Search This Blog

Thursday, April 30, 2020

Conqeror Chocolate 57












Bulan telah berpijar ketika mobil yang Kimbum kendarai tiba di sebuah restoran yang besar. Terdapat bermacam-macam lampu menghiasinya. Dari pojok parkiran bangunan itu nampak seperti banguan tua dengan arsitek kuno. Kursi-kursi yang tersusun di dalamnya pun terlihat berkelas dan menawan. Ada balutan kain hitam disetiap sandarannya. Setangkai bunga mawar dan lilin kecil diatas meja juga membuat suasana yang tercipta menjadi begitu romantis. Belum lagi para karyawan yang berjejer rapi siap membantu para tamu. Berpakaian serba putih, mereka terlihat begitu kompak. 

Orkestra yang memainkan musik Jazz milik Johnny Hartman - They Say It's Wonderful, terdengar sayup-sayup menggelitik. Tidak ada tabuhan drum seperti cafe-cafe alay. Suara saxophone juga menambah kesan Luar biasa dimata Soeun. Dia belum pernah mengunjungi tempat ini. Selema yang pernah ia datangi hanya restoran mewah biasa. Seperti berada di negeri barat, penyanyi wanita di depan sana mengalunkan nada begitu merdu. Membuat Soeun meleleh dalam setiap liriknya. 

Soeun tersenyum lebar. Matanya yang sedikit membengkak berbinar indah manakala menangkap sebuah fokus yang menggiurkan. Malam ini sepertinya Tuhan menciptakan banyak kejutan untuknya. 

Tidak tampak banyak orang menikmati suasana dengan bantuan lampu redup. Hanya beberapa pasang muda-mudi juga dewasa sibuk bercengkarama. Soeun melangkah lebih dulu. Tanpa menunggu Kimbum yang masih menitipkan kunci mobil pada service boy, Soeun langsung mendekati sebuah meja di tengah ruangan. 

"Hai, boleh aku duduk di sini?" sapanya ringan. Membuat sesosok manusia yang berada di tempat itu tersenyum garing menjawab sapaannya. 

Sementara di muka pintu, Kimbum yang baru saja masuk mendengus dengan kesal. Sial! Dia kalah cepat. Wanita itu telah kembali menjadi sosok yang menyebalkan, setelah tadi menghabiskan waktu satu jam untuk menangis. Sepertinya ia salah milih tempat. Dan hari ini adalah hari kesialannya. Setelah membuat istrinya menangis, kini Tuhan kembali mengujinya. 

"Sayang, tempat ini menyediakan puluhan kursi. Kenapa kau justru duduk di sini?" Kimbum mencoba berbicara selembut mungkin agar istrinya itu tidak menangis. Tapi justru nada datar lah yang tertangkap oleh pendengaran Soeun. Soeun tersenyum. Seringai kemenangan segera muncul ketika ia mendapati raut cemburu terlukis di wajah Kimbum. Skak matt! Pria itu masuk dalam pembalasan dendamnya. 

"Tidak. Di sini tempat paling indah. Ah, Eun woo maukah kau menemaniku?" Soeun mengerlingkan matanya seduktif. Tanpa memperdulikan Kimbum yang semakin emosi. Pria dihadapannya ini sangat tampan. Seperti dewa yunani. Eun woo begitu imut ketika tersenyum. Raut wajahnya yang seperti balita membuat Soeun menggilainya. Oh, Soeun bahkan berharap anaknya kelak memiliki kemiripan dengan Eun woo. 

"Ah Miss, ku rasa ada baiknya anda duduk bersama tuan Kim." jawab Eun woo. Pria ini kembali melemparkan senyum canggung pada Soeun. Sejujurnya Soeun begitu cantik malam ini. Balutan dress putih yang pas, membentuk pola seksi pada bagian perut hamilnya. 

Tapi demi Tuhan, tatapan suaminya membuat Eun woo ingin segera menghilang dari tempat ini. Terutama ketika Kimbum tertawa hambar sembari menatap keji manik matanya. Pria itu seolah memberi peringatan agar Eun woo segera menjauh. Tapi terlalu sial, karena Soeun justru menggenggam jemari pria ini erat. 

"Tidak mau. Aku mau kau menemaniku. Kimbum, kau pergilah mencari tempat duduk. Nanti setelah aku selesai, aku akan mencarimu." well mereka bertemu di salah satu event. Saat itu Eun woo adalah pasangan prianya dalam peragaan busana pengantin. Dua tahun yang lalu. Soeun tidak akan pernah lupa. Dan mereka cukup akrab sebenarnya. Soeun tahu Eun woo menyukainya. Tapi biaralah, untuk saat ini Soeun sedang ingin membuat Kimbum memberang. 

Sejak tadi pria itu tidak mengabulkan permintaannya. Hanya mencabut izin tugas kedua bodyguard pria itu saja ia tidak mau. Kimbum justru bersikap seperti baru saja dimintai menyumbangkan semua aset perusahaannya. Menyebalkan! Soeun menarik kedua ujung bibirnya ketika kimbum mendesis, lalu duduk tanpa permisi. Lengkap dengan hentakan keras pada kaki-kaki kursi. Beruntung para tamu tidak terusik karena perbuatan anehnya.

"Yang benar saja! Kyaaaaa, Cha eun woo! Aku tidak mengenalmu. Berhentilah menggoda istriku!" Bolehkah pria ini gila? Atau pendengarannya memang rusak? Apa yang tadi istrinya itu katakan? Pergi? Sinting! Kimbum mengerang emosi dalam hati. Istrinya benar-benar meluluh lantakkan perasaannya. Entah Soeun sadar apa tidak telah melukai harga dirinya? Yang jelas Kimbum bersumpah akal sehatnya sudah mulai menghilang. Tangannya mendadak gatal ingin menghancurkan wajah seseorang. Tidak ada sosok dingin dari tingkahnya. Kimbum seratus persen terlihat garang. Dan itu sukses membuat nyali seorang Cha Eun Woo ciut seketika.

Model tampan ini meneguk liurnya susah payah, sebelum akhirnya menatap Kimbum takut. "Maaf tuan Kim, saya benar-benar tidak bermaksud seperti itu." jawabnya lirih. Ia melepaskan sejenak genggaman tangan Soeun. Mengabaikan Soeun yang memberengut sedih. 

"Lalu,— seperti apa yang kau maksud?!" Soeun hampir menyemburkan tawanya mendengar percakapan kedua manusia dihadapannya itu. Eun woo terlihat cemas. Bahkan peluh membanjiri dahi putihnya. Tidak seperti Kimbum yang justru terlihat mengerikan. Pria itu seperti bersiap menerkam pria malang itu dengan satu kali tegukan. Mungkin Soeun hanya berhalusinasi. Tapi jika melihat Kimbum dan Eun woo, Soeun merasa mereka seperti terlihat sama. Hanya saja Kimbum jauh lebih kekar dan lebih macho.

Yang jelas Kimbum berada di level yang lebih tinggi. Meski banyak pria tampan berkeliaran di dekatnya, tapi bagi Soeun- Kimbum adalah manusia paling sempurna yang Tuhan ciptakan. Mengulas senyum tersembunyi, Soeun perlahan menggeser tubuhnya mendekati Kimbum. Ia tidak ingin suasana memburuk berkat amukan Kimbum. Jadi sebelum pria itu semakin emosi, Soeun segera memeluk lengan Kimbum. 

"Kau sangat pencemburu bung." ucapnya manja. Kimbum tidak seperti seorang eksekutif muda jika dilanda kecemburuan. Sejujurnya sejak tadi Soeun hanya berniat untuk menggoda suaminya itu. Tapi melihat kekesalan Kimbum, Soeun justru berhasrat untuk membalas dendam. 

Berkat tatapan aneh para pelayan, Soeun merasa sedikit menyesal. Kimbum bisa saja menghancurkan restoran ini jika ia mau. Dan Soeun tidak ingin itu terjadi. Akan makan apa para karyawan restoran ini? Oh, itu sangat kejam jika mereka di PHK karena ulah kekanakannya. 

Di tempat duduknya Kimbum berdecak dengan tawa. Ada sebersit rasa malu ketika menyadari ia masuk kedalam jebakan istrinya. Entah bagaimana bisa ia begitu mudah emosi?! Tapi Kimbum bersumpah tubuhnya panas ketika mendapati Soeun berbicara pada seorang pria. Terlebih pria itu adalah pria yang sangat dibencinya. 

Apakah Kimbum sudah bercerita siapa pria itu? Belum? Oh kalian bisa mencatatanya. Dia adalah Cha eun woo. Seorang model dan juga seorang idol grup. Pria tampan yang telah berhasil menarik perhatian istrinya. Pria yang sudah memangku Soeun di depan kedua matanya. Oh shit! Seharusnya Kimbum memang tidak mengingatnya. 

"Kau nakal sekali. Haruskah aku menghukummu?" Eun woo tersenyum mendengar ancaman aneh Kimbum. Kimbum berubah lembut hanya dalam waktu sepersekian detik saja. Pengaruh Soeun sepertinya begitu besar. Dan tidak ingin menyela, Eun woo memilih untuk diam saja. Soeun dihadapannya terlihat bahagia. 

"Ya, aku me,— " Sayang, Soeun harus menghentikan gerakan bibirnya setelah seseorang menyela suaranya. 

"Oppa." 

To Be Continue...

📕📕📕📕📕📕


Conqeror Chocolate 56











****Conqeror Chocolate****

"Kenapa kau hanya sendiri? Di mana Yoon jilguk?" 

Matahari telah meninggi ketika Kimbum menyelesaikan pembicaraannya. Kimbum beranjak dari atas sofa untuk mendekati Soeun, kemudian meminta wanita itu untuk pindah dari kursinya. 

Soeun hanya melangkah ke depan meja Kimbum, dan duduk dikursi tanpa banyak penolakan. Mencoba untuk menyembunyikan rasa sakitnya. Tubuhnya sedang dalam keadaan lemas. Beberapa menit yang lalu kepalanya tiba-tiba saja diserang rasa pusing. "Molla." jawabnya singkat.

Kimbum mengangkat ganggang telponnya, lalu meminta sekretarisnya untuk membawa Jilguk masuk. Pria itu pasti berada di ruangan Bogem. Atau jikapun tidak, Kimbum yakin dia berkeliaran di sekitar Goldshion. 

Dan tidak sampai sepuluh menit pria pendek itu masuk dan langsung duduk tepat disamping istrinya. Kimbum menetapanya sejenak, sebelum akhirnya menarik nafas dengan marah. Raut wajahnya yang semula datar kini berubah menjadi tegang. Hawa kemarahannya dengan cepat berbaur bersama udara yang dingin. 

"Ada apa?" tanya Jilguk. Ia meneguk air liurnya takut-takut sembari menatap Kimbum. Pria itu tampak aneh dimatanya. Wajah Kimbum jauh lebih bringas dari dua hari yang lalu. Well, pria itu baru kembali dari Skotlandia dua jam yang lalu. Dan Kimbum lebih memilih melanjutkan pekerjaannya dibanding menemui Soeun. 

Sesaat tadi Jilguk sempat berpikir bahwa Kimbum sengaja meminta Soeun datang karena rasa rindunya. Tapi sepertinya ia salah, karena Jilguk justru mendapat firasat bahwa akan terjadi sesuatu yang buruk pada dirinya. 

"Mau kemana kau?" belum sempat Kimbum menjawab pertanyaan jilguk, pria itu terlebih dulu menghentikan langkah Soeun yang mencoba menghindar. Ada raut tidak suka terlukis diwajahnya. Membuat Jilguk menautkan alisnya bingung. Kimbum terlihat seperti marah pada Soeun. 

"Aku lelah kimbum."

"Aku juga sibuk Kim so eun! Jadi bisakah kau berhenti mengganggu waktuku."

Jilguk membelalakkan matanya. "Hyung, kenapa kau mengatakan hal seperti itu?" tegurnya. Ia sungguh tidak menyangka Kimbum akan tega mengucapkan kalimat sekasar itu pada Soeun. Sementara wanita itu tengah hamil, dan mungkin saja Soeun akan sakit hati. 

Bersamaan dengan itu Soeun menghentikan langkahnya, dan menatap kimbum dengan sayu. Hatinya terluka mendengar nada kejam yang dilontarkan suaminya itu. Soeun ingin menangis, tapi ia mencoba untuk menahannya. Tidak baik banyak menangis dalam keadaan mengandung. Soeun tidak ingin kelak anaknya menjadi cengeng karena sifatnya.

Namun Kimbum justru tersenyum miring seakan tidak perduli. Bahkan sosok Soeun tidak lagi terlihat menyedihkan di matanya. "Tidak usah banyak bicara. Jelaskan ini padaku." Perintahnya. Tidak ada lagi kelembutan dari auranya. Kimbum sudah berada diambang batas kesabaran. Tidak perduli pada sorot mata Soeun yang sayu, Kimbum bahkan melempar kasar sebuah tabloid, tepat pada manik Jilguk. Membuat pria itu terbelalak dengan gugup. Tidak jauh berbeda dengan Soeun. Ia juga tidak kalah terkejut melihat gambar pada majalah. Wanita ini mendekati Jilguk sembari meremas kedua jemarinya. 







"Ini,— " 

Jilguk benar-benar tidak bisa melanjutkan ucapannya. Bibirnya mendadak kelu, dan rasa takut menggerogoti hatinya. 

"Bukankah sudah ku perintahkan untuk mengawasinya dengan baik!!" hardik Kimbum. Nada suaranya naik satu oktav. Semua kesabaran yang dibangunnya runtuh. 

