbum tidak pantas bersama gyuri, tapi ia juga tak mampu untuk menolak keinginan putri cantiknya itu. Setidaknya, kimbum adalah pemilik goldshion, dan itu sangat menguntungkan.

Dulu ia menikahkan soeun tanpa mengetahui pria itu adalah kekasih putrinya. Juga pria ini hanya ingin soeun pergi jauh dari kehidupan mereka. Tapi lagi-lagi tuhan membalik keadaan, milik wanita jalang itu adalah milik putri kesayangannya. Dan kali ini minjae bersumpah, ia tak akan membiarkan soeun merebut kimbum dari gyuri.

"Aku tidak perduli ucapanmu bung. Jika kau bersikeras, maka aku akan bertindak lebih jauh."

"Kau mungkin ayah dari istriku, tapi seekor singapun tidak pantas mengancam di mataku."

Itu benar. Minjae seharusnya mengenalnya lebih jauh. Dia adalah seorang Kim sang bum! Tak ada di dunia ini yang mampu mengancam ketakutannya. Tidak kecuali nafas kim so eun. Pria tua itu bisa saja menghardik atau menghancurkannya tapi kimbum tak akan pernah biarkan gyuri bertindak jauh lebih mengerikan. 

Apapun, apapun akan kimbum hadapi jika memang minjae berencana menggunakan cara kotor. Bukankah sudah ia katakan nafas soeun adalah detak jantungnya, jadi ia tak akan pernah membiarkan gyuri menggantikan posisi soeun.

"Baiklah jika itu mau mu. Kau tau tuan muda kim, Kim so eun adalah gadis yang penurut. Jika keputusanmu adalah mutlak, maka aku sendiri yang akan meminta pada jalang sialan itu untuk meninggalkanmu! Dan akan ku pastikan soeun menyetujuinya!" 

Minjae meninggalkan sofa nyamanya, berdiri tegak lalu melangkah pergi membawa senyum tipis di kedua bibirnya. Ia menang! Mutlak dan kimbum tak akan mampu melakukan apapun. Ia memang sempat takut menghadapi pria muda nan tampan itu, tapi jika akar dari permasalahan adalah seorang kim so eun, itu menjadi hal mudah untuk dirinya selesaikan. 

Wanita mungil itu begitu menyayanginya, dan memintanya meninggalkan kimbum adalah cara tercepat untuk menyatukan pria keras kepala itu dengan putrinya. Catat, soeun tak pernah menolak semua perintahnya. Tidak pernah!

Sementara di tempatnya berdiri, kimbum diam tanpa sambungan jawaban. Angin masih berhembus dan nampak jalan masih padat di balik dinding kaca yang tebal. Gemuruh jantung pria ini tidak lagi normal, detakan yang kuat membuatnya harus menekuk lutut bersimpuh pada marmer dingin yang putih. 

Kimbum menyentuh dada kirinya, meremasnya kuat ketika merasakan tikaman kuat yang menyakitkan. Tolol! Pria ini berteriak murka dengan keras. Biar saja udara mencemoohnya, biar saja teriakan itu sampai pada telinga para karyawan di luar sana. 

Dunia pria ini medadak retak dalam ketakutan. Bodoh! Hanya kalimat itu yang terus mengalun kasar di dalam pikirannya. Ya, ia terlalu bodoh dalam berucap. Kimbum lupa soeun adalah gadis berhati malaikat yang mengerikan. Wanita mungil itu akan dengan mudah mengabulkan keinginan sang ayah karenna rasa sayangnya. Dan demi langit dan bumi, pria ini benar-benar dalam ketakutan yang luar biasa. 

"Keruanganku! Sekarang!"

Siapa yang mengatakan jika seorang menantu tak pantas berbuat licik? Kimbum bahkan tidak  akan lagi perduli jika harus menembak kepala tua Kim minjae. Pria tua itu terlalu brengsek. Pikiran pria ini jauh lebih kacau, dan kehilangan soeun? Bodoh! Ia tidak akan pernah membiarkan minjae menemui istrinya. Tidak akan! 

Tidak akan pernah kimbum biarkan seorang pun memisahkannya dari soeun. Tidak itu minjae, tidak juga gyuri sialan! Kimbum mengangkat tubuhnya, berdiri tegak, lalu melangkah ringan pada kursi kebesarannya. Waktu masih menunjukkan pukul satu lewat dua puluh lima menit, dan pria ini tersenyum miring menatap bingkai indah di atas mejanya. 

Beristri dua tidak ada larangannya, jika itu yang memang harus ia lakukan, maka akan kimbum lakukan. Soeun mungkin akan terluka, tapi kimbum bersumpah gadis mungil itu tidak akan meninggalkannya. Apapun caranya, meski harus membuat gyuri bisu dan membuat soeun lumpuh, pria ini akan pastikan soeun akan selalu bersamanya. Selamanya!


No comments:

Post a Comment