Search This Blog

Saturday, April 7, 2018

Leesire in Love part 11

Sebelum membaca, sempatkan tekan icon  ⭐ di atas.
.
.
.
.


Warning! ❌
This story contains adult content. For the underage I hope not to read it. But if you stay reckless, then I am not responsible for your thinking patterns that become damaged.
Thank you  🙋
.
.
.
.
.
.
.




Ketika ada sebuah suara yang menyatakan bahwa cinta bukan sekedar rasa, maka dengan sendirinya sebuah hati akan lenyap tanpa peringatan. Dalam diam, sebuah keheningan selalu menjadi awal dari tibanya sebuah tragedi. Mengalir seperti air, juga menggema seperti bandul yang bergemuruh.

hujan masih terdengar ketika sebuah ketukan langkah menyusuri lorong-lorong yang sepi. lawah ataupun debu bukan sesuatu yang mampu untuk menarik sedikit perhatiannya. Tempat ini gelap, tak tersedianya ventilasi membuatnya menjadi seperti sarang kelelawar di dalam goa.

Seseorang ini  bukan seorang wanita, melainkan seorang lelaki yang memiliki ketampanan cukup sempurna. Warna kulit yang begitu bersih serta tatanan rambut yang begitu rapi menunjukkan bahwa ia bukan dari kalangan manusia sembarangan. Kemeja berwarna hitam membalut tubuh atletisnya. Lalu pada bagian  kerah ia biarkan tetap berdiri dengan jepitan dasi yang dipasangkan hanya sembarangan. Masih ada jas yang turut andil membalut bersamaan dengan celana halus berbahan sutra yang lembut, juga berwarna hitam. Pria itu nampak begitu menawan meski pias wajahnya tak menampilkan sebuah senyuman. Kesan misterius justru begitu melekat pada manik matanya.

"Dua tiga puluh. Ku rasa kali ini kau cukup lambat bung." Ada seringai ketika sebuah nada yang lembut menyapa kehadirannya. Ruangan ini masih serupa dengan ruangan-ruangan sepi lainnya yang sejak tadi ia lewati, namun setidaknya puluhan pria kekar hadir menemani ketujuh kaki tangan kepercayaannya.

Tampak semua orang mengenakan busana yang serupa. Hitam dengan seringai tatapan penuh kebencian. Mereka terlihat seperti para pembunuh bayaran yang terampil. Well, katakan saja begitu meski mereka lebih kejam dibanding para pembunuh bayaran.  Jika para pembunuh bergerak atas dasar perintah, maka sebaliknya bagi mereka membunuh bukan lah pekerjaan, melainkan sebuah permainan yang dapat membangkitkan Adrenalin.

"Apa kau menemukannya?" tak ada tanda-tanda ketika pria ini akan mengatakan kejujuran, tapi mereka semua tahu pria itu tidak akan pernah ingin membahas kesalahan yang diperbuatnya. Setidaknya hanya akan ada satu kepala yang hilang, jika mereka berani bertindak lebih jauh.

"Ya, mereka memperketat penjagaan. Tapi kau tak perlu khawatir, karena wanitamu itu baik-baik saja." pria ini tahu arah dari semua pembincaraan. Ia bukan orang awam, hanya seseorang yang baru kembali setelah menyelesaikan misinya untuk memata-matai.

Namun seseorang yang juga berada di sisi pria bertatanan rapi itu menggerakkan jemarinya dengan jengah, lalu mengacak lembut surai cokelatnya senbari menatap tidak suka pada sang kakak.

"Ayolah oppa, bukan itu yang lebih penting." ucapnya emosi. Wanita ini tahu bahwa tak akan ada gunanya untuk ia bicara. Tapi sekali lagi, wanita ini tidak perduli jika mereka semua mulai membahas wanita brengsek yang ia ketahui namanya.