Kimbum menatap nyalang Jilguk dan Soeun tanpa ampun. Kali ini tidak akan ada kata mengerti. Kimbum benar-benar tidak bisa mengampuni Soeun maupun Jilguk. Pria ini tidak menyangka kedua manusia itu berani menghianati kerpercayaan yang diberikannya. Sial! Kimbum mengeraskan rahangnya semakin emosi ketika mendengar jawaban sanggahan dari bibir Jilguk.

"Tidak hyung, ini salah."

"Kau ingin mengatakan ini bohong?" desis Kimbum dingin. 

"Katakan!!!!" Tidak sampai satu detik, lengkingan kemarahannya sukses membuat jilguk terlonjak kaget dan mendengus. Berbeda hal dengan Kimbum, yang harus rela menahan nafasnya ketika Soeun justru ambruk tepat di depan kedua matanya. 

"Noona kau baik-baik saja?"Jilguk mencoba untuk membantu Soeun. Namun ia harus menghela nafas ketika Kimbum justru mendorong kasar tubuhnya. 

"Menjauh darinya!!" ucap Kimbum dingin. 

Sejujurnya tidak ada maksud dari pria ini untuk melukai. Kimbum hanya marah dengan keadaan. Pria ini kecewa pada keputusan sang istri yang tidak memikirkan perasaannya. Soeun keterlaluan, dan Kimbum tidak menyukai kebohongan wanita itu.

Tapi melihat Soeun jatuh karena teriakannya, seketika juga jantungnya mencelos dan jatuh dari tempatnya. "Maaf." ucapnya menyesal. Tangannya bergetar ketika membawa Soeun ke atas sofa. Tubuh Soeun tidak seberat yang orang bayangkan. Dan Kimbum mengutuk otaknya yang justru lupa pada keadaan istrinya. 

"Aku tidak melakukannya." dalam dekapan Kimbum, Soeun mengisak dengan kuat. Air mata yang sejak tadi ditahan dibalik pelupuk mata, mengalir deras bak curahan anak sungai. 

Soeun memeluk pinggang Kimbum erat, guna menahan keram yang secara tiba-tiba menerjang perutnya. Ia takut, sangat takut. Kimbum tidak pernah marah. Sekalipun pria itu marah tidak seperti ini. Suaminya itu tampak buruk dan begitu mengerikan. Bola matanya yang memerah seolah berusaha membunuh Soeun dengan begitu kejam. Soeun merasa seperti tercabik-cabik di ulu hatinya.

"Tenanglah sayang. Maafkan aku" bujuk Kimbum. Ia menyesal ketika Soeun bergetar takut dalam pelukannya. Air mata wanita itu bahkan merembes menyentuh kulit dadanya. Membuat debar jantungnya yang semula bergemuruh marah, berubah menjadi sayatan-sayatan yang menyakitkan. 

Jilguk telah beranjak lebih dahulu. Kimbum sedikit bersyukur. Setidaknya dengan keluarnya pria itu, ia dapat melakukan hal lain untuk menenangkan tangisan Soeun. Wanita hamil tidak diperkenankan untuk tertekan. Dan Kimbum juga tidak ingin istrinya lemah disaat yang tidak tepat. Terlebih mereka sedang berada di perusahaannya. Akan sangat buruk citra yang terbentuk, jika orang-orang mengetahui dirinya melukai istrinya sendiri. Itu cukup tidak menyenangkan menurutnya.

"Aku tidak melakukannya bum-ah. Aku benar-benar tidak melakukannya." Apakah Kimbum mengerti? Entahlah. Bahkan Soeun tidak tahu apa yang kini suaminya itu pikirkan. 

"Mereka mengatakan hanya memakainya untuk sebuah tabloid wanita. Aku bersumpah." dengan nada serak Soeun menjelaskan. Tidak perduli air matanya merembes deras, wanita ini terus merafalkan penjelasan. Soeun tidak ingin Kimbum salah paham. Demi tuhan, ia tidak tahu jika agensi tempatnya bernaung melakukan hal keji itu padanya. Duduk permasalahannya tidaklah segampang yang orang pikirkan. 

Soeun meremas tautan jemarinya yang memeluk Kimbum semakin erat. Dalam sekejap pikiran wanita ini melayang tak tentu arah. Soeun membayangkan seberapa banyak orang yang sudah melihat gambar tersebut. Ya Tuhan, jika saja tabloid itu jatuh pada ayahnya, maka semua akan semakin kacau. 

"Berhentilah menangis sayang, kau membuatku takut. Ini tidak baik Soeun. Ku mohon." Soeun masih bisa mendengar ucapan Kimbum. Namun apapun yang Kimbum coba sampaikan, Soeun bahkan tidak perduli. Telinganya seolah tuli untuk sesaat. Debaran jantungnya memaksanya untuk mempertahankan Kimbum di sisinya. 

"Tidak, ku mohon jangan memarahiku." jawab Soeun. Ia hanya terus saja meminta maaf sembari menangis. Membuat Kimbum terluka. Pria ini benar-benar menyesal membuat Soeun ketakutan. 

"Maaf, aku lepas kendali. Setelah ini aku bersumpah tidak akan memarahimu lagi. Jadi berhentilah menangis sayang. " Sekali lagi Kimbum meminta maaf. Tidak perduli Soeun menjawab atau tidak, pria ini tetap mengucapkan ribuan kata maaf. Kimbum mencoba melepaskan dekapan Soeun untuk menangkup wajahnya. Tapi Soeun menolak. Wanita itu mempererat kalungan tangannya, membuat Kimbum pasarah. 

Pria ini mengalihkan tangannya pada surai hitam sang istri, lalu mengecupinya berulang kali. Jika saja ia bisa lebih menahan kemarahannya dan mendengar penjelas Soeun terlebih dulu, wanita ini tidak akan pernah menjadi seperti ini. Bodoh! Umpat Kimbum pada dirinya Sendiri. Kini bahkan dirinya sendiri yang membuat Soeun semakin tertekan.




Conqeror 55















****Conqeror Chocolate****

Mei memasuki musim gugur dimana daun perlahan jatuh. Wanita ini tidak berjalan hati-hati, meski kini ia membawa serta bongkahan besar di dalam tubuhnya. Meliuk-liuk, ia berjalan seperti ratu yang cantik, tanpa memperdulikan seorang pria yang terus saja menggerutu karena langkah kakinya yang cepat. Dibalik tubuh wanita ini juga ikut serta dua pria berpakaian hitam. Mereka hanya diam. Namun seperti pengawal tolol yang menyebalkan. Soeun bahkan muak diikuti seperti seorang penjahat.

"Yaaaaaa, lambatkan langkahmu! Kau membuatku khawatir." sementara Jilguk mencoba menyelaraskan langkah dengan rasa cemas yang menikam jantung. Oh ya Tuhan, wanita itu tidak lagi selangsing dulu. Ia lebih terlihat semakin kekurangan gizi dengan beban besar di perutnya. 

Jika saja wanita itu terpeleset maka sudah dipastikan nyawanya akan berakhir hari ini. Kimbum bukan orang baik jika sudah murka. Kejamnya iblis bahkan mengalahkan kekejaman pria tampan itu.

"Aku tidak perduli. Berhentilah mengikutiku." dan jawaban itu sukses membuat Jilguk mengumpat. Damn! Yang benar saja! Berhenti mengikutinya? Jilguk rasa Soeun sudah gila!

"Dan priamu itu akan memotong kepalaku? Begitu?" 

"Tidak terimakasih." tolak Jilguk.  

Soeun memucis, namun tetap tidak mengurangi kecepatan langkahnya. Wanita ini bosan terus diikuti layaknya pencuri dipagi hari. Ditambah bibir Jilguk terus saja terdengar memprotes langkah kakinya. Pria itu semakin lama menjadi seperti ibu-ibu tua. Soeun ingin menggunting bibir pria pendek itu, agar dapat diam beberapa saat.

"Kau pikir suamiku seorang pembunuh." sinis Soeun. Kali ini ia menghentikan langkahnya sejenak. Lalu memandang Jilguk penuh kekejaman. Aura kemarahannya tercetak dikedua permukaan pipinya yang memerah.

"Itu kenyataannya." jawab Jilguk. Ia menghembuskan nafas lega ketika Soeun menghentikan langkahnya yang seperti orang gila. Meskipun wanita itu menatapnya dengan tidak suka, tapi Jilguk tidak perduli. Soeun juga tidak akan tega memukulnya dengan tongkat. Sekejam-kejamnya wanita itu, Jilguk yakin Soeun hanya akan mengomel.

"Ck, kau adik kurang ajar!" meski apa yang Jilguk katakan benar adanya, tapi Soeun tidak suka jika seseorang menjelek-jelekkan sifat suaminya. Itu terdengar buruk ditelinga. Terlebih kehamilan ini membuat moodnya mudah terpancing. Janinnya seolah tidak suka jika sang ayah difitnah dengan kejam.

Soeun kembali melanjutkan langkahnya. Namun kali ini menjadi sedikit lambat. Sesaat tadi ia sempat merasa terkejut berkat sepakan si kecil. Well, Jilguk benar, seharusnya ia berhati-hati. Meski sepasang kakinya menggunakan flat shoes, tapi tetap saja gerakan yang terlalu cepat akan mengusik janinnya di dalam sana.

"Jadi noona tahu alasan hyung memanggil kita?" Jilguk mencoba tidak memperdulikan jawaban Soeun. Ia kembali melanjutkan langkah tepat di sisi wanita mungil itu. Jilguk mengucap syukur dihatinya ketika Soeun mau mendengarkan permintaannya. 

"Tidak, aku bukan dukun."
"Tapi kau istrinya."

"Itu bukan alasan bung." Dan selesai. Jilguk berdecak kesal ketika Soeun dengan cepat mendekati pintu ruangan sang suami. Wanita itu sejak hamil menjadi lebih menyebalkan. Tingkahnya semakin semena-mena. 

"Maaf nyonya Kim, tuan sedang ada tamu. Anda diminta menunggu." sapa seorang wanita. Membuat Jilguk tersenyum menang. Well, ia masih bisa mendengar sekretaris Kimbum itu, meski kakinya masih lima langkah lebih jauh. 

"Tidak mau, aku lelah." tapi sekali lagi pria ini harus mengerang. Soeun telah hilang dari pandangannya. Wanita itu menerjang pintu dengan tidak sopan, lalu masuk tanpa salam. 

Jilguk menghembuskan nafasnya lelah. Kedua bodyguard Soeun telah beralih dibalik pintu, dan menunggu dengan datar. Untuk saat ini Jilguk tidak berniat menjadi santapan kekesalan sepupunya itu. Jadi dari pada dia mendapat murka Kimbum karena ulah Soeun, Jilguk lebih memilih memutar tubuh, dan melangkah menuju ruangan Bogem. Itu lebih baik dibanding mengikuti Soeun masuk ke kandang macan.

"Ah nyonya,— " sementara itu, sekertaris Kimbum hanya mampu mendesah lirih. Tiga orang yang berada di dalam ruangan atasannya itu menatap dirinya dengan datar. Tapi istri cantik atasannya itu justru hanya melengos tidak perduli, dan segera mendudukkan tubuhnya di atas kursi kebesaran sang pemimpin. 

Kimbum menghela nafasnya melihat tingkah nakal Soeun. Wanita itu selalu seenaknya. Beruntung kedua tamunya hanya tersenyum mengerti, tanpa mengeluh. Sebelum melanjutkan kembali pembicaraan mereka, Kimbum sedikit memberi kode pada sekertarisnya yang masih menunggu dengan tatapan menyesal. 


Conqeror Chocolate 54









****Conqeror Chocolate****

Hepatitis B bukan penyakit biasa bagi sebagian orang. Penyakit ini pada umumnya akan membuat semua bagian tubuh si penderita terasa sakit. Terutama pada ibu hamil. Virus ini akan menyerang lalu menyebabkan kondisi yang sangat tidak nyaman. Ibu hamil akan merasakan semua bagian tubuh terasa lebih sakit. Tidak hanya pada bagian tulang atau sendi, namun semua bagian tubuh. 

Ketika ini terjadi, sebenarnya virus sedang berkembang dan berusaha untuk merusak kerja hati. Ketika beberapa bagian tubuh ibu disentuh, maka akan terasa lebih sakit dibandingkan biasanya. Jika ibu hamil bekerja sambil berdiri atau duduk dalam waktu yang lama maka kondisi kelelahan bisa menjadi lebih buruk termasuk kaki bengkak saat hamil. Rasa sakit ini juga bisa menyebabkan demam saat hamil.

Ini akan sangat berdampak buruk. Karena semakin lama virus hepatitis biasanya akan menyerang fungsi hati. Sementara hati memiliki fungsi yang sangat penting untuk sistem pencernaan. Ketika gangguan hati terjadi maka sistem pencernaan juga tidak bisa bekerja dengan baik. Beberapa gangguan pencernaan bisa terjadi pada ibu hamil, seperti sakit perut yang sangat sering terjadi, perut melilit saat hamil, mual terus menerus, muntah dan diare saat hamil. 

Semua gejala ini bisa menjadi sangat berat karena ibu juga mengalami morning sickness. Ketika semua gangguan pencernaan terjadi maka ibu harus mendapatkan perawatan yang cepat. Diare bisa menyebabkan gangguan yang berat karena ibu tidak bisa menerima makanan dengan baik.

