Search This Blog

Wednesday, April 29, 2020

Conqeror Chocolate 48








Rencana tuhan, lebih dari indah.



"Aku sedang berada di lobby."

"Tidak, aku baru selesai makan noona." 

Lain soeun, lain pula jilguk. Pria ini terus saja menggerutu sembari melangkah dengan gerakan cepat. Ketukan sepatu masih berirama, dan jilguk tidak perduli jika harus menabrak atau tersandung. 

Pria ini hanya terus berjalan tanpa memperhatikan jalan yang terbentang dihadapannya. Matanya tertuju pada saku celana, dan tangan kirinya sibuk menempelkan ponsel pada telinga. Seperti manusia bodoh memang, tapi jilguk hanya tengah sibuk mencari kunci mobilnya.

"Aish, berhentilah menggerutu! Aku akan segera menjemputmu."

Seperti inilah terus. Entah hingga kapan, dan jilguk akan terus menyumpah ketika baru menyadari kunci mobil itu berada pada dua bodyguard tololnya. Sinting, ia mengumpat dengan kesal, lalu melanjutkan langkah yang sempat tertunda. Hatinya sedikit menerka, antara siapa yang tolol. 

Dia yang tolol atau para pria besar itu yang tolol? Tapi sekali lagi ia mendengus. Itu tidak terlalu penting!

"Noona yakin?" Ia masih terus bertanya dengan tingkahnya. Kali ini pria ini berlari kecil menyebrang zebracross. Plants cafe cukup menyita waktunya, hingga kini ia lupa untuk menemui soeun. Sedang lima menit yang lalu pria ini yakin kimbum telah memulai rapat sintingnya. Terkadang jilguk merasa seperti dirinyalah yang menjadi seorang suami. Mengawal kemana pun soeun pergi, dan harus memastikan wanita mungil itu selalu dalam keadaan baik-baik saja. 

"Baiklah." 

Dan panggilan diputus. Jarak cafe di sebrang jalan hanya 100 meter saja dari Goldshion, tapi berkat gerutu soeun disepanjang waktu jilguk merasa ia seperti sudah melangkah sejauh 20 kilometer. Luar biasa melelahkan, dan nafasnya ikut memburu sesak. Jilguk menghentikan sekejap langkahnya, menarik nafas lalu mengacak rambunya dengan kesal. 

Membuat seseorang yang turut mengikutinya terkekeh, lalu menoyor kepalanya dengan ringan. "Bisakah jangan menggerutu dan membuatku malu?!" Cibirnya. Namun jilguk mendengus, lalu kembali melangkah menuju pintu lobby yang masih berjarak 60 meter.

"Maka minta noona jangan cerewet." Jawab jilguk.

"Tapi dia sangat menggemaskan." Pria ini mengabaikan balasan tolol kalimat jilguk. Mereka berjalan bersisisan, namun setiap pikirannya justru berisi tentang tingkah dan senyuman seorang Kim so eun. 

"Kau menyukainya hyung?"

"Yang benar saja!" Sangkal bogem kesal. Ia hanya mengingat, tanpa makud apapun. Tapi sepertinya jilguk akan mengacaukan konsentrasinya.

"Jeongmal?" Cibir jilguk. Ia menatap dengan tatapan menyelidik sembari tersenyum miring. Membuat bogem semakin muak dan sekali lagi menepuk keras kepala tololnya. 

"Diamlah! Kau merusak moodku." Gerutu bogem. 

Tapi jangan sebut dirinya yoon jilguk jika ia menuruti perintah bogem. "Hahaha.. kau akan di bunuh oleh kimbum hyung." Karena sampai kapanpun ia hanya akan membantah setiap perkataan pria sedikit tampan itu. Tidak perduli sofa akan melayang, atau hardikan akan menguap. Bagi jilguk, membuat bogem emosi adalah kesenangan tersendiri yang tak mampu ia jabarkan.

