Suasana jauh lebih berbeda ketika seseorang duduk namun dengan pandangan buruk yang memancing hasrat ingin membunuh. Cuaca masih sama, hujan salju telah berhenti, menyiasakan tumpukan putih yang membekukan. Daun jelas gugur, yang bertahan hanya batang cemara yang memang akan selalu hidup di musim dingin.
Jangan berharap ada mawar, lily ataupun macam bunga laiinya muncul di pekarangan setiap rumah. Batang-batang kecil itu telah memilih kuncup dan menyembunyikan diri sebelum musim dingin tiba.
Bogem duduk berhadapan dengan pria tampan yang masih tetap tertunduk fokus pada sebuah berkas digenggaman. Mata pria ini sipit namun membesar karena emosi. Persetan dengan pemotongan gaji selama tiga bulan, perubahan sikap kimbum jauh lebih berbahaya dari apapun juga.
Aroma kopi memang menebar, ada sepiring sandwich tersaji menemani. Mungkin makan siang yang tidak tersentuh, karena waktu telah menunjukkan pukul dua siang.
Pria itu diam, bersikap seolah-olah duduk sendiri dan sibuk pada pekerjaannya. Berkas menumpuk, kepala memusing dan demi apapun kehadiran bogem merusak suasana hatinya. Tapi lihat, bogem bahkan dengan sengaja terus menatap dengan pandangan keributan.
"Kau kembali padanya?"
Kimbum mendesis, menutup mata dan menghembuskan nafasnya secara perlahan.
Pertanyaan tolol!
Dan sejujurnya ia tidak berminat sedikitpun untuk menjawab pertanyaan bogem. Semua menggila, pikirannya bahkan melalangbuana entah kemana. Tidak ada soeun dan bogem justru memancing keresahan di hatinya.
"Aku tidak mengerti maksudmu." jawab kimbum malas.
Berkas kembali dibuka dan mata kembali menjelajah huruf, mengabaikan bogem adalah pilihan meski kimbum mengerti arah pembicaraan sang sahabat. Waktu tidak tepat, gadisnya tidak berada di sisinya dan kimbum tidak yakin dapat menjaga emosi dalam tubuhnya.
Sedang bogem terkekeh mencemooh menanggapi. Kimbum akan selalu seperti ini, bersikap tak acuh dan berpura-pura bodoh. Tapi pria ini tidak bodoh, bogem tidak akan membiarkan kimbum melakukan kesalahan yang sama dan dengan wanita yang sama.
"Kau masih mencintainya?" tanya bogem lebih serius. Matanya tertuju tajam menatap manik mata kimbum yang bersikap tak acuh. Lupakan jabatan, saat ini ia bersikap sebagai seorang sahabat.
"Berhenti bicara omong kosong!" pria ini mendesis sinis. Tangannya kanannya telah terpatri di atas pangkuan dengan kepalan yang begitu kuat. Mata kimbum tidak lagi mengabai, bola mata elangnya telah sempurna menajam menatap bogem yang tetap bersikap tenang.
Kali ini cukup, kalimat bogem sungguh menyinggung perasaannya. Pria ini tidak menyukai seseorang ikut campur pada permasalahan rumah tangganya. Sudah ada sahee, sang woo, dan bogem justru berniat menambah diri. Sial! Pria ini meraih kopi dan meneguknya habis, lalu melonggarkan secara asal dasi hitamnya.
Tapi bogem tetap tenang. Pria ini memundurkan punggung, lalu merekatkan pada sandaran kursi. Ia sudah makan siang, dan tenanganya berlimpah untuk melawan urat syaraf emosi kimbum.
"Kenapa kau marah? Aku tidak bisa bayangkan, apa dan bagaimana rupa soeun di pulau sana. Tetapi jika aku menjadi dia, ku rasa aku akan lebih memilih bunuh d__"
"Tutup mulutmu dan keluar dari ruanganku!!!" teriak kimbum. Membuat bogem menghentikan laju kalimatnya. Kimbum berdiri, namun kedua tangannya mencekal kerah kemeja sang sahabat dengan kuat. Hanya terpisah meja besar, keduanya berdiri dalam adu mata yang mengerikan. Bogem mengumpat dalam hati, sepertinya kali ini ia salah langkah, dan dirinya sadar saat ini kimbum benar-benar murka.
Tapi ini juga bukan salah dirinya. Ia mengatakan hal itu, karena selama tiga hari tanpa kim so eun di sisinya kimbum justru menjalani hari dengan terus menemani mantan kekasihnya.
Bogem jelas saja berang, demi apapun bogem mengutuk keplin-planan hati kimbum. Mengucap cinta pada sang istri, namun juga menerima kembali sang masa lalu.
Bagi bogem kimbun tidaklah berotak dan lebih layak hancur. Bagaimana bisa ia berselingkuh ketika soeun bahkan jauh dari pandangan matanya. Bahkan bogem masih ingat beberapa hari yang lalu pria itu bersikap posesif dengan meminta dirinya untuk mencari agensi khusus, tapi lihat, semua bulshit! Lebih baik soeun bersama dirinya dibanding bertahan bersama kimbum.
"Wae? kau takut? Bukankah selama ini kau menikmatinya?" cibir bogem. Pria ini sama sekali tidak menakuti sorot mata kimbum yang menatapnya penuh kemurkaan.
Hatinya terlalu sakit. Ia memendam rasa, namun kimbum justru berbalik rasa dan menikmati kebersamaan bersama sang mantan kekasih.