Penyakit hepatitis  juga akan menyebabkan nafsu makan terus menurun. Nafsu makan yang menurun ini tidak dipengaruhi oleh morning sickness meskipun kondisinya bisa memburuk. Hati bekerja sangat penting untuk menghasilkan enzim yang bisa membantu penyerapan nutrisi dalam tubuh. Ketika ada infeksi pada bagian hati, maka ibu hamil tidak akan bisa menerima makanan dengan baik. Pengolahan nutrisi dalam tubuh juga menjadi terganggu sehingga ibu hamil tidak akan merasa lapar.

Selain itu, hepatitis juga bisa menyebabkan morning sickness yang parah. Ibu hamil memang biasanya mengalami morning sickness ketika masuk ke trimester pertama. Namun ketika sudah masuk ke trimester selanjutnya maka sudah sembuh. Hal ini berlainan dengan ibu hamil yang menderita hepatitis B. Kondisi morning sickness bisa bertahan selama kehamilan sehingga menyebabkan tubuh ibu menjadi lebih lemah dari biasanya.

Dan yang teraparah ialah hepatitis akan menyebabkan bagian putih mata dan kulit menjadi kuning. Kondisi ini juga bisa terjadi pada orang dewasa yang memang sudah terkena infeksi. Namun gejala ini biasanya muncul pada ibu hamil yang sebelumnya memang sudah terkena infeksi virus hepatitis B. 

Perubahan warna putih mata dan kulit yang menjadi lebih kuning disebabkan karena adanya akumulasi kadar bilirubin dalam tubuh ibu hamil. Hati memiliki fungsi yang penting untuk mengatur kadar bilirubin. Namun jika hati bermasalah maka kadar bilirubin menjadi sangat tinggi dan kemudian zat ini bisa menumpuk dalam kulit.

Kimbum mengusap pelipisnya, ketika suara seorang dokter masih terdengar bersemangat dari balik layar kaca. Melihat sekilas jam tangannya, pria ini kemudian menekan sebuah tombol yang mengakibatkan suara sang dokter mati dalam sekejap. Tidak ada lagi suara yang mendominasi. Sesekali hanya detak jam yang terdengar menegur sudut pendengaran. 

Kimbum menghela nafasnya lirih. Untuk sesaat pikirannya menjadi semakin kacau. Tujuan utama tadi hanya untuk mengetahui lebih jauh mengenai penyakit hepatitis itu. Namun, secara mendadak hal itu justru membuatnya malas melakukan kegiatan. Skotlandia memang menawan, tapi penjelasan dokter How tadi cukup menghancurkan niatnya untuk menenangkan pikiran. Saat ini, Kimbum justru merasa semakin tertekan.

Hari-hari yang dilaluinya semua terasa menyakitkan. Penyakit sialan yang bersarang ditubuh istrinya itu, terus menerus menyiksa mata dan hatinya. Soeun tidak berisi seperti ibu hamil lainnya. Wanita mungil itu cenderung lebih kurus dengan beban diperutnya. Kimbum benar-benar frustasi. Belum lagi nafsu makan Soeun yang begitu buruk. Untuk beberapa keadaan pria ini bahkan harus rela mengabulkan semua permintaan nyeleneh istrinya, hanya agar Soeun mau makan. 

Seperti tiga hari yang lalu sebelum dirinya berangkat ke Skotlandia. Soeun meminta hal menyebalkan yang luar biasa memancing kemarahannya. Bagaimana pria ini tidak murka? Sementara istrinya itu meminta dipangku oleh pria tampan lain, dengan dirinya yang menyuapi. 

Bayangkan, betapa tersiksanya pria ini. Jika saja Soeun tidak sakit, Kimbum bersumpah tidak akan pernah menyetujui ide gila tersebut. Lagi pula tidak ada hal yang manis dalam kejadian itu. Hanya seorang pemuda pilihan Soeun, yang entah dari mana wanita itu temukan. Pria single atau sebut saja jombloan tidak laku itu hanya terus menunduk selama acara itu terjadi. Kimbum bahkan mengirimkan sejuta cacian dan makian lewat sorot mata elangnya. Sementara Soeun, wanita itu tersenyum sepanjang waktu. 

Dan jika diingat-ingat kembali Kimbum semakin emosi dibuatnya. Otaknya yang kacau semakin menjadi kacau. Tinggal menunggu dua puluh menit lagi maka ia akan turun ke ruang seminar. Hari ini adalah hari terakhirnya di Skotlandia, dan juga menjadi hari untuknya memberikan seminar kepada para pengusaha muda. 

Tapi bahkan pikirannya saja tidak berada ditempat ini. Sial! Kimbum beranjak mendekati mesin kopi di sudut kaca. Meraciknya dengan menggunakan sedikit krim, lantas menenggaknya secara cepat. Rasa manis hilang dalam indera perasanya. Kekesalan dan rasa frustasi membuat kopi manis tersebut menjadi kopi terpahit di dunia. 

Well, tidak ada yang terbaik dibanding bibir manis Soeun. Menurut Kimbum, saat ini yang ia butuhkan hanyalah istri mungilnya yang cantik. Tapi jarak Korea dan Skotlandia berada dalam ribuan kilometer. Sangat mustahil mengundang Soeun yang mengandung enam bulan untuk menemuinya ditempat ini. 

Kimbum tersenyum saat sekelebatan ingatan menyapan pikirannya. Istrinya itu, kira-kira apa yang sedang dilakukannya? Soeun, wanita manja itu ia tinggalkan bersama Sahee. Wanita itu juga telah berhenti dari pekerjaannya dua bulan yang lalu. Jadi apa yang akan dilakukannya? 

Entahlah. Yang jelas sebelum keberangkatannya, Kimbum sudah memberi peringatan pada semua orang untuk tidak mengizinkan Soeun berkeliaran. Jika saja ada yang berani bermain kucing-kucingan dibelakangnya, maka Kimbum pastikan akan memenggal kepala para manusia menyebalkan itu. Soeun adalah tipe wanita pengacau kewarasan. Dan dia adalah salah satu korbannya. 

Sejujurnya Kimbum sempat keberatan menerima acara ini. Namun pada akhirnya ia tidak dapat menolak, setelah Soeun memaksa pergi. "Jangan menjadi pria angkuh bung. Aku tidak mau anakku menjadi angkuh karena tingkahmu." kalimat itu sukses membuat Kimbum tersenyum kecut. Wanita itu kalimatnya bertambah kurang ajar. Awas saja jika itu adalah trik Soeun untuk mengusirnya jauh, agar wanita itu bisa mendekati pria-pria muda. Oh, Kimbum tidak akan membiarkan pria itu lolos. Pria ini tidak akan rela membagi posisi. 

Tapi apa alasan dibalik pikirannya? Pria ini nampak bodoh setelah mengubah arah pikiran tentang kesehatan, menjadi perselingkuhan. Jawaban sebenarnya ialah ia cemburu. 

Kimbum membuang nafasnya kasar, sebelum akhirnya melangkah keluar untuk menuju ke ruang seminar. Berada di kamar hotel terkutuk itu ternyata membuat pikirannya melayang pada hal yang tidak-tidak. Kimbum tidak ingin mempertahan diri lebih lama, jika akhirnya ia hanya bisa memikirkan hal buruk tentang istrinya. Saat ini yang menjadi fokus Kimbum adalah segera menyelesaikan semuanya lalu kembali ke Korea. Ia sudah teramat merindukan istrinya. Meski kenyataannya ia baru pergi selama dua hari. 

Namun ketika pria ini menginjakkan loby untuk menemui hans, dan meminta pria itu memesan tiket, pria ini dipaksa untuk menghentikan langkahnya. Kimbum menajamkan pendengarannya ketika beberapa manusia membicarakan nama sang istri, sembari memegang satu majalah ditangan mereka. Sampul yang berbalut jingga keemasan membuat setiap pasang mata memuja gambar yang ditampilkannya. 

Kimbum melangkah lebih mendekat. Sedikit demi sedikit untuk mengintip celah yang terbuka. Semua yang menyebut atau lebih tepatnya memuja nama istrinya itu adalah lima orang pria dewasa. Mereka lengkap dengan balutan jas dan dasi. Namun wajah mereka seperi manusia mesum yang menjijikkan. Melihatnya membuat Kimbum muak, dan mendadak ingin menghajar mulut-mulut berliur itu. Terlebih mereka memanggil - manggil nama Soeun seolah mereka begitu dekat dengannya. Jika saja ini bukan loby hotel, maka pria ini pasti sudah menghancurkan mereka.

Tidak sampai lima detik. Setelah kakinya tiba di dekat seorang pria bertubuh tambun, Kimbum menahan nafasnya tepat di ujung tenggorokan. Mata pria ini membulat dengan besar, dan rahangnya perlahan mengeras. Lensa hitamnya tidak lagi menatap, melainkan telah kalah tajam dari sebuah pisau yang didapur. Membuat kelima pria yang sejak tadi sibuk mengecup dan mengelus gambar dalam sampul, dengan segera meneguk luir diam-diam. Tunggu, mereka tidak mengenal pria ini, tapi demi apapun mereka dapat merasakan jika hal buruk sebentar lagi akan segera terjadi. 



 

Conqeror Chocolate 53







🎤 Hidup itu antara "B" birth (lahir) dan "D" death (mati). Namun di antara nya ada "C" choice yang tersembunyi. (pilihan) hidup yang seseorang jalani, keberhasilannya ditentukan oleh setiap pilihannya sendiri.

Sayang, biarkan hujan memahami perasaanku. Jangan bertahan jika memang kau tak mampu. Tinggalkan aku, dan aku akan membuat sebuah pilihan. - Kim so eun



📃📃📃📃




Cahaya terik matahari siang menyingsing langkah telapak kaki. Menciptakan senyum indah, bersama pias wajah merah, yang juga mengiringi bisik-bisik lirih para manusia berbeda jenis kelamin. Lensa-lensa berbinar kala menatap wajah cantik yang terpoles make up tipis. Deru mesin kendaraan terdengar bising. Sayup-sayup hembusan angin menderu menyapa celah-celah pendengarannya. Ada bandul kuning menghiasi telinganya. Belaian rambut berkibas, ketika angin menyibaknya dengan kasar. 

Siang ini udara terasa lain dari kulit tubuh. Kawasan Seomdak juga tampak ramai dengan langkah-langkah kaki, juga laju kendaraan. Haiscn hospital tidak jauh berbeda. Beberapa dokter terlihat berjalan cepat bersama para suster yang mengiringi. Brangkar- brangkar menggesek lantai, menciptakan bunyi decitan yang berwarna. 

Wanita ini tersenyum, memperlihatkan tarikan sempurna bibirnya. Lensa almondnya turut berbinar menatap beberapa balita lucu yang berlari-lari, seolah tengah berada disebuah lapangan bermain.

"Kau terlihat senang sayang." hingga sebuah suara lembut mengalihkan perhatiannya. Soeun tersenyum menyapa wanita cantik disebelah kanannya. 

"Eomma tau, aku membayangkan jika saja mereka milikku. Itu akan menyenangkan." ucapnya manja. Membuat sahee iku tersenyum. Menantu cantiknya itu kini sedikit terlihat berbeda. 

"Ah, kau benar nak. Kediaman Kim akan sangat menyenangkan." Apa yang Soeun katakan memang benar. Sahee melangkah lebih cepat, lalu kemudian membuka mobil yang terkatup sembari menuntun menantu kesayangannya itu. 

Hari ini adalah jadwal chek up Soeun. Kimbum sedang tidak bersama mereka, jadi tugas itu digantikan olehnya. Sahee tidak percaya jika Soeun harus pergi bersama orang lain, tanpa terkecuali Jilguk ataupun bogem. Perasaannya tak menentu jika Soeun jauh dari pandangan matanya. Wanita itu tidak terlihat selama 10 menit saja sudah membuat sahee cemas luar biasa. Kehamilan Soeun yang sudah cukup besar terkadang membuatnya lebih posesif. 

Sahee meringis ketika mengingat kembali setiap kalimat yang terlontar dari bibir Jong hyun. Sejauh ini kondisi wanita mungil ini semakin memburuk. Infeksi virus menyebabkan kondisi hati Soeun terus melemah. Semua sistem yang melibatkan organ hati tidak bisa bekerja dengan baik. 

Bahkan hatinya sudah tidak bisa bekerja dengan kondisi yang normal, sehingga banyak racun di dalam tubuhnya. Hingga membuat menantunya itu sangat lemah. Terlebih untuk Soeun yang terkena infeksi sejak trimester pertama. 

Hepatitis juga merusak sistem darah dalam tubuh Soeun. Membuat wanita bermata almond itu mengalami anemia. Kimbum telah melakukan banyak hal untuk mengobati virus sialan itu. Tapi sekali lagi nasib terlalu kejam pada sosok istrinya. 

Di dalam mobil Soeun hanya menenggelamkan wajahnya pada perut Sahee. Merasakan hangat belaian wanita itu ketika jemarinya mengusap dengan sayang. Waktu telah bergerak lebih cepat. Tiga bulan yang wanita ini rasakan jauh lebih indah. Terlebih Kimbum mencurahkan seluruh perhatian hanya padanya.

"Eomma, jika aku tidak bisa merawatnya, bisakah eomma membantuku?" pertanyaan itu sejujurnya telah begitu lama tersimpan di dalam lubuk hatinya. Soeun mengangkat kepalanya. Tubuh yang semula tertidur kini duduk berhadapan pada tubuh Sahee. Untuk saat ini, Soeun ingin menyampaikan apa yang ia pikirkan, hanya untuk mengurangi beban yang selama ini coba untuk ia tangguhkan. 

