Hujan terjatuh seperti deraian kata yang tak terucap. Membawa setiap denyutan rasa menyusup ke dalam setiap helaian detak yang tak terbaca. Ada waktu, dan detik yang berperan. Satu, dua, tiga dan terus seperti aliran tanpa henti. Seperti anak sungai yang mengalir terus menuju laut yang luas. Seperti hembusan yang bukanlah sekedar pendingin, juga seperti rasa yang tak pernah pudar.
Ada yang berkata kesetiaan ialah hati yang berperan. Ada juga kata, jika setia ialah kepercayaan. Boleh dengarkan, dapat juga manusia pahami. Kata bukanlah kalimat, dan cinta bukanlah permainan.
Lukisannya seperti ini, aku mencintaimu, kau mencintaiku tapi aku juga mencintainya. Katakanlah ini penghianatan. Tapi tidak, hati hanya bingung pada pendirian. Ini cinta pertama, dimana ia selalu menjadi yang terindah. Awal dimana seseorang mengenal cinta, awal dimana manusia memulai rasa. Itu dia. First Love. Hanya dua kata namun menyimpan sejuta rasa yang tak biasa.
Mungkin first ialah pertama, atau satu, atau yang berarti awal. Tapi akhir bukanlah awal. Detik selalu berdetak berputar maju, dan ia juga melakukan hal yang sama.
Di sana ada awan yang berarak dan di sini derap langkah bersahutan menjadi nada yang tak terbaca. Mata itu berkedip, dan lambaian rambut berkibar menciptakan kesan lucu pada gadis yang melangkah dengan riang. Wajahnya cerah, pipinya berona merah, dan ia tertawa disetiap langkah yang berderap.
Ada cahaya terang dari kaca yang transparan. Bukan surya matahari, tapi hanya cerah dipagi hari. Salju mungkin akan lama, dan gadis ini tidak terlalu perduli. Ia masih melangkah kecil, mengedarkan pandangan dan menikmati udara yang terasa dingin.
Kakinya menapak dengan perlahan. Gadis ini sedikit menarik sudut-sudut alisnya ketika beberapa pasang mata menatap dengan aneh. Melotot tajam dengan bibir yang terbuka. Ini seperti mengingatkan pada memori dimana dirinya pertama kali menginjakkan kaki di tempat ini. Masih ingat? Itu disaat ia bertengkar dengan seorang sekertaris tua yang menyebalkan.
Tapi jika diingat kembali, sekertaris itu juga hanya menjalankan tugasnya. So, siapa yang salah? Entahlah, itu bukan hal hebat untuk dipermasalahkan. Kini sepertinya para lelaki di tempat ini lah yang harus segera di permasalahkan. Ini masih terlalu siang untuk bersantai.
Waktu bahkan masih menunjukkan pukul dua siang, tapi beberapa orang justru tengah bersantai dengan segelas kopi di atas sofa lobby. Nampak seperti pemalas tolol yang menjijikkan. Tatapan mereka terlalu mengintimidasi! Melirik dari atas ke bawah. Seperti mesum sialan yang tengah menikati keindahan, dan jujur saja ia tidak suka.
"Ini tidak benar." Hanya sekedar gumaman lirih, wanita ini masih menapaki langkah dengan perlahan. Rasa kesal sedikit menjalar di hatinya, pria tampannya bekerja dengan ekstra untuk kesejahteraan para karyawan, tapi justru para karyawan itulah yang tidak menghargai jerih lelah sang suami.
Bukankah ini jahat? Sepertinya ia memang perlu mengadukan ini. Tidak baik membiarkan manusia jatuh ke dalam dosa. Bukankah Tuhan saja mengajarkan untuk menyelamatkan orang-orang yang terjerumus ke dalam lembah dosa? Dan bersantai ketika bekerja adalah dosa yang fatal!
Kembali gadis ini terkekeh riang. Menghentikan langkahnya dan ia dengan cepat meraih ponsel. Terkadang ide memang akan datang secara tiba-tiba. Dan ini lah yang ia lakukan, mengarahkan kamera ponselnya secara cantik kepada para karyawan, dan dengan satu sentuhan ia menyentuh icon video yang tertera.
Briliant!
Para lelaki itu bodoh, dan mereka akan segera mendapatkan murka maha dasyat dari sang atasan. Sekedar makian atau pemotongan gaji itu mungkin lebih baik.