Tidak, bogem tidak membuntuti. Pria ini hanya tidak sengaja mendapati kimbum tengah bermesraan bersama Nam Gyuri, wanita di masa lalu yang telah melukis luka.
"Kau tidak mengerti apapun. Jadi jangan bersikap seolah kau mengetahui segalanya!" kimbum menghempas kasar tubuh bogem, membiarkan pria itu jatuh bersamaan dengan kursinya. Amarahnya berada diluar kendali. Bogem mengetahui semua, dan demi apapun kimbum takut pria itu akan memebeberkan segalanya pada soeun.
Tidak, meski harus membungkam bogem, ia akan lakukan. Soeun tidak boleh mengetahui perselingkuhannya. Wanita itu terlalu berharga, dan kimbum tidak akan biarkan siapapun menjauhkan soeun darinya.
"Ya, aku memang tidak mengerti jalan pikiranmu. Kau menikmati hari bersamanya disaat istrimu bahkan berada jauh dari pandanganmu. Kau brengsek, itu yang benar." jawab bogem. Ia berdiri, menepuk kasar kerah baju yang mengkerut, lalu kembali memandang benci kimbum yang tetap berdiri dan memandangnya murka.
Persetan dengan persahabatan. Kali ini dia tidak akan biarkan soeun kembali terluka dan menangis. Meski harus merebut seluruh hati soeun, bogem bersumpah akan membuat kimbum menyesal.
"Aku pastikan kau akan menyesal!!" lanjutnya sembari melangkah pergi.
Tepat ketika daun pintu tertutup sempurna kimbum berteriak sekeras-kerasnya. Ia membanting laptop, seluruh barang dan berkas yang berada di atas mejanya. Emosi sepenuhnya menguasai. Tatapan mata bogem, kimbum sadar pria itu kecewa. Pria ini juga sadar bogem tidak main-main dengan ucapannya.
Bagaimana jika soeun benar-benar mengetahui perselingkuhannya?
Bagaimana jika soeun terluka dan meninggalkannya?
Lagi kimbum berteriak, pria ini mengacak kasar rambutnya, membiarkan tatanan itu rusak dan mengacaukan penampilannya. Demi tuhan, ia akan membunuh bogem jika sampai soeun benar-benar meninggalkannya.
"Oppa.."
Alunan itu menyapa perlahan, membuat kimbum menghentikan aksi bar-barnya, lalu menghembuskan nafas secara kasar dan kembali duduk pada kursi kebesarannya. Tidak berucap, ia justru mengabaikan gadis cantik yang berdiri dan menatapnya dengan pandangan aneh. Tidak perduli gadis itu memikirkan hal yang tidak-tidak tentangnya, bagi kimbum permasalahan soeun lebih dari segalanya.
Sedang sang gadis hanya menarik sudut matanya, mengernyit bingung menatap ruangan yang lebih mirip rumah korban gempa dibanding sebuah kantor mewah. Laptop rusak tergeletak di atas lantai, kertas bertebaran dan keramik pecahan cangkir turut mewarnai kekacauan. Entah apa yang terjadi tapi gadis itu mulai mendekati.
"Apa yang terjadi?" tanyanya. Gadis bermarga Nam ini mengelus lembut bahu kekar kimbum mencoba menenangkan, mengabaikan suasana mencekam dan raut berantakan sang pria.
"Untuk apa kau ke sini? Keluar!!!" jawab kimbum sinis. Ia menepis kasar tangan sang gadis, mengabaikan keterkejutan yang terlukis.
"Yaaa, kenapa kau mengusirku?" cicit gadis benama lengkap Nam gyuri itu. Tapi tetap mencoba memeluk kimbum dari belakang, berusaha memainkan peran tanpa menyadari rahang sang pria telah mengeras karena emosi.
"Aku bilang keluar!!!!" hardik kimbum emosi. Kimbum menepis kasar pelukan gyuri, lalu berdiri menatapnya geram. Gadis ini tidak lebih hanya pelacur murahan di matanya.
Tidak tahukah gadis ini bahwa dirinya tengah takut soeun mengetahui semuanya? Dan kini gyuri justru dengan sengaja memeluknya dengan mesra. Apa gadis ini tolol? Cctv terpasang di berbagai sudut, dan kimbum benar-benar mengutuk tingkah liar sang mantan kekasih itu.
Gyuri mendengus lalu keluar dengan langkah cepat. Kimbum benar-benar keterlaluan, dan ia tidak akan membiarkan pria itu bebas begitu saja. Selama tiga hari ini dirinya telah berhasil merayu kimbum dan membuat pria itu mengabaikan istrinya, namun kini kimbum justru terasa begitu jauh.
Meski sejujurnya ia juga tetap penasaran siapa sebenarnya istri kimbum? dan bagaimana rupanya? Pria itu, entah bagaimana bisa menyembunyikan seluruh data tentang istrinya. Seperti sengaja tidak ingin orang-orang mengetahui siapa istrinya.
"Sial! Akan kubuat dia hancur!" gumam gyuri. Langkahnya terus angkuh menyusuri lorong goldshion, tanpa menyadari seorang pria tersenyum dingin di baling tembok menanggapi kalimat gumamannya.
"Tidak akan kubiarkan kau mencuci otaknya kembali." gumam sang pria. Ia menyesap kopi panas dalam cup yang genggamannya, lalu melangkah dan menghilang di balik lorong yang lainnya.
.
No comments:
Post a Comment