"Tutup mulutmu!" Hardik bogem. Bukan lagi hanya tangan yang mengepal. Pria ini bahkan telah seutuhnya mengerang di dalam hati. Jilguk memang brengsek. Perusahaan ini ramai dan pria itu justru tertawa begitu lebar. Benar-benar memalukan. 

Jilguk seperti bocah tk yang harus di lempar ke negeri para kurcaci, lalu menjadikannya selai darah berbau kacang. Meski sejujurnya bogem juga sadar ia akan mati jika saja tadi lontaran tolol jilguk terdengar hingga ke ruangan sang pimpinan iblis. 

"Apa kau marah hyung?" 

Melewati pintu lobby, bogem memilih mengabaikan pertanyaan sinting jilguk dan lebih cepat melangkah di depan. Berjalan bersisian hanya akan membuatnya tampak tolol dan idiot. Jadi akan lebih baik jika dirinya segera kembali ke ruangannya dan mengerjakan beberapa pekerjaan yang tertunda akibat kedatangan si cebol Yoon jilguk.

Di tempatnya berdiri jilguk justru berdecak kesal. Perrmainan godaan ini sedang panas-panasnya, dan kebungkaman bogem membuatnya menjadi kembali tak bersemangat. Jadi sebelum pria sedikit tampan itu menghilang, jilguk segera berlari mengejar bogem yang tengah menunggu pintu lift terbuka di bagian koridor kanan.

"Yaaaa, bogem hyung! Kau tampak buruk jika tengah marah." Teriak bogem.

"Kim so eun!!!!" 

Tepat setelah teriakannya menggema di udara, saat itu pula pekikan lain membalas gema dengan keterkejutan yang menyakitkan. Terkadang kehendak tidak semudah yang kita impikan. Seperti detik ini, dimana beku perlahan mulai mencair, di saat itu pula pria ini harus membelalakkan matanya tak percaya. 

Tuhan tidak adil, 

Ia membuat sesuatu yang diharapkan, 

Terapi justru menjadi sesuatu yang tidak diinginkan. 

Pria ini meraung, ketika tubuh mungil tidak lagi berdaya dan jatuh diam dalam rengkuhan.

Jilguk berteriak lalu berlari tanpa arah. Jauh lebih cepat dari sebelumnya, dan ia mengabaikan seluruh telapak kaki yang juga ikut mendekat. "Ya tuhan noona. Ada apa denganmu? Noona!" jeritnya tertahan. Debaran yang semula normal tidak lagi berdetak semestinya. Seperti irama musik drum yang kencang, jilguk merasa separuh nafasnya di tahan, dan menyesak di sebelah bagian. 

Di sisi lain, bogem berusaha tenang. "Dia sangat pucat. Kita bawa soeun ke rumah sakit."ucapnya. Meski jantungnya terasa terlepas secara tiba-tiba, pria ini tetap mencoba untuk berpikir cerdas. Bukan melakukan hal gila seperti jilguk yang kini menangis keras seperti pria tua yang idiot. 

"Tapi kimbum hyung?" Pria ini tahu tak ada waktu untuk memikirkan itu, tapi biar bagaimanapun pria tampan itu akan murka jika mereka tidak menghubunginya. 

Bogem menghembuskan nafasnya. Isak tangis jilguk membuat irama jantung sedikit tidak terkendali. Ingin menyumbat bibir itu pun pria ini tidak lagi berdaya. Kedua tangannya erat menopang tubuh tak berdaya soeun. 

Jadi sebelum ia kehilangan kesabaran dan dirinya gila, juga sebelum kimbum membunuhnya, maka dengan gerakan cepat bogem segera mengangkat soeun ke dalam gendongannya. "Segera beritahukan sajangnim. Kami akan bawa samonim ke rumah sakit." Perintanya, sebelum akhirnya ia berlari dengan jilguk di belakangnya.

.
.
.
To be continue...

No comments:

Post a Comment