Tapi tidak, gadis ini bahkan berani bertaruh lebih dari itu. Astaga, ini sangat menyenangkan. Gadis ini mengulum senyum tertahan membayangkan khayalannya. Jika saja ia terpikirkan ini sejak lama, gadis ini yakin ia akan selalu dalam keadaan awet muda. Bayangkan saja wajah bringas suaminya dan wajah tolol para bawahan. Tentu itu akan menjadi komedi tersendiri bagi orang yang melihatnya.
Cukup lama gadis ini mengarahkan ponsel. Menggerakkannya sesekali, bersikap seperti tengah berselfie ria. Ke kiri, ke kanan, ia bahkan tak segan-segan berpose dengan indah. Meletakkan sebelah tangan di pinggang, lalu sebelah tangan lagi bersejajar dengan dada. Benar-benar menunjukkan jika dirinya tengah menikmati selfie. Banyak manusia berkeliaran, beberapa mengernyit tapi sebagian lebih banyak tersenyum senang.
Mungkin jika orang lain yang melakukanya ia akan tampak tolol dan memalukan. Tapi tidak untuk gadis ini, mata-mata memandang justru sembari dengan tangan menekan dada. Siapa yang akan bertahan, sedang kecantikan dan wajah gadis itu begitu menggemaskan. Gadis itu bahkan terlihat seperti tengah mengadakan pemotretan pribadi di tempatnya berdiri.
Jika para pria segera berlomba mengeluarkan ponsel dan berusaha mengambil gambar secara diam-diam, para wanita dengan cerdas segera menarik sang samonim dengan cepat. Membawanya memasuki lift dan segera mengirimkannya ke lantai paling atas. Tempat di mana tujuan itu berada.
Lobby begitu ramai dan mereka tidak bisa membiarkan seorang pun mendapatkaan gambar apapun, karena itu akan menjadi ancaman yang mengerikan. Oh Tuhan, entah apa yang akan terjadi jika saja tadi sang pemimpin melihat kejadian itu, mungkin para pria itu akan sampai pada tahap nafas terakhirnya.
Sedang sang gadis? Jangan tanyakan. Karena sudah jelas ia kini tengah tertawa lucu dalam kesendiriannya. Sungguh ia tak menyesal datang seorang diri dan meninggalkan dua pengawal dan seorang kepala pengawal cerewetnya yang tengah pergi mengisi bahan bakar. Hari ini benar-benar adalah hal terbaiknya. Ia mendapatkan video yang diinginkan, juga kesenangan yang diharapkan.
Bahkan hanya dengan memikirkan pendapat sang suami membuatnya semakin tidak sabaran. Dan ketika pintu lift terbuka, kakinya segera melangkah mendekati pintu besar hitam yang sedari tadi menjadi tujuannya. Ada dua pria besar di sana dan gadis ini tidak terlalu perduli. mereka hanya bodyguard tolol yang diperkerjakan sang suami, sama seperti dua pengawal tololnya. Senyumnya masih sama, ketika dua satpam dan seorang wanita menegurnya ia semakin memperlebarnya. Well, mereka masih manusia yang serupa, sang suami tidak memecatnya dan kini mereka cukup dekat.
"Bum-ah!"
Itu dia, alunannya terdengar. Bernada manja dan sedikit kekanakan, tapi begitu cepat membuat sudut-sudut bibir seorang pria mengukir sebuah senyuman. Bukan hanya itu, pria itu juga segera menghentikan aktifitasnya jarinya, lalu menggeser laptop dan merapikan sedikit berkas yang berserak.
"Kau kemari? Kenapa tidak menghubungi dulu?"
Kimbum menggunakan setelan jas silver yang begitu pas. Kemeja peach pilihannya, juga dasi yang senada. Benar-benar menawan dan menjadikan mata soeun terbuai, lalu ia tersenyum menikmati lekuk-lekuk atletis tubuh suaminya yang menggoda.
Bolehkah wanita ini sedikit jabarkan? Kimbum nampak begitu seksi, seperti pria-pria bertubuh kekar lainnya namun dengan kesempurnaan wajah yang mempesona. Wajar jika para gadis begitu menggilainya. Wanita ini bahkan terkikik ketika lintasan malam-malamnya melesat mengingatkan. oh shit! Sepertinya ia mulai terserang virus sang suami. Virus mesum yang menggelikan.
"Ini kejutan sayang. Apa kau tidak menyukainya?"
Soeun berjalan kecil-kecil, melepas perlahan coatnya untuk membiarkan aroma tubuhnya tersebar oleh penghangat ruangan, juga untuk mancing sang suami agar mendekat lebih dulu. Ruangan ini begitu sepi, dan memadu romansa terasa menantang untuk dicoba.
