Search This Blog

Friday, May 1, 2020

Conqeror Chocolate 58






.
.
.

❤❤❤

Seseorang yang mencintaimu tidak akan pernah meninggalkanmu. karena meskipun ada 100 alasan untuk menyerah, dia akan menemukan 1 alasan untuk bertahan.




Temaram lampu neon membentuk cahaya kekuningan yang pias. Mengakibatkan dua pantulan bertabrakan seperti taburan cahaya langit malam. Suara Orkestra yang memainkan musik Jazz milik Johnny Hartman - They Say It's Wonderful, masih tetap mengalun menemani temaram malam. Semakin lama suasana tempat ini juga semakin ramai. Beberapa pasangan muda-mudi tampak bercengkrama bersama pasangannya masing-masing. Soeun menarik kedua sudut bibirnya, dan segera menoleh ketika mendengar sebuah suara menyela kalimatnya. Benar saja, wanita itu,— Gyuri, berada tepat di belakang tubuh Kimbum. Ia terlihat cantik dengan sepasang stilleto hitam di kedua kakinya. 

"Bukankah kau sahabat Kimbum?" tanya Soeun lembut. Meski cukup merasa aneh dan terkejut, Soeun masih mampu mengendalikan rasa penasarannya yang mendadak timbul. Lensa matanya yang semula menatap Kimbum penuh damba kini berpindah menatap lensa coklat di balik contac lensa hijau Gyuri. 

"Ya. Kau masih mengingatku?" Wanita itu lebih cantik dari beberapa waktu yang silam. Manik matanya bercahaya, namun ada pancaran kecil yang menarik perhatian Soeun. Seperti kecaman dalam diam yang menyatakan tanda luka. Tapi entahlah, Soeun juga merasa tidak berhak menilai Gyuri secara buruk. 

Soeun tersenyum kecil, sebelum akhirnya memandang Kimbum yang hanya diam sembari menunduk. Entah ada apa dengan perubahan sikapnya. Beberapa menit yang lalu Kimbum bahkan terus saja menggerutu tanpa tahu malu. Suaminya itu memang sungguh sulit ditebak. 

Sekali lagi Soeun mencoba memberi kode lewat kedipan matanya. Ingin meminta suami tampannya itu beranjak agar Gyuri dapat duduk. Tapi Kimbum justru diam dan berpura-pura tidak paham dengan kode gerakan matanya. 

"Kimbum, aku lapar. Aku ingin salad waldrof, Chicken Maryland, French fries, dan chocolate panas." Dan Soeun benar-benar mendengus dalam hati ketika Kimbum hanya bungkam seolah tidak perduli pada kehadiran Gyuri.

Eun woo sendiri terlihat tersenyum kikuk sembari menyesap kecil-kecil kopi panasnya. Udara tidak lagi terasa membekukan sejak wanita itu munculkan diri. Meski belum mengenal, tapi ia punya firasat akan terjadi hal yang tidak baik jika mereka terus bersama. Eun woo bahkan bisa melihat urat-urat leher Kimbum mencuat kepermukaan. Begitu terlihat jika pria itu menyimpan rasa marah yang begitu besar.

"Kau mendapatkannya sayang, tapi tidak dengan French fries. Oke?" Tapi sejujurnya pun pria ini sadar akan makna yang wanita mungilnya itu sampaikan. Kimbum sedikit menajamkan matanya ketika Gyuri dengan kurang ajar duduk di atas kursinya. Shit! Jika saja bukan karena Soeun, Kimbum tidak akan biarkan Gyuri hadir ditengah-tengah mereka. Tidak ingin membuat masalah Kimbum akhirnya menyerah dalam diam. Lalu beranjak tanpa menunggu kalimat jawaban Soeun.

Dilain sisi Gyuri menatap Soeun dengan tenang. "Perutmu seperti akan meletus." ucapnya. Tidak ada kemarahan dalam nada suaranya, melainkan lebih cenderung santai. Membuat Soeun dan Eun woo kompak terkekeh. Gyuri sungguh lucu. Suku kata yang terlontar dari bibirnya sebenarnya juga melukiskan keadaaannya sendiri. 

"Ya. Dia akan meledak beberapa bulan lagi. Well, apa kau hanya sendirian? Sepertinya kau juga begitu?" jawab Soeun. Manik matanya mengerling dua kali menatap perut Gyuri yang terlihat membuncit. Jika Soeun benar menebaknya, maka kemungkinan kandungan itu memasuki usia lima bulan. Tapi di mana suaminya? Sejak tadi Soeun tidak melihat seorang pria pun menghampiri Gyuri.

