Search This Blog

Saturday, April 25, 2020

Conqeror Chocolate 7











Le Jules Verne selalu seperti biasanya;  ramai di siang hari. Wangi sedap aroma masakan menyerbak menuntun rasa. Restoran mewah itu selalu menyajikan kenikmatan yang menggoda selera. Pilihan terbaik ketika berkunjung ke negara effiel itu.

Hyerim menatap Jong So berbinar, ini hari spesial setelah kebahagiaannya kembali. Mungkin akan ada banyak sajian manis berlemak, tapi itu tidak masalah karena ia rajin berolah raga. Seorang baby yang belum terhadirkan, membuatnya masih mampu merawat tubuh sesempurna mungkin.

"Hai eonnie kau disini?"

Hyerim tercekat dalam senyumnya. Sial! Paris ternyata terlalu kecil, hingga alunan nada pengantar kehancuran sampai pada telinganya. Hyerim memaling menatap kejam seorang gadis yang telah berdiri angkuh di samping kursi pilihannya.

"Kau!" desis nya dingin. Matanya memberang menatap gadis yang justru memilih menantang dengan duduk di sebelah kursinya. Langit terlalu cerah dan hyerim siap untuk menyemburkan api ke wajah menjijikkan sang wanita.

"Ya, ini aku. Oh, hai oppa, kau tampak lebih tampan."

"Kau tidak berubah ternyata. Bibirmu tetap lebih rendah dari seonggok sampah!!!" hardik hyerim sinis. Emosinya kembali terpancing mendengar kalimat rendah sang wanita. Ia bisa saja menampar, hanya saja ia pasti akan terlihat sama rendahnya jika tangan lembutnya bergerak di udara.

"Bagaimana kabar kimbum oppa?"

Brengsek! Hyerim tersenyum begitu sinis menyadari wanita murahan itu masih mencoba mengotori pikiran adiknya. Tapi tidak, hyerim bersumpah tidak akan membiarkan itu terjadi lagi. Hyerim mengalihkan tatapannya, menatap jong so yang mengangguk memberinya kode untuk segera beranjak. 

"Dia sudah bahagia dan begitu mencintai istri cantiknya." jawab hyerim. Ia menggerakkan tangannya meraih gelas berisikan sweet lemon. Cuaca tak panas namun hatinya begitu terbakar menatap wajah pelacur di sisinya.

"Kau membual ?."

"Terserah kau mau percaya atau tidak. Aku tak punya banyak waktu untuk menggodamu." ucap hyerim. Ia beranjak seraya menarik pergi jong so yang menghela nafas pasrah. Meski kalimatnya berbohong, hyerim akan pastikan kimbum takluk pada menantu mungil kesayangan sang eomma.

"Brengsek!!! Itu tidak akan ku biarkan!! Kimbum oppa hanya milikku." geram sang wanita. Ia menggebrak meja lalu pergi meninggalkan tatapan hina yang dilayangkan para pengunjung padanya. Hatinya panas dan ia sedang tak perduli pada apapun. Yang di inginkan hanya satu, meraih kembali kim sang bum miliknya.




*****©©©©*****




La Valle Village melegenda akan kemurahannya. Daerah 3 Cours de la Garonne itu memang terkenal dengan ruko-ruko yang menjajakan barang-barang bermerk namun dengan harga yang begitu miring. Bukan barang tiruan, hanya memang mereka memberikan harga yang cukup murah.

Matahari hanya bersembunyi, awan putih namun tebal membantu melindungi kulit. Berjalan dalam waktu 3 jam tidak sedikitpun melelahkan langkah soeun. 6 toko dan masih banyak tempat yang harus di kunjungi. Kapan lagi tuhan memberi kesempatan baik ? Keberuntungan tidak baik untuk dilewatkan. 

Kimbum berdiri ditengah jalan pemisah ruko. Disana memang tidak beratap, jadi bisa melihat awan sambil berbelanja. Ia menarik nafasnya dalam-dalam dan mengeluarkannya secara kasar. 3 jam dan sang istri hanya mengghabiskan seluruh uang yang di dapatkan dari sang wo untuk membeli baju, sepatu, parfum dan tas.  

God!!

Bahkan otak cerdasnya telah menumpul karena rasa lelah. Hembusan angin kini tidak lagi menyejukkan di kulitnya, matahari yang tak terlihat bahkan terasa panas membakar pikirannya. Cukup sudah, setelah ini ia bersumpah akan memberi pelajaran gadis mungil yang telah berani membuatnya kelelahan itu.

"Bum-ah bagaimana menurutmu! Apakah ini terlihat bagus?"

Kimbum berdecak masam.  Nada suara soeun benar-benar merusak ketenangan. Gadis mungil itu seolah berniat mengutuk kesenangannya yang baru dirasakan sepersekian menit saja. Nafas bahkan masih terasa menyesak di suatu bagian. 

