🍂🍂
Meninggalkan sajak-sajak dalam kepala. Angin berhembus kecil. Menyibakkan helaian daun kekuningan; jatuh hingga menyentuh permukaan tanah kecoklatan. Tidak ada genangan atau tanah becek di sekeliling, namun malam memberi isyarat jika hujan akan segera tiba. Ukiran waktu di setiap perjalanan menyisakan tanda tanya yang begitu besar. Hingga di mana? Sampai kapan? Ada di mana dan sedang apa? Merayap memenuhi si logika. Membuat kecerdasan itu sendiri hilang bersama salju yang akan menyusul di bulan kemudian.
"Permainan sinting!! Waktu tidak akan pernah berpihak meski seujung kuku!! Apa wanita itu gila?!"
"Jalan pikirannya lebih buruk dari seekor keledai!! Bajingan sialan!! Aku akan membunuhnya jika sampai terjadi sesuatu pada putriku!!'
" Sayang, tenanglah."
Gerakan awan masih terlihat lambat. Menari memperlihatkan jika hujan telah kalah. Sahee mengusap lengan kekar Sang Woo. Menarik jemari renta itu, lalu membawanya duduk menemani Siwon. Memaksa sang suami meredakan amarahnya dengan secangkir kopi panas. Ada Jhin Ae yang memilih menimang sang bayi, tanpa berniat ikut campur. Suasana hatinya sudah lebih baik, meski sesekali Sahee sering mendapatinya menangis seorang diri.
Berbeda dengan Siwon. Pria itu masih memperlihatkan kemarahannya. Berulang kali dikala orang terlelap pria itu memaki dirinya sendiri. Mengutuk takdir yang menyedihkan.
Jika Jhin Ae terbangun, maka mereka akan menangis bersama. Banyak cerita yang di uraikan. Pengorbanan, balas budi, hingga janji kematian, Sahee paham apa yang pria itu rasakan. Malam belum berganti pagi. Sejak sepuluh hari yang lalu, baik Siwon maupun Jhin Ae, mereka memilih menempati kamar tamu. Mengabaikan pekerjaan demi menemukan titik keberadaan Soeun.
Namun Tuhan seolah tidak memihak. Wanita mungil itu tidak juga di temukan. Seberapa kuat pun uang, tetap saja mereka kalah. Para bajingan itu seolah menyembunyikan Soeun di dalam lubang yang tidak terlihat. Jejak kehidupan seolah tidak pernah ada.
Siwon bahkan berulang kali memerintahkan para kaki tangannya mencari Soeun di Jepang. Belum lagi Paris, namun semuanya nihil. Negara-negara kecil hingga besar seolah bukan tempat baik untuk bersembunyi. Sang Woo benci mengakui kemampuan bersembunyi para iblis itu. Tapi menyerah juga bukan pilihannya. Meski harus menggeledah seluruh sudut bumi akan ia lakukan. Soeun adalah segalanya. Jika bukan karena gadis kecil itu, maka ia tidak akan pernah kembali pada keluarganya. Soeun kecil mampu menyelamatkannya dari maut, kemudian memberi kehidupan. Jadi betapa tidak bergunanya ia, jika tidak mampu menyelamatkan putrinya itu.
"Bagaimana aku bisa tenang Sahee?! Soeun tidak ada di mana pun?! Bagaimana jika terjadi sesuatu padanya?!"
"Tidak akan!! Seorang ayah tidak akan membunuh darah dagingnya!! Kau harus percaya pada cinta seorang cinta pertama!!"
Masalah adalah akar utama dari kehancuran. Dan cinta pertama? Masihkah ia dapat mempercayainya? Sang Woo mengusap wajahnya kasar, lalu merebahkan diri pada sandaran sofa. Secara perlahan semua rahasia telah terurai. Siwon telah menjelaskan segalanya. Di mulai dari hal kecil, hingga permain laknat yang menjijikkan. Sang Woo bahkan tidak habis pikir bagaimana bisa wanita bajingan itu bisa melakukan semuanya.