"Suamiku hilang direbut seseorang. Dan kau benar, kita memiliki hal yang sama." Soeun membelalak ketika mendengar jawaban tegas Gyuri. Ada kesan dingin yang juga Soeun rasakan mendera lubuk hatinya. Terlebih ketika Gyuri mengusap perut buncitnya dengan tatapan sedih yang menyakitkan. 

Dan Soeun mendadak merasakan sakit yang luar biasa. Sekalipun mereka jarang berkomunikasi, tapi entah mengapa Soeun merasa seperti terhubung pada Gyuri. Bola mata yang bergerak asal, seperti memberi sinyal pada hatinya bahwa ia harus berdiri. Gyuri terlihat begitu ringkih, dan soeun berhasrat besar untuk melindungi. Ini terkesan aneh bagi orang sepertinya. Eun woo bahkan menautkan alis demi memahami arti tatapan sendunya.

"Kau bercanda? Astaga, bagaimana bisa kau biarkan suamimu direbut wanita lain?!" Setelah ia berhasil mengendalikan dirinya, tanpa diduga jeritan itu terlontar. Jangan salahkan sikap berlebihannya. Karena apa yang terjadi saat ini sangat tak masuk akal baginya. Ya Tuhan, Soeun ingin menangis melihat kehidupan Gyuri. Jika saja itu dirinya, maka Soeun pastikan ia akan menangis lalu bunuh diri. Soeun tidak bisa membayangkan Kimbum bersama wanita lain disaat ia tengah hamil.

Berbanding terbalik dengan Eun woo. Pria ini justru terkekeh bebas mendengar jeritan Soeun. Ada sebagian debaran yang memaksanya untuk bertahan dan tidak beranjak lalu memeluk Soeun. Meski sebenarnya Kimbum tidak pernah suka dengan kehadirannya, tapi Eun woo selalu berharap dapat bertemu Soeun, sekalipun Kimbum bersamanya. Lagi pula selama ini jalinan pertemanannya dengan Soeun tidak lebih dari yang Kimbum pikirkan. 

"Ku rasa kau benar. Aku akan berusaha." Gyuri sendiri memilih menjawab santai. Bola matanya terlempar pada sudut yang tersamping. Entah wanita itu sadar atau tidak, Gyuri juga tidak paham akan arti ucapannya. Lapisan bening dihadapannya itu membuat kinerja otaknya berkurang. 

"Apa yang membuat mu menangis sayang?" Kimbum yang baru saja kembali, menautkan alisnya bingung. Soeun terlihat aneh di matanya. Beberapa menit yang lalu wanita itu masih bersikap menyebalkan. Tapi kini mengapa manik matanya justru memerah dengan genangan air dibalik pelupuk mata? 

"Bukan apa-apa. Ini masalah wanita." Dan jawaban itu tidak seperti yang diinginkannya.

"Kau menutupi sesuatu dariku?" Nampan yang berisi makanan sejenak diletakkan tepat dihadapan wanita mungil kesayangannya itu. Kemudian setelah seorang pelayanan mengantarkan segelas susu chocolate, Kimbum mendudukkan tubuhnya secara kasar di sisi Eun woo. Restoren ini memang beda dari restoran biasanya. Ketika seseorang memesan makanan, maka ia akan mengambil makanannya sendiri. Pelayan yang tersedia hanya akan mengantarkan makanan yang berlebih. Contohnya seperti minuman Soeun yang tidak dapat dibawanya. 

"Tidak." Sekali lagi Kimbum mengerang kesal saat mendapati Soeun menjawab sembari menyantap makanannya. 

"Baiklah lupakan. Sekarang makan tanpa bicara. Kita harus segera pulang, karena eomma terus menghubungiku." perintah Kimbum tegas. Jika terus dibiarkan maka Soeun akan terus bicara. Dan itu adalah hal paling menyebalkan sepanjang hari ini. Terlebih kehadiran Gyuri sudah mengacaukan pikirannya. 

Jujur saja sejak tadi Kimbum takut wanita itu mengatakan yang tidak-tidak pada istrinya. Kimbum ingin membawa Soeun pergi, tapi itu tidak akan mungkin. Kimbum hapal betul tabiat istrinya itu. Soeun tidak akan pernah mau pulang jika Eun woo masih berada disekitar mereka. 

Tapi Kimbum juga tidak mungkin memaksa Soeun untuk bicara. Alih-alih menjawab, Kimbum yakin istrinya itu justru akan murka padanya. Dan itu akan lebih memalukan. Jadi dari pada dia gila karena rasa cemas, Kimbum memilih diam sembari menatap wajah Soeun yang cantik. Setidaknya biar waktu yang memahaminya. 

®®®Conqeror Chocolate®®®


No comments:

Post a Comment