Kimbum memandang arah pukul satu. Dimana sang istri mungil berdiri dengan tatapan innocent, lengkap dengan sebuah dress mini tanpa lengan dan berbelahan dada rendah ditangan kirinya dan syal berwarna senada di tangan kanannya. Jangan lupakan juga senyum iblis di bibir tipisnya. Oh itu semakin membuat kimbum emosi. Soeun butuh diberi pelajaran.

"Ayolah kim so eun. Bukankah kau mengatakan hanya akan berbelanja sedikit?" rutuk kimbum. Ia tak beranjak hanya menatap kesal soeun yang mengerucut bibir di depan pintu toko. Sangat memalukan untuk ukuran seorang istri ceo terkenal.

"Awalnya begitu, tapi ternyata aku menyukai semuanya." soeun melangkah mendekati kimbum dan merangkul manja lengan kekar suami tampannya itu. Dress masih berada dalam genggaman jemari, membawa keluar tidaklah masalah. Sang suami cukup terkenal di kalangan penjaga toko dan itu hal baik bagi dirinya.

"Aku lelah. Jika kau ingin terus melanjutkan kegiatan bodoh ini, lakukanlah sendiri." tegas kimbum. Bernada sedikit dingin dan mencoba untuk beranjak. Namun kembali terhenti ketika soeun menahan laju gerakannya.

"Bum-ah... Satu saja. Uang ku tidak cukup." satu jari dan soeun menggunakan ageyo terhebatnya, lihat saja bahkan para pria yang turut melangkah melewati mereka terkesima melihat keimutan raut wajahnya.

Kimbum berdecih lirih dalam bibir. Soeun dan bibirnya memanglah ciptaan tuhan paling sempurna dalam hal memancing emosi. Raut macam apa itu ? Bahkan keong pun akan geli melihatnya, rutuk kimbum.

"Kau menjebakku hoeh ?" 

"Anio. Aku tidak menyadarinya."

Kimbum menghembus kasar nafas beratnya, meraih tangan soeun dan menariknya masuk kembali ke dalam toko. Semakin cepat soeun mendapatkan keinginannya,maka akan semakin cepat mereka kembali dan menghentikan acara belanja tolol ini.

"Berikan dress dan syal itu padanya" ucap kimbum datar. Membuat seluruh pekerja yang mayoritas adalah wanita matang bersorak riang di dalam hati. Siapa yang tak mengenal seorang kim sang bum ? Bahkan di negara romantis ini wajah tampan itu menuhi halaman di setiap majalah bisnis terkenal. Lupakan soeun dan mari nikmati ketampanan yang disajikan.

Seorang wanita tua berdehem keras, memaksa para karyawatinya berlari kembali pada standnya masing-masing, membuat soeun terkekeh lucu. Ia seolah melihat bagian humor dalam sebuah cerita. 

"Gomawo bum-ah.. Aku akan menjaganya. Ini hari special di hari ulang tahunku." ucap soeun. Ia melangkah mengiringi langkah kimbum menuju halaman parkir. Setelah mendapatkan syal dan mini dress terbaiknya, kimbum justru memaksa untuk kembali ke hotel. 

Bukan tanpa alasan, karena memang sahee terus saja menghubungi ponselnya meminta mereka segera kembali ke korea. Sebelum wanita tua itu bertambah cerewet dan ikut menyusul, akan lebih baik jika ia segera membawa soeun pulang dan menghentikan laju bibir sang eomma.

"Kau berulang tahun ?" tanya kimbum. Ia sedikit menarik salah satu alisnya mengetahui hal itu. Perjodohan memang salah, hingga membuat dirinya tak mengetahui banyak hal. Soeun berulang tahun dan gadis itu hanya diam dan tanpa rengekan manja. Hanya sebuah gaun sederhana dan syal gratis dari hadiah gaun mininya. Kimbum tidak bohong, gaun itu memang begitu murah, bahkan sahee akan tertawa jika mengetahuinya. Seorang model ternama berbelanja tak lebih dari pakaian kaki lima. Fantastis ! 

Sahee bakan dapat menghabiskan uang dalam  tiga koper hanya untuk sekali belanja. Kimbum cukup terkesima menyadari ini.

"Ne. Kau ingin menciumku ?" jawab soeun. Ia tersenyum licik lebih berbentuk kejahilan pada kimbum. Menunjuk-nunjuk bibir mengerucutnya dengan kedipan mata nakal. Jalan seolah luas hingga ia tak memperdulikan jika saja akan terjatuh. 

"Bermimpi saja !" ucap kimbum. Ia segera meraih kunci mobilnya dan menekan tombol unlock, saat tiba tepat di sisi kiri mobilnya. Mengacuhkan soeun yang menatapnya sebal.

