.
***Conqeror Chocolate***
Bekerja itu menghasilkan!
Gerakan waktu terasa lambat ketika pekerjaan terasa menekan. Kertas, map, won dan bogem mengumpat menyumpahi si pimpinan bodoh yang sangat menyebalkan. Bukan hanya itu, pada detik-detik yang berikutnya ia juga masih harus menatap dengan bola yang membulat.
"Apa yang kau lakukan di sini?" tanya kesal.
Amarah yang tertahan semua menyembur menuju sosok yang melangkah masuk pada ruangannya. Siang baru menyapa, udara masih terasa beku dan tuhan justru mengirim jilguk untuk memporak-porandakan moodnya yang sedang kurang baik.
"Menunggu noona." Jawab jilguk.
Pria ini melangkah dan mengabaikan tatapan geram yang dilemparkan. Hati pria ini sedang panas, dan ia tak bersemangat untuk membuat pertempuran yang tak bermoral. Cukup soeun dan jimin, tidak ada bogem yang harus membuatnya gila.
"Stupid! Kau bisa menunggunya di ruangan kimbum." Bogem mendengus.
Beranjak dari kursi pria ini melangkah lalu menoyor kasar kepala jilguk. Well, jangan salahkan kekerasannya, salahkan saja wajah tolol jilguk yang selalu membuatnya emosi dan ingin memukul. Sejak 5 tahun yang lalu ketika jilguk masih sekolah menengah, dan pria itu tak pernah bisa berubah.
"Tidak mau, hyung akan membunuhku."
Jilguk meringis, mengumpat dalam hati lalu sedikit bergeser ketika bogem memilih duduk di sisinya. Menjaga jarak itu baik, jangan sampai pria sedikit tampan itu memukulnya untuk yang kedua kalinya. Catat saja, bogem dan kimbum memiliki sikap iblis yang serupa, yaitu sama-sama suka menyiksa makhluk lemah layaknya dirinya.
"Wae?" Bogem mengernyit, jilguk tanpa aneh dan menjijikkan kali ini. Jika pria cebol ini berada di Goldshion berarti ada hal penting yang terjadi. Atau hal bodoh yang tidak terlelu penting, yang jelas semua berhubungan dengan si gadis pengaggum chocolate. Tapi entah kenapa pria ini justru terdampar ke dalam ruangannya, sementara jilguk terbiasa mengintil seperti babi yang sinting.
"Berhentilah bertanya hyung. Kau seperti ajhuma-ajhuma." Gerutu jilguk.
Memilih ruangan bogem ternyata tidak tepat, dan ia mengumpat ketika bogem kembali menoyor kepalanya. Benar bukan? Sepertinya Tuhan harus mengamputasi kedua tangan iblis itu. Mereka duduk bersisian pada sofa, dan jangan harapkan cofee atau teh akan tersedia, karena pria berwajah tua itu adalah manusia super pelit yang mengerikan.
Helaan menjadi tanda waktu yang terbuang. Jilguk menatap bogem dengan sendu. "Hyung, apa kimbum hyung masih berhubungan dengan gyuri?" Tanyanya.
Membuat bogem mengernyit kaget, lalu menatap dengan bingung. Topik yang tiba-tiba berubah membuat detakannya sedikit memompa lebih keras. Memang beberapa minggu ini ia menjadi sedikit lupa, karena gyuri juga lebih jarang terlihat menapaki perusahaan ini.
"Entahlah. Mereka jarang terlihat bersama." Benar, ia jujur dalam berucap. Sudah cukup lama ia tak melihat gyuri menghantui. Hanya seorang manusia tua beberapa hari yang lalu pernah ia lihat memasuki ruangan besar sahabatnya itu.
"Apa kita akan diam saja?" Ada pola yang tak mampu dijabarkan jilguk. Memutar atau berbelok, pria ini merasa ada sesuatu yang tak ia pahami. Soeun memang berubah, kedewasaan yang terlihat tidak dipermasalahkan, tapi ucapan yang terlontar kerap membingungkan.
"Tenang saja. Perusahaan ini dalam pengawasanku." Well, waktu adalah saksi dan detik adalah janji. Sekalipun dirinya terlihat diam, bogem tidak akan membiarkan jalang sialan itu kembali menghancurkan kisah sahabatnya. Mungkin ia akan menjadi antagonis, tapi pria ini bersumpah akan melindungi soeun.
Cinta bukanlah paksaan atau keegoisan, dirinya belajar dan angin tahu apa kata hatinya. Mungkin memang benar rasa ikut berperan jauh lebih lama, namun untuk melihat seseorang tersenyum bogem tahu ia hanya butuh usaha untuk mempertahankan waktu yang sebenarnya. Dimana awal adalah masa lalu, dan akhir ialah sang pengendali.
No comments:
Post a Comment