Meski wanita itu tampak tidak perduli, Soeun mampu melihatnya. Sahee hanya menghembuskan nafas. Soeun tahu wanita itu akan mengucapkan kalimat-kalimat nasehat yang panjang. "Kau mengatakan itu seolah kau akan pergi. Kau tahu, kau beruntung karena Kimbum tidak mendengarnya." ada nada getir yang Sahee perdengarkan. Membuat Soeun meringis menyesal. Sahee melemparkan pandangan pada sisi kaca. Menatap jalanan yang terlihat seperti bergerak mundur. 

Memang benar ia beruntung. Tapi jika Soeun membayangkan lebih jauh, tidak ada keberuntungan yang pernah menghampirinya. 

Perlahan tapi pasti ucapan Sahee meresap ke dalam hatinya, membuat pelupuk mata wanita ini tergenang air bening. Keposesifan sifat Kimbum pada dirinya mengusik perasaannya. Soeun merasa begitu kejam. Namun seberapa kuat pun ia bertahan, penyakit itu nyatanya akan semakin menggerogotinya. Jong hyun mengatakan ia tidak akan mampu melakukan persalainan secara normal. Dan bahkan besar kemungkinan hanya satu diantaranya yang mampu diselamatkan. 

Menyedihkan! Itulah yang ia pikirkan. Tuhan seolah benci dengan kehadirannya. Semua kutuk dilemparkan tepat di atas kepalanya sejak ia lahir. Wanita ini tidak pernah berharap lahir. Namun kenyataannya Tuhan justru mengecewakannya dengan merenggut satu nyawa orang yang begitu menyayanginya. 

"Apa keajaiban itu ada eomma?"

"Bagaimana menurutmu?" 

Adakah di dunia ini yang tidak mempercayai keajaiban? Sahee rasa tidak ada. Jenis apapun manusia semua pasti mengharapkan keajaiban hadir. Begitu juga dengannya. Sahee menatap Soeun, lalu mengusap surai wanita itu. Hak itu tidak ada pada dirinya. Sahee tidak ingin mengatakan ia mengakui, karena ia tidak memiliki jaminan. Beberapa saat yang lalu Soeun jatuh tepat di depan matanya dan putranya sama sekali belum mengetahui hal ini. Mereka memutuskan mengunjungi Jong hyun bertepatan dengan jadwal kontrol soeun. Namun apa yang harus Sahee katakan, semua tidak berjalan dengan semestinya. 

"Entahlah, aku tidak pernah merasakannya." 

Sejujurnya selama nafas itu berhembus, Soeun selalu menantikan Tuhan menurunkan keajaiban itu di atas kepalanya. Soeun selalu berharap ada sedikit kebahagian yang menantinya di ujung waktu yang tidak terlihat. Namun sepanjang ia menunggu, Tuhan tidak memberikannya. 

"Kau akan merasakannya sayang, jadi jangan pernah katakan kau tidak mampu." ucap Sahee lirih. "

"Putraku memberikan semua nafasnya pada nafasmu. Ku mohon pastikan nafas itu berhembus hingga Tuhan memutuskan untuk menghentikannya." Karena memang hanya Tuhan yang berhak memutuskan segalanya. 

Wanita itu mengganggguk bersama jatuhnya setetes cairan bening. Sahee juga adalah seorang ibu, yang bahkan lebih tua dari dirinya. Soeun sama sekali tidak bermaksud melukai hati Sahee. Udara memang tidak berpihak padanya, namun tidak ada benci yang terlintas ketika Kimbum memilih untuk tidak melihat darah dagingnya. 

Tiga bulan adalah waktu yang membuktikan segalanya. Cinta yang tumbuh, kesetiaan yang bertahan, hingga benci yang terpendam. Semua tertuang saat lensa tidak lagi berbinar. Kimbum mengatakan hanya pastikan tubuh itu bernafas. Entah dengan cara apa, hingga saat ini pun Soeun belum mampu untuk mengakuinya. Bahkan meski tubuh mereka berpaut, debaran juga tetap menampik. Hal itu, hanya Soeun yang mengetahuinya. Bahwa cinta yang besar, memaksanya untuk egois. 


Conqeror Chocolate 52








Semilir angin yang sejuk ia hirup dan menyadarkannya dari alam mimpi buruk yang lalu. Mengingatkan setiap detik perjalanan hidup yang sungguh berharga. Tentu saja untuk kali ini pria ini sangat menghargai dirinya sendiri, lebih memikirkan kemauan dirinya sendiri ketimbang urusan orang lain yang kasat mata. Memang benar ia adalah salah satu dari makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri dan masih membutuhkan orang lain, hanya saja sekarang pria ini—— kimbum, tidak terlalu mengutamakan orang lain lagi karena suatu peristiwa yang terjadi dahulu. Dari pengalaman hidup sebelumnya, ia lebih bisa belajar untuk memporsikan setiap urusan pribadi maupun orang lain. Yang sebagaimana sudah terjadi pada masa lalunya yang sungguh menyedihkan.

Sedikit cerita, dulu kimbum begitu sering melalaikan urusannya hanya untuk mengutamakan orang lain, atau katakanlah sesosok gadis yang telah mencuri hatinya. Segalanya ia lakukan untuk mencari dan mempertahankan harta yang menurutnya begitu berharga, hanya demi sesosok manusia cantik yang membuat kehidupan dan cara berpikirnya berubah hanya dalam satu hari. 

Kimbum tidak pernah bayangkan sebelumnya jika dalam kehidupannya wanita itu akan sangat berpengaruh. Hingga suatu ketika pria ini harus menerima kenyataan bahwa kebaikan, cinta dan kasih sayangnya di salah-gunakan oleh oknum tertentu yang membuatnya jatuh terhempas begitu jauh. 

Terdiam pada masa itu, kimbum memejamkan matanya sesaat. Betapa bodohnya dirinya jika berpikir kembali ke masa lalu. Masa yang selalu mengingatkannya untuk tidak melihat ke belakang lagi dan cepat-cepat ingin menutup semuanya di sebuah kotak terkunci, berharap tidak ada kunci yang cocok untuk membukanya kembali. 

Sampai saat dimana akhirnya Tuhan kembali membawakan hati yang baru. Membuat pria ini berhasil memahami arti hidup yang sebenarnya, hidup yang tak berjalan mulus mengalir dan tidak seindah pada masa anak-anak saat itu. Peristiwa hidup sangat sulit untuk ditebak, karena itu semua terjadi spontan tanpa ada bentuk kesengajaan dan skenario ceritanya. 

Jika saja kimbum bisa membuat skenario cerita hidupnya sendiri, mungkin yang ia terima dari sekian banyak warna hanya satu warna kebahagiaan saja dan tidak mengenal sekian banyak warna lain. Pria ini bukanlah seorang sutradara yang dengan gampang membuat dan menghapus skenario. Ia-— kimbum, hanya seorang pria muda yang sedang memaknai sebuah skenario dari Sang Pencipta. 

Tersadar kini, ia telah mencapai level lumayan tinggi dalam pembagian peran dalam skenario cerita kehidupannya dari rasa kesedihan, hingga kini rasa kebahagiaan yang sudah hampir nampak terlukis nyata dan bukan lagi bayangan semu. Kimbum merasa sudah berjalan cukup jauh untuk meninggalkan seberkas kisah masa lalunya.

Memulai sesuatu yang baru sebenarnya sedikit sulit untuk dilakukan, tapi kimbum bisa menjalaninya. Kehadiran soeun di dalam hidupnya memiliki pengaruh besar dalam setiap perubahan sikapnya. Pola musim yang berubah-ubah hingga tetesan hujan yang menggema selalu dapat membuatnya merasakan hidup di setiap hembusan nafasnya. Ada rasa takut tercipta di dalam hati dan pikirannya. Sesuatu yang bahkan sejak dulu ia jarang rasakan meski terus bersama cinta pertamanya,gyuri. 

Setiap hari dalam satuan menit kimbum selalu merasa seperti bayangan semu yang tak kasat mata. Dimanapun ia berdiri bersisian bersama gyuri, ia selalu seperti tidak terlihat. Dan kini semua kenangan itu bagai bayangan kelam yang mengerikan. 

Kimbum menarik nafasnya, menggeser laptop sembari memijit lembut kepalanya yang begitu terasa berat. Pagi ini suasana sedikit memburuk. Cuaca tidak terlalu mengintimidasi tapi kepergiannya mungkin akan menjadi sebuah masalah kecil. 

Ini terjadi setelah kepulangannya dari menemui gyuri. Soeun tiba-tiba menjadi pemurung. Wanita itu lebih banyak diam dan tidak berbicara hingga pagi ini. Apapun yang kimbum tanyakan soeun selalu memilih bungkam dan tidak mau menjawabnya. Dan sumpah demi apapun itu membuat kimbum frustasi. 

Masalah yang muncul dalam hidupnya datang silih berganti. Baru dua hari yang lalu ia merasa tenang karena menyelesaikan salah satu masalahanya. Kini ketika ia bersiap fokus memikirkan kesehatan soeun, masalah baru justru hadir menghampirinya. 

Mencoba berpikiran tenang kimbum memejamkan matanya kembali. Setengah jam lagi ia akan melakukan pertemuan dan ia tidak ingin semua rencananya gagal hanya karena masalah ini. Semua bawahannya telah diberi perintah untuk tidak mengusiknya, kecuali panggilan saat rapat tiba. Jadi untuk sejenak kimbum ingin melepaskan letihnya dengan menempelkan punggungnya pada sandaran kursi dan mengatur nafasnya secara halus.

Tapi baru saja ia merasa tenang kimbum lagi-lagi harus mengumpat ketika katupan pintu terbuka secara tiba-tiba. Pria ini bersiap untuk menghardik, tapi sekali lagi ia justru terkejut,  ketika melihat siapa orang yang telah berani mengusiknya ketenangannya.

"Bum-ah, kenapa meninggalkanku?" 

Kimbum masih terdiam, meski suara si empunya telah mengalun mewarnai suhu hangat ruangan. Manik mata pria ini berkedepi tiga kali seolah tidak percaya dengan penglihatannya sendiri. Ada soeun di muka pintu dan wanita itu melangkah mendekati dengan terlebih dahulu melemparkan coatnya pada sofa. 

Bibir wanita itu sedikit merekahkan senyum ketika mendapati suaminya menatapnya dengan wajah lucu. Kimbum sangat luar biasa tampan. Setelan jas mewahnya selalu mampu membuat soeun terpesona dan jatuh jauh lebih dalam. Bahkan meski kini pria itu menatap dengan pandangan bodoh, kimbum tetap luar biasa menawan.

"Kau kemari? Sendiri?" 

Dan sesaat setelah sebuah benda hangat dan lembut menempel di paha kekarnya, kimbum dapat mengembalikan kesadarannya yang mendadak menghilang. Ia memang akan selalu menjadi tolol, jika wanita ini hadir dan mengusik. Kewarasan otaknya selalu saja hancur ketika soeun muncul dengan segala pakaiannya yang begitu terkutuk. 

Pagi ini telah jauh sedikit berbeda. Tumpukan-tumpukan salju telah memudar dan tergantikan pucuk-pucuk hijau yang mulai muncul di beberapa batang. Kimbum menghela nafasnya ketika lensa mata menangkap putih yang menggiurkan. Soeun memang sangat menyebalkan, tapi menegur cara berpakaiannya hanya akan membuat wanita mungil itu semakin keras kepala.

Sementara soeun bersikap santai. "Tidak.  Jilguk berada di bawah." jawabnya riang. Membuat kimbum terkekeh melihat pias wajahnya yang cantik. Wanita itu begitu lucu, terutama ketika ia menggelengkan kepalanya dengan sorot manik mata yang polos. Benar-benar terlihat menggemaskan. Bahkan di saat seperti ini saja, pandangan matanya telah menggoda kimbum untuk mencecap kelembutan tubuhnya. Jika saja saat ini ia tidak tengah di nanti rapat, sudah dipastikan tangan pria ini akan segera menutup pintu dan akan kimbum nikmati si cantik yang menggemaskan ini. 

"Bukankah sudah ku katakan jangan keluar rumah, jika tidak bersamaku?" 

Kimbum menyapukan telapak tangannya menyampirkan rambut soeun yang tergerai ke balik telinga. Soeun begitu malas untuk mengkuncir rambutnya dan itu adalah kebiasaan yang sangat di benci kimbum. 

Wanita itu akan selalu membiarkan geraian rambutnya berkibas indah, dan membuat semua mata pria tertuju memuja pada kecantikannya. Sial! Kimbum mendengus dalam hati ketika membayangkan para pria di luaran sana telah lebih dahulu menikmati kecantikan istrinya serta lekuk tubuh menggoda soeun yang berbalut sabrina dress setengah paha. 

Sejak kehadiranya dalam beberapa bulan ini, soeun telah memberikan ketakutan yang baru. Kimbum selalu takut seseorang mengambil miliknya. Soeun begitu berharga baginya. Tatapan mata dan sikap manja wanita ini adalah magnet tersendiri yang tak mampu membuat kimbum berpaling. Lihat, bahkan hanya dengan untaian kata teguran nan lembut, bibir soeun telah mengerucut seolah memancing kimbum untuk menciumnya. 

Kecuali pada soeun. Dengan kecerdasannya yang minim itu, soeun menyumpah secara diam-diam. "Kenapa tidak memasungku saja?" gerutunya kemudian. Kimbum memang luar biasa menjengkelkan dan soeun memalingkan wajah memandang pintu yang terkatup.

Membuat kimbum lagi-lagi tersenyum lalu dengan lembut mengecup kecil dadanya yang tidak tertutupi pakaian. "Aku tidak setega itu." soeun jauh lebih sensitif dari beberapa minggu yang lalu. Kehamilan sialan itu membuat istrinya yang imut ini lebih sering merengek serta merajuk lucu. 