"Cih." decih soeun. Ia memoputkan bibirnya menatap lahan parkir. Kimbum menyebalkan tanpa keromantisan. Tak ada lilin, kue atau pun dinner romantis dan jika pun terjadi, itu semua hanya ada dalam alam mimpi belaka. Tapi tak apa, setidaknya ia mendapat kado yang memang dimintanya sendiri. Kado istimewa yang hanya dirinya yang mengetahui arti dibaliknya.

Namun ketika ia berniat memasuki mobil, gadis ini tertegun ketiga maniknya menatap lurus. Tersayat dan lagi ia terluka, jauh di ujung sana sosok kerinduannya kembali muncul bersama ketiga bodyguardnya. Wajah tua yang lelah dan soeun sungguh ingin menciumnya. Air mata bagai lukisan kesedihan terdalam. Semua paper bag begutu saja, membuat Kimbum terkejut, dan juga bingung. 

Soeun melangkah perlahan, memantapkan hati untuk medekati. Satu kali dalam seumur hidup, tuhan kembali mempertemukan mereka.

"Appa..." lirihnya. Air mata semakin mengalir mengiringi kesesakannya. Soeun berlari menerobos sekelompok pria bertubuh kekar. Meninggalkan kimbum yang terdiam bodoh di sisi mobilnya. 

"Appa.. Appa.. Bogoshipo." teriak soeun. Ia menjulurkan tanggannya menggapai tubuh sang pria kesayangan. Sedikit lagi maka hati itu akan segera sembuh dari segala lukanya.

"Jangan menyentuhku. Aku tidak mengenalmu.!"

Dan soeun terdiam.

Ketika dunia terasa berhenti menanggapi kalimat menyakitkan yang terlontar. Ini septembernya, bulan kebahagian dan semua kembali menghitam tanpa kebaikan. Soeun menatap sendu mata hitam renta dihadapannya, 5 cm bagaikan 5 km jaraknya, hembusan nafas pria itu bahkan dapat soeun rasakan menyerbu masuk memenuhi pernapasannya. Aroma mint, itu aroma joon!

"Appa jangan lakukan ini,hiks,hiks appa kumohon. Aku merindukanmu." isak soeun. Ia kembali mendekati meski para bodyguard bertubuh kekar menghalangi gerakannya. Ia kembali menerobos, menggapai kembali tubuh renta yang di rindukannya. Persetan jika ia diludah, hati itu terlalu merindu hingga terasa menyesak dan akan mati bila tidak disalurkan.

Di lain tempat di tempatnya berdiri, kimbum membelalakan matanya lalu berlari cepat menggapai soeun yang tergeletak di atas lantai dingin parkiran. Menarik tubuh bergetar itu ke dalam pelukannya. Terlalu cepat dan pria ini tak sempat menghajar pria tua bajingan yang telah melukai istrinya dan pergi begitu saja tanpa meminta maaf.

"Apa yang kau lakukan? Kau gila hoeh?" 

Teriakan keras melambung dan pria ini menarik keras tubuh soeun saat gadis itu melepas pelukannya lalu merangkak ringkih mengejar laju mobil yang telah menghilang. Kimbum menggeram marah jauh di lubuk hatinya. Itu bukanlah soeunnya, bukan gadis chocolate pembuat emosinya. Hatinya hancur, gadis cantik itu mengisak sakit tak mampu bersuara, terus memberontak dalam pelukannya.

"Bum-ah, itu appa.  Wae? Kenapa Appa meninggalkan ku lagi?"

Dan ketika isakan itu menyapa pendengarannya, kimbum menangis, pertama kali di dalam hidupnya setetes air mata itu mengalur mewakili kehancurannya. Ia mencinta dan kini tak mampu lagi mengelak. Parkiran itu sepi dan ia tak perduli jika pun ada yang akan melihat. Istrinya mengisak sakit dan itu sampai ke dalam hatinya.

"Uljima soeun, uljima." lirihnya. Ia mendekap erat tubuh soeun. Sekalipun soeun memukulnya ia tidak akan membiarkan tubuh mungil itu kembali merangkak di hadapannya. Cukup satu kali dan kimbum bersumpah akan menghabisi pria tua sialan yang telah membuat istrinya begitu menderita.

"Aku hanya merindukannya bum-ah. Aku ____"

Kimbum tercekat, hembusan nafasnya terhenti dan menyesak kuat saat tubuh lemah itu jatuh terdiam dalam pelukannya. Soeun pingsan dan dengan sigap ia berlari membawanya masuk ke dalam mobil. Menyetir cepat meninggalkan semua barang yang telah terjatuh berserakan. 

Tidak ada yang lebih penting dari gadis mungilnya. Mata itu harus segera terbuka, atau kimbum akan segera mencari pria tengik itu dan membunuhnya dengan menembak tepat di kepala tuanya.



No comments:

Post a Comment