Jilguk mungkin tidak akan datang. Pria itu mengatakan akan menikmati waktu tanpa memandang kimbum. Tapi itu jelas hanya alasan, karena soeun yakin pria itu hanya takut menghadapi suami tampanya ini.
Sementara pria ini tak mampu menahan kekehan juga senyumannya. Membuat Gigi-gigi putihnya ikut menampakkan diri, mengiringi tawa kecil kimbum. Kata itu kini lebih sering terdengar. Bukan hanya pagi atau malam, namun disetiap senyum itu merekah. Membuat kimbum merasa bahagia dan ingin selalu seperti ini.
Desember telah sepenuhnya terlewati, dan kini januari diharap akan penuh dengan senyuman. Pria ini tahu ada kisah yang terjalin, dan ia beranjak dari singgasananya. Mendekati sang istri, lalu memeluknya dengan mesra. Siang masih terasa aneh, dan kedatangan gadis ini cukup mengejutkan di tengah kesibukannya. Terlebih kimbum tidak melihat jilguk atau dua bodyguard pilihannya datang bersama wanitanya ini.
"Terdengar tolol jika aku tidak menyukainya. Di mana para pengawalmu?"
Entah itu pertanyaan atau sebuah jawaban. Yang pasti pria ini hanya membiarkan jemarinya menari lambat di atas kepala belakang soeun. Apa yang ia katakan adalah kenyataan. Kimbum benar-benar menikmati setiap detik ini meski pekerjaan jelas menanti.
Pria ini menarik soeun, lalu membawanya menduduki sofa dengan gadis itu memenuhi kedua pahanya. Bokong istrinya begitu hangat, dan kimbum suka ketika kehangatan itu mengusik tidur adik kecilnya.
Lihat saja, soeun bahkan hanya mengenakan pakaian terbuka yang sangat menggoda. Tapi kimbum tidak sedang berniat menegurnya, karena menegur hanya akan membuat mood wanita ini jadi berubah.
Beberapa hari ini soeun jauh lebih sensitif. Pria ini bahkan masih mengingat ketika beberapa hari yang lalu wanita itu melakukan aksi mogok makan hanya karena ia menegur pakaian terbukanya. Dan ya, mogoknya soeun adalah kiamat yang mengerikan bagi kimbum.
"Mengisi bahan bakar. Kau tahu, aku muak karena mereka selalu mengekori. Apa kau sudah makan?"
Soeun menjalarkan jemarinya di kedua pipi kimbum, menatap manik mata tajam itu dan menikmati kesempurnaan yang di sajikan. Jika boleh jujur, soeun mempertanyakan apa yang dinikmati oleh sahee ketika ia mengandung, hingga kimbum dapat lahir dengan begitu tampan. Tidak perlu tersenyum, hanya berwajah datar saja soeun yakin setiap gadis akan jatuh cinta padanya, karena ia termasuk diantaranya. Dan soeun mengutuk bathin pipinya yang justru ikut merona. Membuat kimbum yang semula mengangguk mengerti, tersenyum, lalu dengan kilat mengecup lembut bibir merahnya.
"Belum. Pekerjaanku masih menumpuk."
"Dan lagi, aku akan rapat."
Kali ini soeun berdecih. Satu informasi, ternyata malaikat tampan itu memiliki hobi menunda waktu makannya. Bodoh! Wanita ini justru baru mengetahuinya. Pekerjaan sebagai model ternyata mengganggu dalam ikatan, dan soeun tak menyangka jika selama ini ia kurang memperhatikan pola makan sang suami.
Jujur saja soeun merasa seperti istri bodoh yang tidak berguna. Bagaimana jika kimbum merasa diabaikan? Lalu selingkuh? Tidak! Soeun menggeleng keras kepalanya, menolak pikiran tolol yang dipikirkan sendiri. Membuat lagi-lagi pria tampan ini mengernyit, namun setelahnya tersenyum kecil mencoba tak terlalu perduli.
"Kau selalu memperotesku jika terlambat makan. Ini tidak adil!" Wanita ini jelas menggerutu. Suasana yang diciptakan kimbum benar-benar mengusik hari. Ia bersemangat tiba dimana jam makan telah terlambat, tapi pria itu justru berbicara seolah ia tak membutuhkan asupan gizi untuk kesehatannya.