Wanita ini juga sulit menerima asupan, dan semua sikapnya yang selalu memberontak selalu membuat kimnum frustasi dan tak berdaya. Terlebih dengan perubahan kesehatanya yang semakin hari terlihat semakin menurun. Dokter mengatakan bahwa usia kandungan itu telah memasuki usia empat bulan. Tapi entahlah? Soeun akan selalu muntah di pagi hari, dan di malam hari ia akan pucat dan tak bersemangat. 

"Lagi pula kenapa kau meninggalkanku?" 

Wanita ini masih menggerutu dengan manja. Hatinya masih cukup emosi karena tingkah laku suaminya yang keterlaluan itu. Bayangkan, disaat matanya terbuka dan ia berharap sosok kimbum lah yang dilihatnya, pria itu justru tidak ada. Setiap waktu kimbum hanya terus mengutamakan berkas-berkas sampahnya dibanding dirinya yang membutuhkan sebuah belaian. Itu benar-benar pukulan telak di dalam hatinya.

"Siapa yang mengabaikanku semalaman?" jawab kimbum cepat. Dan jawaban itu membuat soeun semakin dalam mengerucut kan bibirnya. 

"Itu karena kau tidak pernah menemaniku tidur." sengitnya. Ia mendelik dengan marah lalu memuciskan bibirnya dengan keras. 

Membuat kimbum lagi-lagi terkekeh. "Baiklah, aku minta maaf." wanita ini adalah segalanya untuknya. Menghabiskan hari bersama-sama membuat cinta itu tertanam begitu kuat. Wangi tubuh soeun menggodanya untuk selalu mencecapnya. Pria ini menangkup wajah soeun, mengecup bibir yang merah, lalu melumatnya sebentar. 

"Apa kau masih marah." lanjut nya setelah melepaskan tautannya. Bibir soeun begitu lembut ketika lidahnya menjilatnya dengan lembut, dan kimbum tersenyum ketika soeun menggeleng dengan rona malu di kedua pipinya. 

"Aku tidak marah bum-ah." 

Sebening apa sebenarnya air hujan? Mungkin seperti kaca yang tipis. Begitu ringkih dan indah. Soeun menggigit bibirnya tersembunyi ketika kimbum menatapnya dengan sayang. Pria itu begitu baik tapi bagaimana bisa ia tega menipu nya begitu lama? Soeun ingin menangis ketika mengingat kembali perjalanan cintanya. Semua terasa begitu ambigu dan soeun tidak mampu memahami apa arti di balik semua rencana tuhan.

Sementara kimbum hanya diam. Ia masih menangkup wajah soeun dalam kedua telapak tangannya. "Kau bahkan mengabaikanku dan tidak bicara." lirihnya kemudian. Pria ini menerawang kaca pembatas dalam diam. Senyum miris bibirnya ukir ketika ingatannya berputar pada kejadian malam hari. Dimana ia pulang dan soeun sama sekali tidak mengacuhkan kehadirannya. Wanita itu seutuhnya mengabaikannya. Soeun tidak memeluknya dan semua itu membuat pikirannya memburuk selama dua hari ini. 

"Maaf. Aku hanya mengira kau mencoba untuk menghindariku." tapi itu benar. Soeun menundukkan kepalanya untuk menutupi air mata yang siap merembes. Kimbum terus-menerus pulang di saat orang lain telah terlelap. Dan satu hari yang lalu pria itu tidur seorang diri bersama berkas-berkas sialannya. Soeun benci kimbum yang mengabaikannya. Kehamilan membuat moodnya selalu berubah-ubah, dan wanita ini ingin kimbum mengerti dan selalu ada ketika ia membutuhkannya.

"Apa maksudmu sayang?" dan demi apapun kimbum justru merasa tolol saat ini. Ia sama sekali tidak mengerti arah pembicaraan soeun. Menghindari? Siapa yang menghindari? Bukankah sudah jelas soeunlah yang terus menerus menghindarinya?

"Janin ini, aku__" soeun menghentikan untaian ucapannya. Jantungnya bergemuruh mana kala ia mengingat kembali semua ucapan kimbum saat itu. 

Di sisi lain kimbum menghela nafasnya berat. "Kau berpikir aku menghindar karena janin ini?" tanyanya lembut, namun soeun diam saja. Kimbum tahu wanita itu menangis jadi ia memeluknya dengan lembut. Sikap soeun yang seperti ini benar-benar membuatnya merasa tertekan dan buruk. Rasa sesal begitu cepat merayapinya dan membuat sebagian paru-parunya berhenti memasok udara. Ia tidak bermaksud menghindari istrinya, hanya saja sebuah misi yang direncanakannya menuntutnya untuk segera menyelesaikan pekerjaannya, agar setelahnya ia bisa dengan leluasa menjalankan semua keinginannya. 

"Apa kau tidak mempercayaiku lagi?" hal lain yang begitu kimbum takuti ialah soeun tak lagi mempercayainya. Dan bungkamnya bibir ranum itu semakin menyakiti perasaannya. Membuat debaran jantung kimbum yang semua normal mulai berdetak tidak karuan. Kimbum mengecup pucuk kepala soeun, wanita itu berada di atas pangkuannya tapi justru kimbum merasa soeun perlahan menjauh.

"Aku memang tidak mengharapkannya sayang, tapi menghindarimu? Ku rasa aku pasti sudah gila jika melakukannya." ya itu benar. Pria ini memang tidak mengingkan janin itu. Tapi menghindari soeun? Bagaimana mungkin ia dapat melakukannya jika kebungkaman soeun saja telah membuat kimbum hampir gila.

"Kau tidak berbicara saja itu sudah membuatku sesak. Lalu bagaimana caraku untuk menghindarimu?" tambah kimbum. Pria ini mengeratkan dekapannya untuk menghentikan tangisan kecil itu. Soeun tidak boleh tertekan, karena itu akan membuat tubuh mungil itu menjadi lemah dan ia akan mudah sakit. Satu hal lain yang juga membuat kimbum membuka matanya lebar. Keegoisan pria ini hilang saat dokter menyatakan chocolate adalah asupan utama istrinya itu. Kimbum tidak lagi melarang wanitanya itu mengkonsumsi chocolate, melainkan kini kimbum selalu pastikan soeun mengkonsumsinya sesaat dan setelah ia selesai makan. 

"Benarkah?" soeun mengangkat tubuhnya lalu menatap kimbum intens. Tangisannya mendadak berhenti dan ia merasa secercah harapan datang menghampirinya.

"Aku tidak akan pernah menghindarimu sayang." dan jawaban itu membuat soeun mengukir senyum di hatinya. Soeun kembali memeluk kimbum erat. Ada buncahan bahagia yang coba ia bagikan pada debaran jantung kimbum yang menghentak dengan keras. Soeun dapat merasakannya, kedua jantung mereka bergerak bersamaan menciptakan debuman yang indah. 

"Jadi kau menerimanya?" tanya soeun kemudian. Ia terus menahan diri untuk tidak meloncat dari pangkuan kimbum hanya untuk menyalurkan uforia kebahagiaannya. Soeun menyungging senyum yang lebar di balik dekapan kimbum. Ia bersumpah, selama apapun ia harus menunggu, soeun akan menunggu jika itu memang mampu membuat kimbum menerima keadaanya. Tuhan memang tak terlihat tapi soeun yakin ia mendengar segala keinginannya. 

"Tidak!" dan sekali lagi wanita mungil ini menahan sakit dalam diam. Hilang sudah sinar harapannya. Kini semua akan sulit untuk ia hadapi seorang diri. Tapi kimbum juga hanya manusia biasa yang hanya membutuhkan kehadiran istrinya. Pria ini tidak membutuhkan bayi jika itu harus merenggut soeun dari sisinya. Kimbum menurunkan soeun dengan lembut, lalu melangkah mendekati dinding kaca yang luas. Pikirannya dalam sekejap berkecamuk dan ia tidak ingin memukul soeun hanya karena amarahnya yang perlahan terpancing.

"Bum-ah." 

Soeun tidak ingin menyerah begitu cepat. Ia tahu bahwa tuhan itu adil. Bahkan batang tua yang telah mati bisa saja hidup kembali jika memang Tuhan menghendakinya. Lalu kenapa ia tidak? Ia bahkan masih hidup dan belum sekarat. Sekalipun kelak ia harus sekarat, soeun akan menjalaninya dengan tulus. Soeun berjanji ia tidak akan merengek, tapi- walau bagaimanapun ia tetap membutukan kimbum di sisinya. 

Soeun melangkah semakin mendekati lalu memeluk kimbum erat. Punggung kimbum begitu kokoh dan soeun merasa nyaman ketika mendekapnya. Entah berapa lama lagi ia mampu merasakannya? Setiap detik yang berdetak, soeun selalu merasa akan segera tiba waktunya meninggalkan pria ini. Jadi untuk menebus kepergiannya, soeun ingin meninggalkan sesuatu yang mengikat mereka jauh lebih rekat. Soeun ingin kimbum bersedia menerima janin serta merawatnya dengan tulus. Janin itu tidak memiliki kesalahan apapun dan soeun tidak ingin kimbum membencinya karena karena sebuah penyakit sialan.

Namun dalam kenyataan pria ini juga sama terlukanya. Kimbum memutar tubuhnya, mengusap pipi soeun sebentar lalu memeluk wanita itu sekali lagi. "Jangan paksa aku sayang. Aku sudah menuruti keinginanmu, jadi ku mohon jangan paksa aku." jika boleh jujur kimbum begitu ingin menangis. Ia masih merasa seperti ayah kejam yang buruk. Tapi apapun itu dia hanya takut soeun hilang dari pandangan manik matanya. Ia membutuhkan soeun untuk dapat tetap bernafas. Tiap detik yang ia lewati, sosok soeun telah menjerumuskannya ke dalam pusara cinta yang membara. Kimbum tidak sanggup jika harus kehilangan Soeun. Ia sudah pernah kehilangan dan kimbum tidak ingin merasakan kehilangan untuk yang kedua kalinya. Cukup satu kali ia hancur ketika gyuri pergi meninggalkannya. Kini, jika soeun sampai ikut pergi meninggalkannya, kimbum yakin ia akan gila. 

Soeun sumber kewarasannya. Wanita itu telah meruntuhkan dinding beku yang dibangunnya selama dua tahun, membuatnya dapat bersikap hangat kembali. Jadi jika soeun tidak ada, tidak ada pula alasan kimbum untuk mempertahankan kewarasannya. 

"Kau masih berniat membunuhnya?" 

Soeun melepaskan pelukan kimbum lalu menatapnya dengan memohon. Pria itu menatapnya tidak lagi dengan cinta. Ada sorot marah yang lensa kimbum pantulkan dan soeun menyesal telah mengusik hati suaminya itu. Ia paham akan setiap kalimat kimbum, tapi tidak adakah harapan untuk kimbum menerima janinnya?

"Jika itu melukaimu lagi, aku akan membunuhnya." jawab kimbum cepat. Dan itu lah kebenarannya. Kimbum akan hancurkan siapa saja orang yang berani menjauhkan soeun dari pandangannya. Tidak perduli itu orang tuanya atau benihnya sendiri. Pria ini begitu mencintai soeun lebih dari apapun. Hadirnya soeun dihadapannya saat ini saja telah membuat pikirannya yang kacau menjadi baik dan waras. Lalu, bagaimana bisa ia membiarkan soeun hilang dari pandangannya?

"Jangan membencinya bum-ah. Aku yang menginginkannya." tapi mereka memang sama sama egois. Soeun menangkup wajah kimbum, menatapnya lembut berharap pria itu mau melembutkan sedikit hatinya yang mengeras. Itu buah cinta mereka dan mereka sendirilah yang menghancurkannya. 

Namun kimbum mendesah kasar."Terserah. Aku tidak ingin berdebat." jawabnya kemudian dengan begitu dingin. Ia menepis jemari soeun kasar lalu memilih duduk di atas kursi. Wanita itu memang mengerikan. Hanya dengan pandangan redupnya saja, kimbum merasa sepeti tengah berada dalam sidang kematian. Jantungnya kembali bergemuruh kuat. Hembusan nafas soeun selalu saja membuat kesadarannya menghilang, dan- hampir saja ia mengatakan IYA. 

"Aku mencintaimu." di sisi lain soeun tersenyum sembari kembali menaiki paha kimbum yang panas. Wanita ini menyadari bahwa suaminya itu hanyalah tengah emosi. Dari sorot matanya yang melembut, soeun tahu kimbum hampir mewujudkan keinginannya. Dan soeun akan pastikan itu. Cepat atau lambat kimbum akan menerima janin nya itu. 

Tapi kimbum bukanlah orang yang bodoh. Pria ini tahu soeun sedang mencoba merayu hatinya. "Kau sudah makan?" jadi sebelum istrinya itu semakin jauh menggoda dengan segala tingkah yang aneh, kimbum segera mengalihkan topik pembicaraan mereka. Pria ini sangat begitu hapal bagaimana tingkah nakal istri mungil nya itu. Soeun tidak akan pernah berhenti kecuali ia mengatakan YA! Tapi tidak, kimbum masih membutuhkan waktu untuk menenangkan hatinya. Ia mungkin terlihat biasa di luar, tapi di hatinya? Seseorang harus mengetahui jika ia hancur di setiap kedipan matanya.

"Ya." ketus soeun. Ia sadar kimbum mengelak dari rayuannya. Dasar pria tampan sialan! Soeun menyumpah sesal dihatinya sembari memandang kimbum dengan kejam. Oh, harusnya ia tidak merayu pria beku berstatus suami kesayangannya itu. 