Seiblis-iblisnya orang tua, tidak akan pernah mampu melukai putra putrinya. Terkecuali jika sosok itu berubah menjadi iblis tanpa logika. Katakan saja gila sama seperti wanita tua itu.
Bayangkan saja, seorang anak terlunta-lunta, di buang, seolah tidak memiliki arti. Bertahun-tahun. Apa yang mereka pikirkan? Apa yang sebenarnya ada di dalam sang pikiran? Ketika logika menciptakan jawaban sendiri, dan ternyata jawaban itu adalah hal yang tidak terduga, Sang Woo merasa dunia telah berhasil menipu mata dan hatinya. Tanpa pernah ia sadari, bahwa masih ada orang lain yang juga terluka. Bahkan jauh lebih sakit. Hidup dalam siksaan, tipuan, cambukan tidak terlihat, hinaan batin, juga perasaan bersalah. Siapa sebenarnya sumber dari kesalahan?? Janinkah? Atau takdir?? Atau masa lalu itu sendiri?
Apa maaf memang bukan penghubung kebahagiaan? Apakah dendam adalah jalan pintas?? Salah!! Pria ini di sini duduk bersama sepi. Membayangkan hal-hal buruk yang bisa saja terjadi. Dan menjadi gila jika saja tidak ada Sahee di sisinya.
Soeun adalah harta berharga yang begitu di lindunginya. Cerita masa lalu memberi dampak luar biasa pada kasih sayangnya. Orang boleh mengatakan ia picik, mencintai putri yang bukan darah dagingnya. Tapi persetan! Rasa yang melebur bukan hanya dari rasa kasihan. Cinta itu memang ada. Pesona Soeun menjebak Sang Woo untuk terus mencintai putri kecilnya itu, meski darah tidak terikat.
"Cinta pertama? Langkah kakinya bahkan tidak terlihat?! Lalu apa yang harus aku lakukan?"
"Dia terlihat sayang. Kau hanya terlalu panik. Cobalah tenang, dan pikirkan ke mana seorang ayah akan membawa putrinya kembali."
Benar. Si otak begitu buntu hingga ia tidak mampu berpikir. Sang Woo memijat pelipisnya. Sahee terlihat berkali-kali mengatur nafas yang sesak. Wanita itu tidak lagi menangis seperti beberapa hari yang lalu. Tapi Sang Woo tahu wanita itu mencoba terlihat baik-baik saja. Sahee mencoba bersikap tenang untuk membantunya berpikir. Bukankah ia bodoh? Harusnya Sang Woo yang menenangkan, bukan Sahee. Pria ini ingin memeluk Sahee erat, tapi sekali lagi waktu tidak memberi kesempatan.
"Apa putriku akan baik-baik saja?"
"Putriku akan baik-baik saja. Kau harus percaya, maka aku akan baik-baik saja."
Satu tetes air mata jatuh. Sahee memeluk erat Sang Woo. Membuat pria tua itu kembali melemahkan tubuhnya. Jhin Ae dan Siwon yang duduk berdampingan juga mengangguk bersama. Sekali lagi, di malam yang dingin mereka membiarkan detik mencemooh. Memilih menikmati pilu, sebelum esok hari sang kaki kembali melangkah. Mereka harus menyiapkan hati. Menguatkan diri untuk tidak menjadi bodoh. Untuk apapun yang akan terjadi, bibir-bibir yang bergertar itu menyampaikan doa lewat hembusan angin.
Bersama sepi, mereka menutup mata tanpa bicara kembali. Hingga tidak menyadari seseorang tersenyum miring dari balik kegelapan. Membawa langkah menjauhi riuh isakan.
.
.
.
To Be Continue..
Tertanda,
Istri sah Lee Taehyung.
No comments:
Post a Comment