Search This Blog

Friday, May 1, 2020

Conqeror Chocolate 63








❤❤❤



Di setiap masa nampaknya selalu ada saat yang tidak mudah untuk berbicara, tapi tidak gampang untuk diam. Kita tidak tahu pasti bagaimana persisnya kata-kata akan diberi harga, dan apakah sebuah isyarat akan sampai. Di luar pintu, hanya ada mendung, atau hujan, atau kebisuan, mungkin ketidakacuhan.

Hujan yang turun itu juga membawa dampak buruk pada kondisi psikologis. Jhin Ae yang berada di tempat duduknya berulang kali mengotak-atik screen sang ponsel, sembari menggerutu lirih. 

Jantungnya belum juga berhenti berdetak cepat sejak ia tiba satu jam yang lalu. Perasaan yang mengganggu sejak semalam membuatnya mendadak khawatir. 

Siwon yang melihat kegiatan itu mau tidak mau tersenyum kecil. Lalu menarik jemari sang istri untuk memberi rasa nyaman. Mereka masih dalam perjalanan menuju kediaman Kim Sang Woo, dan Jhin Ae terus saja bergerak seperti cacing kepanasan. Bahkan Du merengek karena merasa tidak nyaman.

"Tenanglah sayang. Lihat, kau membuatnya merasa tidak nyaman." ucap Siwon lembut. Kemudian meraih sang buah hati ke dalam gendongannya. Dan menepuk bokong Du lembut. Membuat bayi berusia tiga bulan itu tersenyum kecil, lalu mengoceh tidak jelas. 

"Perasaanku tidak enak. Nenek mengatakan ayah mengunjungi Korea, bukankah itu aneh?" jawab Jhin Ae. Ia menghentikan kegiatannya sesaat, lantas menatap Siwon menyesal. Ada nada bergetar pada suaranya tiap kali ia mengingat Soeun. Minjae tidak pernah sudi menginjakkan kaki di Korea sejak kematian Joon. Lalu mengapa tiba-tiba ketiga orang sinting itu kembali? Bukankah itu aneh? 

Belum lagi beberapa minggu yang lalu Jhin Ae mendengar Gyuri dalam keadaan hamil. Desas-desus yang ia dengar dari para pelayan membuat pikirannya semakin kacau dan tidak menentu. Banyak yang mengatakan kehamilan itu ditutupi. Tapi mengapa? Jhin Ae ingat bahwa seharusnya enam bulan yang lalu Gyuri dan Haneul telah menikah. Jadi akan menjadi kewajaran jika Gyuri hamil. Tapi masalah kembali datang dua hari yang lalu ketika ia mendapatkan kabar yang jauh lebih buruk. 

Entah mabuk atau tidak, Hanuel justru mengatakan Gyuri menghilang sejak lima bulan yang lalu. Apa yang sebenarnya terjadi? Semua seperti teka-teki yang menuntut penjelasan. Terlebih saat Jhin Ae tidak sengaja menemukan Foto Kimbum di kamar Gyuri. Hatinya mengatakan semua berhubungan pada adik kecilnya. 

Itulah yang membuatnya kembali dengan cepat, di luar dari kepentingannya untuk menemui Soeun yang hampir mendekati hari persalinan. Tapi demi Tuhan, lagi-lagi waktu memperok-porandakan perasaannya. Sejak tiga jam yang lalu ia tidak bisa menghubungi Soeun. Nomor wanita mungil itu dan Kimbum mendadak berada di luar jangkauan. 

"Mungkin mereka sedang berlibur. Jangan berpikiran yang tidak-tidak." 

Siwon mengembalikan Du pada pangkuan Jhin Ae saat wanita itu menyimpan kembali ponselnya. Lalu menarik Jhin Ae mendekat. Merangkul pinggang istrinya itu untuk merapat padanya.

"Tapi Soeun dan Kimbum tidak bisa dihubungi. Apa cuaca membuat sinyal memburuk?" Apa yang Siwon katakan mungkin benar. Namun tetap saja wanita ini tidak tenang. Jhin Ae mencium lembut dahi Du, lalu tersenyum ketika bayi kecil itu mengusap wajahnya. Tingkah lucu Du benar-benar menggemaskan. Mengingatkan Jhin Ae pada Soeun. Dan membuatnya lagi-lagi merasa khawatir pada adiknya itu. 

"Entahlah. Ini hari sibuk, kemungkinan Kimbum bekerja." Siwon mengalihkan tatapannya pada jalanan. Memandang kendaraan yang berlalu-lalang. Korea terlihat gelap karena hujan yang lebat. 

"Aku harap kau benar. Tapi tidak bisakah mobil ini melaju lebih cepat?" 

Lebih cepat? Siwon terkekeh mendengar permintaan Jhin Ae. Kemudian mengusak gemas kepala istrinya itu. Wanita itu takut pada kecepatan, namun meminta untuk lebih cepat. Kekhawatiran sepertinya membuat Jhin Ae menjadi tidak sabaran. Siwon bisa saja meminta sang supir untuk mengemudi lebih cepat, namun jalanan yang licin membuatnya memilih lebuh berhati-hati. 

"Du akan mengalami serangan jantung jika Mr. Go mengemudi lebih cepat." canda Siwon. 

Jhin Ae tertawa. "Aaa, kau benar." jawabnya. Lantas menempelkan kepalanya pada bahu kekar Siwon. Ia hampir melupakan Du bersama mereka. Menutup matanya, Jhin Ae kembali menarik nafasnya lemah. Tidak ada yang lebih baik dari seorang Siwon. Pria itu selalu mampu mperbaiki suasana hatinya. Dan Jhin Ae bersyukur Tuhan mengirimkannya disaat Joon pergi begitu saja.

Di tempatnya, Siwon ikut tersenyum. Sebagian hatinya bersyukur melihat Jhin Ae kembali tenang. Namun sebagian hatinya lagi mendadak menjadi keruh. Sebersit pikiran buruk menghantui ingatannya. Siwon menghembuskan nafasnya lirih, lalu menatap jalanan. 

Apakah semua memang baik-baik saja? 

❤❤❤




No comments:

Post a Comment