Kimbum tak mampu lagi menahan rekahan lebar di bibirnya. Ia tersenyum bahagia melihat kekesalan istrinya tersebut. Lalu dengan masih mempertahan senyumannnya kimbum mengecup bibir soeun yang memucis lucu dengan lembut. Ah, bibir itu selalu manis. Sensasi kelembutannya selalu saja membuat kimbum tidak dapat mengontrol gairahnya. Kimbum menarik tengkuk soeun, menahannya dengan tangan kirinya, lalu memperdalam ciumannya semakin bernafsu. 

Terlebih soeun membalas lumatannya jauh lebih lembut. Bibir mungil itu begitu lihai membelai bibirnya yang tebal. Minyak dari lip balm soeun yang manis dan licin semakin membuat ciuman keduanya melupakan dimana kini mereka tengah berada. Bahkan ketika pintu berderit dan memunculkan seorang pria dengan manik bola mata yang membulat serta bibir yang menganga, soeun maupun kimbum tidak sama sekali menyadarinya. Mereka terlihat begitu asik memadu cinta, seolah ingin menunjukkan bahwa mereka begitu saling mencintai. Kimbum bahkan terus saja menghujami bibir soeun dengan cumbuan mematikannya disertai dengan usapan lembut di bagian punggung yang semakin membuat soeun semakin tidak tahan untuk mendesah. 

"Ahh."

"Ah, kalian memang tidak tahu malu!!" ketika akhirnya desahan itu meluncur dengan bebas, jilguk-— pria yang berdiri di ambang pintu itu menggerutu dengan kesal. Dia melangkah lebar menuju sofa, lalu menjatuhkan tubuhnya dengan begitu kasar. Sial! 

Pria ini mengumpat berkali-kali dalam hatinya mengutuki kemesuman kimbum dan soeun. Bisa-bisanya kedua manusia itu menikmati cumbuan di dalam ruangan, yang jelas-jelas bahkan waktu bekerja belum berakhir. Bagaimana jika salah seorang bawahan kimbum yang masuk dan melihatnya? Oh astaga, kimbum memang sudah gila! Mungkin jika hanya soeun yang menikmatinya itu tidak akan jadi masalah, karena biar bagaimanapun jilguk tahu kakak iparnya yang cantik itu tengah menghadapi ujian hidup yang begitu berat. Tekanan yang soeun rasakan mungkin membuat wanita mungil itu ingin menyalurkan rasa frustasinya dengan mencium kimbum. 

Tapi yang terjadi? Jelas-jelas jilguk melihat kimbumlah yang paling bernafsu. Pria itu seperti kerasukan iblis mesum dan percayalah jilguk merinding melihatnya. Pria ini bahkan yakin kini wajahnya telah memerah karena malu. Hey, dia jarang berciuman dengan wanita, dan melihat adegan foreplay beberapa saat yang lalu jelas-jelas membuatnya shock dan mati kutu. Dia kalah telak dari seorang Kim sang bum.

Bagaimana dengan tokoh utama perbuatan mesum? Tolong lihat sendiri, karena jilguk bahkan tidak berani memalingkan wajahnya menatap kimbum. "Apa kau tidak bisa mengetuk menggunakan tanganmu?!" dan hardikan kemurkaan yang mengudara membuat jantung pria kecil ini semakin berdetak tak terkendali. Jilguk mengangkat wajahnya, dengan segera menatap kimbum dengan gelisah. Jangan harap ia akan selamat jika terus bertahan menundukkan wajah. 

"Aku terburu-buru. Jangan menatapku seperti itu hyung." ayolah, ia hanya tidak sengaja. Demi tuhan selama setengah jam ia panik karena soeun menghilang dari pandangannya. Wanita itu meninggalkannya bersama dua bodyguard bodoh yang di sewa kimbum ketika sedang singgah di sebuah restoran siap saji. Siapa tadi yang mengatakan lapar dan ingin spaghetti? Aish, jilguk mendesis ketika di ujung sana soeun terkikik dalam pangkuan kimbum. Wanita itu jelas tidak merasa bersalah. Jangan merasa bersalah dan minta maaf, tersipu malu karena tertangkap tengah bercumbu pun tidak. Dasar si mungil yang menyebalkan! Caci jilguk membatin. Lihat saja nanti, ia pasti akan membalas soeun.

"Kenapa kau membawanya keluar." tapi tidak semudah itu juga jilguk lolos dari ancaman kimbum. Kimbum mengeraskan rahangnya lalu menatap adik sepupunya itu tidak suka. Pria ini benci perusuh, dan jilguk adalah setan perusuh yang menjengkelkan. Kimbum tidak sama sekali malu karena pria tengil itu mendapatinya tengah bercumbu dengan istrinya, tapi yang kimbum kutuk ialah kehadiran jilguk yang menggagalkan cumbuan panas yang diberikan soeun untuknya. 

Untung saja pria setengah tinggi itu masuk sebelum ia menjalarkan tangannya pada area payudara soeun. Jika saja jilguk masuk di saat yang tidak tepat, kimbum bersumpah akan mencongkel matanya keluar, karena sudah kurang ajar menonton adegan percintaannya yang begitu panas dan menggoda. Terlebih soeun sangat seksi ketika merintih dan mendesah, dan demi rusa bertelinga singa ia tidak akan terima jika jilguk sampai mendengarnya.

Sementara di tempatnya duduk jilguk mengerang kesal melihat soeun yang dengan santainya menempelkan kepala di dada kimbum, bersikap seolah-olah tidak akan terjadi apapun. "Nona yang memaksaku." gerutunya lagi. Kepercayaan diri pria ini telah hilang saat kimbum menatapnya dengan bringas. Jilguk merasa tidak akan lama lagi kimbum akan memangsanya dan meremukkan tulang-tulangnya. Oh jika jilguk dapat bayangkan, kimbum terlihat seperti manusia srigala yang menakutkan. Pria tampan itu hanya tinggal diberi taring dan ia akan sempurna menyerupai makhluk buas yang tampan. 

"Dan kau menurutinya? Bodoh!" maki kimbum. Jilguk terlihat tolol dimatanya. Sudah jelas-jelas sejak soeun terbaring sakit ia memerintahkan pria kecil itu untuk menjaga wanita itu, agar soeun full melakukan rehat dan tidak pergi ke mana pun tanpa ada dia di sampingnya, namun jilguk memang manusia bebal. Kimbum menghela nafasnya kecil. Beberapa menit lagi rapat akan segera dimulai dan ia tidak memiliki banyak waktu untuk meladeni kalimat-kalimat bodoh jilguk. "Antarkan istriku pulang." titahnya tegas. Namun belum sempat jilguk melontarkan jawabannya, soeun sudah lebih dahulu menghentikannya.

"Shireo!" tolak wanita keras. Membuat kimbum harus berkali-kali menahan kesabarannya. Kesehatan dan mood soeun tidak stabil. Wanita itu akan selalu melawan selama ia memiliki kekuatan. Ini semua juga kesalahan jilguk! Pria itu- nanti kimbum pasti akan menghukumnya. Sekarang yang harus terlebih dahulu ia selesaikan adalah istri cantiknya yang menolak untuk pulang.

Kimbum menangkup pipi gempal soeun yang putih, lalu mengarahkannya pada lensa matanya." Ayolah sayang, aku tidak bisa menemanimu." bujuknya halus. Kimbum tidak ingin soeun menangis karena merasa ia mengusirnya. Pria ini ingin soeun pulang dengan bahagia agar kelak soeun tidak lagi mengabaikannya. 

Soeun menggeleng. "Jilguk akan menemaniku." jawabnya mantap. Ia tersenyum dengan manis dan menatap kimbum dengan sayang. Wanita ini tidak sama sekali takut kimbum akan memurkainya. Pria itu bahkan berada dekat dengannya, hanya terpisah celah hidung yang membuatnya merasakan hawa panas nafas suaminya itu. 

Kimbum memejamkan matanya sesaat. Soeun sangat keras kepala. Bagaimana caranya agar wanita itu mau pulang? Mengalihkan tatapannya, kimbum memandang jilguk memohon bantuan. Tapi nihil, jilguk hanya mengendik bahu menolak. Ya bagaimana pun juga kimbum tahu sekalipun ia memaksanya, jilguk tak akan mau berurusan dengan kakak iparnya itu. 

"Rapat akan berlangsung selama satu jam. Apa kau bisa menunggu huh?" sekali lagi kimbum mencoba bernegoisasi dengan lembut. Alunan nadanya bahkan membuat soeun tersenyum senang dan mengangguk dengan ringan.

"Hemm." gumamnya manja. Namun jawaban itu adalah jawaban paling salah yang ia lontarkan. Karena selanjutnya manik mata kimbum yang lembut berubah menjadi manik tajam yang harus segera di awasi soeun. 

"Kau yakin? Soeun cobalah untuk tidak membangkang." dan selanjutnya nada yang melembut turut berubah menjadi nada kemarahan yang menakutkan. Tapi tetap saja soeun menggeleng.

"Aku tidak mau." 

"Hahh." kimbum menghela nafasnya kasar. Tatapan matanya tetap terarah tajam pada wanita yang duduk dengan tenang di atas pangkuannya sembari menebarkan senyuman polos. "Baiklah, tapi jika sampai nanti malam kau merengek karena sakit,— aku benar-benar akan memasungmu." Tidak ada gunanya ia berdebat dengan istri mungilnya itu. Soeun keras kepala dan kekerasan kepala gadis itu melebihi batu besar di jurang terjal. Jika ia tetap memaksakan keinginannya bisa jadi soeun menangis dan terbaring seperti beberapa hari yang lalu. Oh kimbum akan gila jika itu terjadi. Kimbum mengusap kepala soeun ketika wanita itu mengangguk dengan bahagia. Selalu seperti ini, ia akan selalu saja kalah pada alunan manja dan menggemaskan itu. 

Mengalihkan lensa matanya, kimbum memandang jilguk dengan sorot mata tajam. "Jaga dia dan pastikan istriku tidak kelaparan." perintahnya dingin. Kimbum lalu membantu soeun berdiri kemudian menuntunnya berjalan mendekati jilguk. Waktu rapat telah tiba dan dia harus segera bersiap. Setelah mencium kecil bibir istrinya kimbum berlalu mendekati kembali meja kerjanya, lalu mengambil sekotak chocolate dan memberikannya pada soeun sembari tak lupa terus melemparkan tatapan membunuh pada sosok jilguk yang juga memandangnya takut. 

Jilguk yang menyadari kimbum menunggu jawaban darinya, memucis dengan cemas. "Arraso hyung. Kau semakin menakutkan." gerutunya. Kimbum sangat menakutkan. Apa salahnya sepupu tampannya itu mengatakan jika menanti sebuah jawaban? Dari pada ia menatap dengan tatapan iblisnya. 

Dasar makhluk beku! Caci jilguk dalam hati saat kimbum dengan masa bodohnya melengos begitu saja. Sementara soeun terkikik pelan sembari menikmati chocolatenya. Ah ini manis. Kimbum memang sangat romantis. Pria itu tidak lagi melarangnya mengkonsumsi chocolate, melainkan cenderung lebih memanjakannya dengan puluhan chocolate mahal. Bila soeun hitung-hitung, mungkin sudah ada seratus chocolate yang kimbum berikan setelah pria itu mengetahui penyakitnya. Tapi biar saja, setidaknya dengan begini sedikit sesal dihati soeun berkurang dan terobati.

Lain halnya dengan kimbum. Langkah kaki pria ini terdengar pasti dan bernada. Jasnya masih tertata rapi, dan rambutnya tidak sama sekali berantakan meski soeun telah merusuhinya sesaat tadi. Ada senyum di bibirnya ketika beberapa orang bawahan menyapa kehadirannya. Seorang pria bertubuh tinggi juga telah berjalan mendampingi, juga ada seorang sekertaris tua yang masih mempertahankan kecantikannya bersama enam bodyguard berbadan kekar. 

Mereka menaiki lift khusus para petinggi hingga tiba di salah satu lantai teratas. Lorong yang panjang membawa mereka terus menuju ke sebuah pintu besar berwarna putih bersih. Bogem- pria yang sejak tadi berjalan berdampingan dengan sang pemimpin utama memberi isyarat pada empat orang penjaga untuk membukakan pintu. Tepat ketika pintu terbuka lebar dan rombongan berjalan masuk, angin terhenti bersamaan kimbum yang terdiam. Rencana tuhan tidak pernah manusia ketahui. Dan pria ini juga mengetahui bahwa cepat atau lambat semua akan menjadi kenyataan seperti semua yang dipikirkannya. Kejadian buruk akan segera memorak-porandakan pernikahannya. Shit! Pria ini menggeram emosi dalam diam. Dia mengepalkan tangannya bersamaan dengan bogem yang bergerak maju mendekati sebuah kursi di sisi kiri sembari menatap dengan sorot mata murka.

"Selamat siang tuan kim."

To be continue...

Conqeror Chocolate 51









***Conqeror Chocolate***

Sejauh mata memandang cinta akan selalu tetap sama. Tidak perduli seberapa banyak dunia telah tersebrangi dan daratan telah ia pijaki, seseorang yang mendamba akan terpuruk ketika cinta telah berpindah. Tidak selamanya hati akan tetap setia. 

