Search This Blog

Monday, April 27, 2020

Conqeror Chocolate 22










"Omo... Kau akan membuatku mati agashi." 

"Kau yang akan membuatku mati!."

"Mwoo??? Kau yang menghubungiku!."

Seorang wanita mengernyit aneh menatap sepasang insan yang nampak sedang berkencan, namun bertengkar di dalam kedai. 

Ralat, lebih tepatnya ini adalah kafe dan bukannya sebuah kedai. Tidak terlalu banyak pengunjung, namun lontaran keduanya cukup mengganggu mereka yang berniat menikmati secangkir hot coffee atau sekedar makan panas lainnya. Salju memang membuat tubuh membutuhkan makanan dan minuman panas. Hal yang membuat kedua orang yang adalah soeun dan bogem terdampar di tempat ini. 

Okemon kafe, bukan lagi hanya sekedar nama. Kafe ini telah terkenal sejak dulu sebagai kafe penyedia sajian panas khusus di musim dingin. Arsitekturnya yang berkelas layaknya bangunan eropa membuat sebagian orang nyaman berlama-lama menikmati kehangatannya. 

Bukan sekedar isapan jempol lagi tentang kehangatannya. Okemon benar-benar menyediakan penghangat dan alunan musik yang menenangkan di dalamnya. Siapa saja yang berkunjung pasti akan merasa seperti sedang berada di dalam rumah sendiri. Terlebih dengan sajian yang di hidangkan, semakin membuat hati tidak rela untuk meninggalkannya.

Itu yang di rasakan soeun, tapi tidak pada bogem. Mereka telah 1 jam berada di tempat ini, dan satu jam pula bertengkar tanpa mengenal rasa malu. Bibir keduanya seperti memang diciptakan untuk saling menghardik satu sama lain. Pria dan wanita, namun tolol ketika bersama, layaknya bocah hanya menyumpah dalam ucapan.

Tentu saja pria ini murka, Ia bahkan harus pulang diam-diam hanya untuk menemui soeun di tempat ini. Entah apa yang terjadi, yang jelas gadis itu menghubunginya dan meminta di temani. 

Tetapi bukan masalah uang yang pria ini pusingkan, karena jelas meski mereka menghabiskan waktu seharian di tempat ini dia akan sanggup membayar tagihan yang diberikan sang empunya kafe. 

Yang menjadi masalah adalah kemurkaan kimbum jika pria itu mengetahui ia membiarkan soeun di musim dingin, namun tidak mengantarkannya pulang. Meski gadis itu berada di dalam ruangan yang hangat, tetap saja otak kimbum tidak akan membenarkan tingkah lakunya. Tapi kembali lagi soeun tetap tidak mau pulang meski bibirnya telah lelah membujuk. 

Lihat saja, gadis itu hanya memakai coat putih untuk menutupi pakaian seksinya. Terkadang bogem bingung dengan cara berfikir sang sajangnim. Bagaimana bisa pria itu mengizinkan istrinya memakai pakaian minim di cuaca beku seperti ini?.

"Kau tahu, aku hampir terbunuh." gadis ini menyesap segelas orange dihadapannya. Menundukkan kepala ketika rasa sesal kembali menghinggapi hatinya. Soeun sungguh menyesal melukai tangan kimbum, tapi demi apapun ia hanya takut pria itu mengetahui penyakitnya.

"Kau berlebihan. Dan lagi, kau sudah memancing tanduk iblisnya keluar." bogem berkomentar dengan meraih sepotong cake di atas meja. Tidak ada chocolete, hanya rainbow cake yang mereka pilih

"Kau benar oppa. Apa kimbum akan membenciku?"

"Tidak. Dia hanya akan menghukummu." 

Soeun memberengut, dan kembali menyesap minumannya. Gadis ini tidak meraih cake sedari tadi, hanya sibuk mengaliri tenggorokannya yang terasa kering. Hukuman juga ditakutinya, ia bahkan tidak berani pulang hingga saat ini.

Bogem terkekeh, tangannya bergerak mengusap gemas kepala soeun. Gadis itu lucu, dan bogem sadar itu yang membuat kimbum begitu menyayanginya. Seperti yang ia katakan, kimbum tidak akan membenci, namun hukuman jelas akan terjadi.

"Kaja oppa tua."

Bogem menarik sudut alis matanya, mengernyit bingung dengan perintah ambigu sang gadis mungil. Bukan kata tidak sopannya, karena pria ini telah terbiasa dengan panggilan tua soeun, namun ajakan bernada perintah yang sangat menyebalkan cukup mengganggu cara kerja otak cerdasnya.

"Eoddieo?"

"Antarkan aku pulang. Aku akan minta maaf pada bum-ah." jawab soeun. Ia menyeruput habis sisa minumannya, tetap mengabaikan cake dan segera meraih tasnya di atas meja. Perasaannya berkecamuk, ia takut kimbum terluka atau sakit karena gigitannya. Demi apapun ia tidak sengaja, hanya respon yang di luar akal sehat.

Bogem mengangguk dan segera berdiri. Pria ini melangkah setelah sebelumnya meninggalkan beberapa kertas won di atas meja. Langkahnya cepat mengimbangi langkah si mungil soeun. Tidak perlu banyak jawaban karena ia mengerti kecemasan istri cantik bosnya itu. 

Meski soeun terlihat kekanakan tapi bogem tahu soeun begitu perhatian, hal yang membuatnya sadar, bahwa secara diam-diam dirinya telah menaruh hati dan menyayangi gadis mungil itu. Pria ini telah berusaha mengabaikan bisikan namun kini ia menyadari sepenuhnya. 

Berdosakah dirinya? Jahatkah dirinya? Biar saja, karena hanya hatinya yang mengetahui. Ia tidak akan berkhianat, namun mungkin akan melindungi gadis itu dari kejauhan yang tidak terlihat.


No comments:

Post a Comment