Sinting! Soeun mendelik kesal, lalu memuciskan bibirnya ketika kimbum justru terkekeh lalu dengan santai kembali mengecupi bibirnya. Dasar pria mesum! Cacinya dalam hati. Pria itu memang begitu menyebalkan ketika bernafsu. Namun soeun juga merutuk ketika tingkah mesumnya ikut menguap dengan justru mengikuti keinginan prianya itu.
"Adil itu ketika kau selalu baik-baik saja." Itu bukan kiasan atau rayuan. Karena apa yang diucapkan pria ini adalah kejujuran yang sebenarnya. Kimbum selalu mengatakan soeun adalah napasnya, dan itu semua bukan kebusukan yang diciptakan.
Kimbum menarik tubuh soeun lebih mendekat, mengecup dalam pucuk kepalanya, lalu kembali menatap manik mata yang berbinar. Wanita ini begitu menggoda, setiap kali bibir itu merekah kimbum bersumpah ia tak pernah mampu menahan gejolak nafsunya yang membara.
"Seperti kata-kata itu akan menghibur? Cih." Lagi soeun berdecih. Bukankah sudah dikatakan bahwa hubungan keduanya jauh dari yang dibayangkan. Setelah kilasan masa lalu terkuak wanita ni berubah menjadi jauh lebih dewasa. Tingkahnya tetap pada rengekan, namun sahutan akan terdengar angkuh dipendengaran. Tapi Kimbum menyukainya, kim so eun yang dalam balutan tengil seperti ini justru terlihat begitu mengoda.
"Itu harapanku nyonya kim. Jadi kau sudah menikmati makan siangmu?"
Pria ini mengangkat tubuh sang istri. Meletakannya di sisi tubuh kemudian menyentuh nakal payudara soeun yang tercetak jelas dibalik dress mini soeun.
Siang ini sejujurnya kimbum berniat meninggalkan perusahaan dan menjemput sang istri untuk makan siang bersama. Tapi ternyata kesialan tak berada jauh-jauh dari harapannya. Rapat seolah ingin menjadi musuh yang memang pantas di berantas. Berapa lama pernikahan ini berjalan? Adakah yang mengingat mereka pernah berkencan? Dan meninggalkan perusahaan satu hari tak akan membuat goldshion bangkrut.
Bahkan merpati pun jauh lebih baik dari kecerdasannya. Ia memiliki istri, namun membawanya menikmati hari pun ia belum pernah. Bodoh! Dan jangan coba-coba ungkit liburan paris yang memuakkan. Pria ini ingin sesuatu yang lebih menantang dibanding sekedar kericuhan ataupun tangisan. Setidaknya menjauh dari gyuri menarik untuk di coba. Wanita itu keras kepala, dan sesekali kimbum ingin menikmati hangat dalam pelukan labia soeun.
Sementara soeun, tidak ada lagi kata yang mampu ia ucapkan. Wanita ini merutuk, tapi bibir itu kelu, dan manik matanya hanya redupan dalam waktu singkat. Nafas wanita ini tidak lagi berhembus kasar, dan ia melenguh ketika jemari kekar kimbum perlahan menyapa kehangatannya. Kimbum memang bedebah, pria mesum yang mengerikan, tapi soeun menyukainya. Entah kapan pria itu memindahkan tangan-tangan liarnya, soeun tidak lagi perduli. Gerakan itu terlalu lembut dan wanita ini tak mampu untuk menahan jeritannya ketika semburan kenikmatan menerjang selangkangannya.
"Aku,__ mu__al." Hanya itu yang terdengar setelah nafas dipaksa menghembus. Kimbum terkekeh, ia menarik jemarinya, lalu sedukti menjilati dengan perlahan. Entah sudah yang keberapa kalinya, namun pria ini tidak pernah bisa menghentikannya.
"Kau sangat nakal. Bernapaslah, aku akan minta seseorang membawakan makanan."
Kimbum terlalu mencintai wanita ini. Meski gyuri hadir dan mengacau, rasa itu berada pada dua pihak yang berbeda. Sembari menghubungi sekertarisnya, kimbum memperbaiki pakaian soeun yang sedikit berantakan. Wanita itu sangat cantik, meski hanya dengan mini dress hitamnya, soeun telah berhasil memancing hasrat seksual pria tampan ini. Namun kimbum tak akan pernah membiarkan seseorang melihat istrinya ketika dalam bentuk yang begitu menggairahkan. Rambut yang berantakan dan kaki yang mengangkang. Astaga, pria ini bahkan ingin segera menerjang soeun jika tidak ingat rapat tengah menanti.
***Conqeror Chocolate***
No comments:
Post a Comment