Begitu banyak rintangan yang memaksa untuk kalah dan hati akan dengan pasrah menyerah. Seperti kedua manusia ini dimana hanya mata dan hati mereka yang berbicara. Udara sesekali memberi celah namun juga seolah mengerti lalu mengirimkan hujan yang begitu deras. Gemuruh emosi bersahut debuman air di atas atap. Terdengar besar dan curahan kuatnya menyakiti gendang dalam telinga. Ditambah sahutan berlebihan dari sebuah lengkingan diatas awan, membuat sesuatu yang mengganjal di hati semakin menyakiti dan kian membuat pria ini ingin berteriak dengan keras.

 Apa sebenarnya kesalahannya? Dunia seolah berpura-pura buta pada kehidupannya. Bukankah ia adalah yang terluka? Lalu mengapa dunia justru ikut menyudutkannya. Mulai dari satu minggu yang lalu hingga detik ini ia berpijak, semua terasa begitu tolol. Pria ini tidak tahu apa yang tuhan kehendaki dari rasa sakitnya. Setiap kali ia berpikir bahwa mungkin saja ini adalah salah satu kutuk sial dari kakaknya, lelaki ini merasa bodoh diri dan semakin terjerumus masuk. Ia merasa limbung, kacau dan tak berguna. Ada banyak problema yang coba ia kuak dan selesaikan. Meski selama satu tahun tidak menutup kemungkinan ia akan menjadi gila, tapi pria ini tetap mencoba untuk menyelesaikan semua masalah yang timbul karena kelabilan hatinya. 

Di luar sana hujan masih tercurah keras menghantam tanah. Batang dan tanaman kecil terlihat bergerak lincah menerima guyuran beku yang menyenangkan. Sudah cukup lama awan tidak meneteskan kesegarannya. Batang tinggi di ujung tembok juga bahkan terlihat begitu mendamba ketika tetesan-tetesan besar menyelubung ke dalam pekatnya rerimbunan. Warna yang coklat perlahan membaur lebih pekat menampakkan bahwa ia telah kembali segar. Tanah basah dan becek membuat kaki yang menapaki menciptakan bekas aneh yng menggelitik mata. Jeplakan sepatu atau sendal manusia menghiasi di sana-sini. Tanah memang bagus untuk menciptakannya, tapi tidak akan bagus bila menginginkannya menjadi sebuah vas yang indah. 

Di tempat yang lebih terang terdapat juga lampu yang berhiaskan puluhan permata mahal yang mempesona. Semakin jauh kaki melangkah mata pun akan disuguhi segala warna dan barang berkelas yang akan sulit didapatkan seorang biasa. Ini memang sebuah bangunan megah yang luar biasa. Tapi sebanyak apapun harta yang tersimpan di dalamnya, masih akan tetap sebuah rumah lain memiliki harta yang lebih berlimpah. 

Lebih jauh menelisik ke dalam bagian yang lebih terjaga. Tiga orang makhluk hidup masih sama bergeming bungkam sembari bertatapan dingin dan menakutkan. Ada sebuah ranjang di tengah ruangan. Dan sebuah sofa yang di duduki oleh seorang paruh baya yang cantik.

Waktu masih berlalu secara perlahan. Tidak ada perubahan sejak kalimat terakhir yang terlontar, dan kini semakin detik berdetak semua cukup terasa memuakkan. Pria ini mengusap kasar wajah lelahnya. Rompi dan kemeja yang dipakai masih rapi tapi dasi hitamnya telah direnggangkan dan tampak begitu berantakan. Kilat petir berwarna putih kebiruan bukan lagi yang menghancurkan pertahanannya, tapi wanita yang duduk di sisinya tidak juga berhenti mengucapkan setiap kalimat busuk yang begitu terkutuk. 

Wanita tua itu seolah memiliki bibir iblis yang jahanam. Ia hanya mampu menyudutkan dan melimpahkan kesalahan yang bahkan tidak pernah pria ini ingat jika ia telah lakukan. Jika boleh dihitung mungkin sudah ada satu jam ia berada di tengah ruangan ini. Lelah mengerubungi tubuh kekarnya, tapi kaki tidak mampu pergi karena sosok di depan mata.

"Ku harap kau mempertanggung jawabkannya tuan." dan masih dapat pria ini dengar semua lantunan sialan wanita tua itu. 

Wanita itu belum mau berhenti bicara. Kalimat yang terlontar hanya itu, itu dan itu. Pria ini belum berniat bergerak. Tengah dan tidak menyamping, ia merasa nyaman dapat memandang dari jarak yang aman. Sosok itu masih memiliki dominasi atas hasrat yang terpendam. Dan jika ia melangkah lebih dari satu kaki, maka pria ini tidak dapat yakinkan jika dirinya mampu bertahan untuk tidak sekedar memeluk atau mencium rekahan bibir ranum yang menggoda.

Sekali lagi ia menghela nafasnya kuat-kuat. Setiap tarikan nafasnya dan juga gemuruh hujan yang dipantulkan kaca selalu membuatnya frustasi setengah mati. Pikiran masih berkelebatan di otaknya. Ia terkadang menyumpah dirinya sendiri sembari memohon ampun dalam kedipan matanya. Tidak ada yang dapat pria ini lakukan lebih jauh. Ia menjadi tolol mendadak ketika wanita tua itu telah melontarkan satu kata yang menjijikkan. 

Jantung pria ini tertikam begitu dalam. Darahnya yang memuncrat menyisahkan noda kotor yang tidak akan pernah mampu dihapuskan. Hamil? Terus dan terus menerus kata itu menari-nari di alam pikirannya. Apa yang baru saja sebenranya terjadi? Pria ini bingung. 

Tangannya dikepal kuat-kuat untuk membantunya mengingat setitik kebenaran yang tersembunyi. Tapi- sial! Sebanyak apapun ia menjelajah ingatan, ia tidak menemukan satu kesalahan apapun. Ia hanya menyentunya satu kali, dan bagaimana bisa wanita itu hamil?! 

Sial! Ini lebih buruk dibanding bayangan buruknya. Ia menghamili dua gadis sekaligus? Argh! Pria ini mengerang emosi secara tersembunyi. Sejujurnya ia ingin menghabisi dirinya sendiri, tapi setelah ia memikirnya itu hanya akan semakin memperburuk segalanya. Ia masih menatap dingin wanita di sampingnya. Wanita itu begitu buruk dalam balutan hijau terangnya. Ada satu rimbun daun di sisi kaca dan mereka seolah kembar twin yang menggelikan. Bayangkan saja wajah yang memasuki usia setengah abad, rambutnya ia biarkan berwarna kuning dan ia juga menggunakan pakaian yang begitu terbuka. Sekarang pria ini mengetahui dari mana wanita kecil itu mengetahui fashion seperti itu. Ternyata, memang buah tidak akan jauh jatuh dari batangnya. Mereka begitu serupa, dingin keras, dan tidak apa adanya. 

Semua berbanding terbalik dengan sosok dalam hidup pria ini. Ia membayangkannya, dan  pria ini hampir saja berteriak keras. Sinting! Ia memang sudah tidak waras. Memejamkan matanya, pria ini kembali meresapi setiap kalimat yang dilontarkan. Wanita tua itu menginginkannya menikahi putrinya, tapi bagaimana dengan istrinya? Pria ini merasa bodoh dan tidak berguna. 

Udara yang di hidupnya perlahan terasa semakin menipis, tapi ia juga merasa seperti buah simalakama yang bodoh. Tidak mengakui ia berada dalam jurang, dan jika mengakui ia akan terlempar masuk dan mati. Tidak ada gunanya ia menyangkal, karena memang janin itu adalah kesalahannya yang begitu fatal. Seberapa jauh pun pria ini melangkah, tidak dapat dipungkiri dalam satu tahun ini akan ada sosok manusia tanpa dosa.

Lagi pria ini merenung membayangkan kilasan masa hidupnya. Hanya ada kesedihan, kekecewaan dan penghianatan. Orang tuanya memaksanya hidup dalam keotoriteran dan ia berubah menjadi pribadi arogan dan menyebalkan. Pria ini tidak akan suka bicara. Ratusan orang seklli pun akan datang memancingnya bicara, ia tidak akan pernah mau melakukannya. Pria ini sosok yang berbeda, hingga, semua berubah. Ketika kali pertama sepasang mata almond menatapnya, pria ini sudah jatuh untuk kedua kalinya. Tidak, lebih tepatnya ia merasakan cinta pertama seolah kembali bersemi. Pria ini merasa telah begitu lama mengenalnya. Hati itu seolah menyatakan bahwa aku pernah mencintainya. 

Bukankah ia mulai gila? Jika ditanyakan sejak dulu mungkin jawabannya adalah YA. Karena sebanyak apapun kita menelaah rasa cinta pada pandangan pertama, semua tetap tidak akan masuk akal. Tapi tidak untuk saat ini. Pernyataan itu memng benar adanya dan tulus dari setiap kata yang terlontar. Dulu, ratusan kali sahee memaksanya untuk menikah,  maka pria ini selalu saja menolak dengan beragam alasan. Gyuri telah menutup mata hatinya dengan semua tindakannya. Selama bertahun-tahun dan semua berubah ketika sahee membawa soeun kehadapannya. 

Wanita itu begitu cantik. Wangi tubuh wanita itu juga begitu mendamba. Membuat setiap kali pria ini menghirup udara yang tubuh itu tebar, maka jantung pria ini akan berdetak begitu kencang hingga membuatnya tak dapat bertahan lama jika berada di sisinya. Pria ini merasa seperti terkena serangan jantung ketika soeun berada di sisinya dan itu menyakitkan. Tiap-tiap hari yang ia lalui pria ini terus mengatakan pada hatinya bahwa ia tidak mengharapkan kehadirannya. Soeun hanya kesialan yang menumpang untuk lewat dan pria ini bersumpah akan menceraikannya bila waktunya telah tiba. 

Saat itu kesehatan sahee menjadi alasannya bungkam. Pria ini menerima permintaan ibunya hanya karena tidak ingin melukai hati sebanyak dua kali. Ia telah pernah melukai hati ringkih itu, dan untuk mengecewakan kedua kali pria ini merasa tidak sanggup. 

Tapi semua berubah. Ketika tangisan-tangisan soeun menyentuh debaran jantungnya. Kimbum merasa dunianya hancur dan hatinya tertusuk dalam. Dera kecemburuan hadir menghampiri hatinya mana kala bibir soeun meracau memanggil-manggil sosok pria lain yang tidak pernah ia kenali. Semua terjadi begitu saja, dan kimbum tidak pernah membayangkan jika ia sendirilah yang akan melukai soeun. 

"Aku tidak bisa." namun meskipun ia meyakini semua adalah kenyataan, tetap saja pria ini tak mampu untuk menjanjikan keputusan. Kimbum menatap sayu gyuri di hadapannya. Tetap tidak bergerak, pria ini bertahan dalam pijakan kakinya. Belum saatnya ia melangkah. Ia tidak bisa melukai soeun lebih dari ini. Wanita itu telah memberikan banyak cinta untuknya dan kimbum tidak akan pernah bisa hidup jika bukan soeun yang bersisian disepanjang perjalanan hidupnya. 

Mungkin jika dulu gyuri lebih dulu hadir ia tidak akan pernah memalingkan hati dan berlabuh pada gadis penyuka chocolate itu. Tapi gyuri berkhianat, dan soeun datang dengan cinta yang begitu besar. Wanita itu mencurahkan segalanya hingga akhirnya kimbum takhluk dan bertekuk lutut. 

Sementara Hanna menggeram di tempat duduknya. Perkataan kimbum jelas kurang ajar. "Sial! Apa maksudmu?!"  teriaknya murka. Wanita ini tidak berdiri namun semua organ dalam tubuhnya menegang secera serentak. 

Namum tidak semua keinginan akan sejalan dengan keinginan. Kimbum mengerang ketika nada lengkingan hanna menyentak harga dirinya. Pria ini begitu ingin membekap mulut bajingan wanita tua itu, tapi wanita dihadapannya ini begitu ringkih. Kimbum tidak memiliki daya meski hanya untuk menyingkirkan gyuri dalam pikirannya. Gyuri, walau bagaimana pun wanita itu masih memiliki setengah dari bagian hatinya. Posisinya masih begitu kuat hingga membuat kimbum tak mampu untuk memilih seorang diantara keduanya. 

"Aku memiliki istri." ucap kimbum dingin. 

Pria ini menatap hanna dengan tajam meskipun hanna membalasnya dengan tidak kalah kejamnya. Tapi segala keputusannya hanya miliknya seorang. Ia berhak memilih siapa yang akan dirinya pertahankan. Cinta pria ini mungkin memang telah terbagi tapi bagaimana pun soeun telah mempertahankan posisi serupa dengan wanita yang terbaring lemah di hadapannya ini. 

Kimbum merasa begitu buruk ketika perlahan isak tangis menyapa pendengarannya. Ia memang brengsek, tapi sekali lagi cinta pertama itu lebih dulu menghiasi hatinya. Kimbum tidak dapat mengelak kehadiran gyuri dalam hidupnya. Senyum dan tawa itu, jika bukan karena wanita mungil berkulit susu itu kimbum mungkin tidak akan pernah menikmati hidupnya. Tuntutan hidup yang memaksanya untuk memimpin Goldshion sejak usia belia kecil membuatnya merasa dunia mengutuknya dengan kejam. 

Hingga akhirnya gyuri datang dan memberi keceriaan juga warna dalam cara berpikirnya. Membuat kimbum mengerti bahwa dunia bukanlah mengutuk kehadirannya, melainkan Tuhan menciptakan kecerdasan yang luar biasa dalam cara berpikirnya. 

"Dan kau pikir aku perduli? Dengar tuan muda kim, kau mungkin menganggap putri ku hanya jalang murahan. Tapi bagiku dia adalah harta dan tidak akan ku biarkan kau menghancurkan kehidupannya begitu saja." Tapi wanita ini juga tak akan biarkan kimbum melukai putrinya jauh lebih dalam. Sejak awal kimbum tahu hanna memang tak menyuakai kehadirannya. Banyak hal yang membuat wanita tua itu menaruh kebencian terhadap dirinya, terutama karena kimbum hampir membunuh pria yang begitu gyuri cintai. Namun apapun yang wanita itu katakan kimbum juga tidak mau perduli. 

Hanna telah berdiri di hadapannya setelah sebelumnya wanita itu menarik tangannya keras. Mereka saling menatap dengan penuh kebencian tanpa menyadari gyuri hanya dapat menatap dengan sakit. Bukan hanya hanna yang merasa terluka karena kimbum juga serupa. Soeun telah mengukir luka yang tak terlihat di hati pria itu. Dan selama satu minggu kimbum mencoba menerima keinginan istrinya itu, pria ini justru hampir kehilangan kewarasannya. 

Setiap hari yang kimbum lihat hanya wajah pucat soeun yang membuatnya ingin berteriak murka dan menghancurkan janin itu. Pria ini benar-benar tidak perduli meski janin itu berasal dari benihnya sendiri. Bagi kimbum janin sialan itu hanya benalu yang berusaha memisahkannya dari istrinya. Ini tidak seperti cerita pada umumnya dimana bayi hanya seonggok sosok yang lemah dan tak berdaya. Karena kenyataannya, di sini janin itu berusaha untuk merenggut istrinya dari sisinya, dan kimbum begitu membencinya. Soeun terlalu egois tapi pria ini juga tak mampu menolak segala keinginannya. Wanita itu tidak pernah memohon, dan sekalinya ia memohon soeun justru memintanya untuk membiarkannya hidup dalam belenggu kematian. 

Berada di samping soeun dan mendengar setiap harapannya selalu membuat kimbum ingin menangis. Betapa buruk ia menjadi seorang suami. Ia bahkan bagikan idiot yang tidak berguna yang hanya mampu menikmati tubuh istrinya tanpa mampu menyelamatkannya dari maut yang mengincar.

Seperti sambaran petir, setiap hari yang pria ini lalui kimbum hanya rasakan takut disetiap detik yang berdetak. Waktu yang berputar di sekelilingnya seolah siap merenggut semua kebahagiaan yang ada padanya. Sekalipun gyuri kembali hadir serta merenggut sebagian kecil sisi hatinya, kimbum masih tetap mencintai soeun lebih dari apapun. "Maaf gyuri. Beri aku waktu." dan mungkin hanya itu jalan yang terbaik. Pria ini melembutkan lensa matanya lalu menarik nafasnya asal. Ada rasa sakit ketika gyuri membalas tatapannya namun tanpa jawaban kata. Curahan yang mengalir dikedua pipi wanita itu juga sejujurnya membuat sebagian dadanya sesak. Tapi sebesar apapun rasa sakit itu, kehilangan soeun jauh lebih menyakitkan untuk pria ini. 

"Kau memang brengsek!" hanna memaki dengan kasar. Wanita ini menunjuk kimbum dengan telunjuk rentanya namun kimbum melengos tidak perduli. Kehadiran hanna hanya bagai sampah di matanya. Ia pun hadir di sini hanya karena keinginan gyuri yang mengisak tempo hari. 

Satu minggu kimbum mencoba mengabaikannya, namun ketika gyuri mengatakan kepentingannya, kimbum merasa tertembak dua kali di hatinya. Soeun belum mengetahui apapun, dan kimbum tidak berniat sama sekali untuk memberitahukan wanita yang berstatus sebagai istrinya tersebut. Ini adalah masalahnya dan gyuri, jadi hanya akan dirinya dan gyuri lah yang berhak menyelesaikannya. 

"Eomma." terdengar lirihan sendu menyela makian hanna. Membuat kimbum semakin meremas sakit luka di hatinya. Gyuri terlihat begitu menderita. Satu minggu ini wanita itu hanya terbaring dan bodohnya kimbum ia tidak mengetahui apapun. Tubuh gyuri jauh lebih mengecil layaknya soeun. Jika soeun mengurus karena penyakitnya, gyuri- wanita itu lebih pada psikisnya. Kimbum merasa brengsek ketika perlahan gyuri bangkit dari tidurnya, dan hanna mengisak sakit di tempatnya.

"Tapi nak__" wanita itu mencoba untuk tetap bicara, tapi lambaian tangan gyuri membuatnya berhenti dan memilih kembali duduk di atas sofanya. Gyuri sudah dewasa- dan meski ia tidak izinkan ikut campur lebih jauh, hanna memilih tetap berada di sana untuk melindungi putrinya dari iblis bermuka dua seperti kimbum.

Sementara kimbum, pria itu melangkah sembari terus menatap gyuri dengan sakit. "Kuharap kau mengerti sayang. Aku tidak menganggapmu jalang, tapi soeun mengandung. Aku mencintainya, kalian memiliki tempat yang berbeda." ucapnya lembut. Mendekati gyuri, kimbum mendudukkan tubuhnya di atas ranjang gyuri. Pria ini menatap wanita itu sayang lalu mengusap rambutnya dengan lembut. Biarlah untuk kali ini gyuri mengalah, karena memang sudah sepantasnya soeun yang lebih diutamakan olehnya. Wanita chocolate itu menderita seorang diri, jadi bagaimana bisa kimbum meninggalkannya seorang diri.

"Untuk kali ini, ku mohon beri aku waktu." sekali lagi kimbum mengusap serpihan hatinya menggunakan tarikan nafas yang berat. Pria ini tahu wanita itu jauh lebih terluka. Tapi seberapa kali pun kimbum mencoba meyakini hatinya untuk memilih gyuri, hatinya justru hanya terus menginginkan soeun untuk bertahan. 

Kimbum tidak tahu apa yang terjadi dengan debaran cintanya. Dulu ia begitu mendambakan gyuri. Seluruh ayunan langkah kakinya selau menginginkan berada di belakang gyuri. Tidak pernah sehari pun kimbumi mampu menjauh dari hembusan nafas gyuri. Karena bagi kimbum, gyuri adalah alasannya untuk bertahan menghadapi semua ujian hidup. 

Ketika sang woo memintanya mempelajari semua berkas kepentingan perusahaan, kimbum merasa ingin mati dan menghilang. Sang woo seperti tidak menyayanginya dan memilih menghancurkan masa kecilnya. Tapi wanita itu hadir. Dengan dress putih dan pipi chubynya serta tingkah lucunya- gyuri mengubah jalan pikirannya. Dan kini ketika semua telah berubah hingga wanita itu berkhianat, kimbum masih tetap saja mengharapkannya, dan membiarkan rasa itu tetap tinggal dan bertahan.

Sedang di atas ranjangnya gyuri tak mampu menahan isak tangisnya ketika kimbum menyentuh sayang pucuk kepalanya. Tangan pria itu begitu hangat dan untaian kalimat kimbum membuat ranjang putih itu jauh semakin hangat. Wanita ini menutup kedua matanya dengan menggunakan tangan, lalu menggelengkan kepalanya pelan sembari menarik kedua kakinya dan memeluknya. "Tapi aku membutuhkan pengakuanmu oppa. Aku membutuhkanmu" isaknya pilu. Dan seperti apapun keinginannya gyuri tahu ia akan kalah. Bangunan ini telah begitu lama ia tinggali. Kamar ini, gyuri ingat ini adalah kamar impiannya. Di tempat ini sekarang kimbum berada di sisinya. 

Gyuri meremas dadanya yang terasa tertusuk-tusuk. Sangat menyakitkan ketika ia berpikir bahwa dengan kehamilan ini dirinya akan menaklukkan kimbum. Tapi nyatanya pria itu masih tetap mengutamakan istrinya. Soeun memang selalu mendapatkan segalanya. Tidak dimasa lampau atau pun dimasa sekarang. Jika saja bisa, gyuri ingin menemui wanita itu. Sekalipun harus berlutu dan memohon ia akan lakukan asal kimbum bisa bersamanya. Tapi jika sudah begini apa lagi yang dapat ia lakulan? Meminta di saat kimbum telah memilih adalah hal paling bodoh yang diperbuatnya.

Pria itu hanya berada satu inci dari wajahnya. Wajah kimbum benar-benar tepat di depan wajahnya, dan hanya dengan memajukan wajahnya maka gyuri sudah dapat melumat bibir itu dengan rakus. Tapi tidak, kini di mata itu gyuri dapat melihatnya. Kekhawatiran juga cinta yang besar bukan untuknya. Brengsek! Mengerang keras di dalam hati, kali ini gyuri menghambur memeluk kimbum. Menangis lebih kuat untuk mencurahkan luka di hatinya. Semua terlalu mendadak, kehamilan ini pun begitu menyakitinya. Kenapa harus soeun? Kenapa harus kakaknya? Dan kenapa bukan dia?

"Aku mengakuinya, tapi menikahimu?"

"Maafkan aku. Aku mencintaimu gyuri-ah." 

pria itu ingin sekali gyuri menamparnya. Setiap untaian yang disampaikannya ingin sekali gyuri menyumpahinya. Cinta? Bajingan! Kimbum terlalu brengsek menjadi seorang pria. Tapi cinta yang besar juga membuatnya menjadi manusia bodoh dan tak berguna. Apalagi yang mampu diperbuatnya. Meskipun kimbum mengatakan mencintainya tapi gyuri yakin pria itu hanya mencoba menenangkannya.

"Jika kau mencintaiku, nikahi aku oppa." Ya, jika kimbum memang mencintainya seharusnya pria itu menikahinya. Bukankah cinta itu memiliki? Lalu apa sebenarnya mau kimbum? Gyuri menangis lebih keras. Ia tidak sama sekali melepas pelukan kimbum. Tubuh kimbum begitu hangat dan gyuri masih ingin menikmatinya. Hanya ini waktu yang dimilikinya, karena setelah kimbum kembali kelak, ia pasti akan selalu dihalangi oleh kehadiran soeun. 

Di sudut lain kimbum menutup matanya ketika lengkingan gyuri menyentak pendengarannya. Mereka tidak memiliki jarak dan teriakan itu sedikit membuat pendengarannya sakit. Pelukan gyuri begitu kuat. Debaran wanita itu bahkan merembes hingga ke jantungnya. Wanita itu terluka, itu jelas. Tapi kimbum juga tidak memiliki jalan lain. Ia tidak mungkin menikahi gyuri, dan ia juga tidak mungkin menceraikan istri yang begitu dicintainya. Membalas dekapan, sekali lagi kimbum mengusap punggung gyuri yang bergetar. "Dan soeun akan meninggalkanku? Begitu?" ucap kimbum lirih. Tidak ada lagi yang mampu memfokuskan kesadaran pria ini kecuali bayang-bayang soeun terus menghantui debaran jantungnya. Kimbum tahu gyuri menatapnya dengan luka, tapi kimbum tidak perduli.

"Tidak gyuri. Soeun adalah nafasku" lanjutnya. Wanita itu harus tahu jika soeun adalah segalanya, dan gyuri harus mengerti jika soeun adalah fokus utamanya. Semua kesalahan juga bukan berasal dari dirinya, gyuri lah yang meninggalkannya dan kimbum tidak bersedia meninggalkan soeun jika hanya karena ingin bersama gyuri.

"Lalu bagaimana denganku." tapi sekali lagi hati pria ini disayat dengan lengkungan tangisan gyuri. Wanita itu turun dari batas ranjangnya. Sudut ranjang begitu dingin dan gyuri meringkuk di sana menyembunyikan dirinya dalam balutan dekapan tangan. Kimbum meringis sakit dalam diam. 

Kenapa harus begini? Kenapa harus seperti ini? Wanitanya tengah sakit, dan bagaimana bisa ia harus menikahi wanita lainnya? 

Gejolak dalam hatinya begitu kuat dan kimbum ingin segera menyelesaikan segalanya. Ia ingin pulang lalu memeluk soeun untuk mengurang setiap tekanan yang dirasakannya. Namun sebelum itu kimbum kembali membangkitkan tubuhnya. Mendekati gyuri sekali lagi, kimbum lalu memeluknya kembali. Pria ini membawa wanita itu kedalam pelukan penyesalannya. 

Kimbum benar-benar tidak bermaksud menyakiti gyuri, hanya saja soeun lebih mendominasi hatinya. Jika waktu bisa diputar, maka kimbum akan dengan sangat senang memutarnya dan mengembalikan gyuri di sisinya. Agar wanita ini tidak lagi menderita. Tapi waktu bergerak maju, ia bukan seperti kaki yang mampu melangkah mundur. 

"Bisakah kau memberi aku waktu?" di masa yang akan datang. Kimbum bersumpah akan menebus segala dosanya. Mungkin ini adalah jalan yang tuhan berikan. "Beri aku kesempatan memikirkan jalan keluarnya " lanjutnya yakin. 
Gyuri memang tak akan mampu digantikan soeun. Air mata wanita menghancurkan segala pertahanan kimbum. Pria ini menyerah. Jika mungkin harus mendapatkan makian soeun, kimbum akan menerimanya. Setidaknya dengan begini gyuri akan bahagia, dan hatinya tidak akan terluka karena melihat tangisan wanita itu.

"Berapa lama?" dan janji dalam pekat hujan itu menghentikan jerit kepiluan yang terlontar. Gyuri mengangkat wajahnya dan menatap kimbum serius. Ia tidak ingin pria itu hanya berucap sampah hanya karena rasa kasihan. 

"Satu bulan."

"Kau berjanji."

"Ya"