Well, saat ini matahari tidak lagi terlihat. Langit sepenuhnya gelap dan tidak ada satu pun benda di langit yang menghiasi kepekatannya. Geun young menatap nyalang sang pemimpin yang duduk di bangku utama. Rapat seperti ini biasa digelar oleh para mafia. Tapi membahas seorang wanita, terdengar menjijikkan di telinga.

"Sayang, jangan memancingku. Kau tentu tahu tidak ada yang lebih penting dari seorang figilia." pria ini menatap dengan tatapan menyipit. Adiknya itu tentu tahu perubahan sikapnya. Dan benar saja sebuah sayatan menyentuh tipis sudut mata gadis ini. Setetes cairan berwarna kemerahan dengan mudahnya lolos, memberi jejak pada wajah gadis itu. Pria ini kembali menekan luka yang tercetak, membuat gadis itu kembali meringis, lalu berlalu dengan sendirinya.

Shit! Sudut matanya terasa perih sekarang. Pria itu memang brengsek. Lihat saja, James akan merasakan akibatnya. Pria sialan itu selalu saja memancing emosinya. Kakak macam apa dia? Bertahun-tahun memimpin hanya wanita jalang itu yang dipikirkannya. Geun young benar-benar muak kali ini.

"Kau terlalu keras tampan. Dia sensitif sama sepertiku." tapi wanita ini tersenyum dengan sinis. Lensa matanya menatap geram, namun tutur bicaranya berbahasa lembut. Ia juga sejak tadi berada di sana. Memperhatikan pertengkaran konyol yang sudah sangat sering terjadi. Geun young dan james memang sama-sama keras kepala.

James terkekeh, "Jangan membencinya cantik. Kau tahu bukan figilia target utamaku." ucapnya. Hati pria ini meletup-letup ketika menyadari kekasihnya itu dilanda cemburu layaknya geun young yang malang.  Suara yang ia lontarkan begitu lirih, tapi justru seohyun dan yuri merasa kaku dalam satu tarikan nafas. Pembicaran ini terasa mengerikan, dan entahlah bahkan keduanya ingin bersembunyi di balik hangat selimut. Terlebih james— pria itu duduk tenang di kursi kebesarannya dengan manik mata mematikan.

"Aku tidak perduli figilia sayang.  Kau juga harus ingat, prianya itu target utamaku." sekali lagi wanita ini mendesis dengan senyum cantik di wajahnya. Matanya ikut menyipit, dan lesung pada pipinya ikut memperindah keseksian pada paras wajahnya. Lone menggunakan terusan sweet dress berwarna hitam. Panjang gaun itu hanya sepangkal pahanya saja, membuat james dapat dengan mudah mengusap vagina di balik keremangan.

"Baiklah sayang. Dan ah Seo joo hyun, kau tahu, aku sangat merindukanmu." pria ini kemudian  berdiri sejenak untuk seterusnya melangkah pada sisi almari besar yang megah. Coklat pada sisinya membuat bangun persegi panjang itu terlihat begitu berkelas dengan pajangan samurai-samurai indah di dalamnya. Pria ini lalu melipat tangannya di atas dada sembari menatap seohyun dengan tatapan yang licik.

Wanita itu terlihat menyedihkan. Beberapa bagian tubuhnya nampak membiru dengan satu luka kecil di sudut bibirnya. James tersenyum sinis mengingat bekas-bekas itu bagian dari semua ukiran cintanya. Seohyun yang malang, pria ini sedikit menyesal menyadari ia cukup keterlaluan dalam menghukum wanita itu. Tapi seohyun juga harus ingat, soeun adalah wanitanya, dan pria ini tidak ingin ada seorang pun yang berani melukai wanita berlensa almond itu.

"Lalu? Kau ingin aku memelukmu begitu?" tanya Seohyun sinis. Wanita ini tidak bergeming dari tempat duduknya. Ia hanya menatap malas james. Tidak berniat memperpanjang masalah dengan  pria berdarah campuran Jerman-Korea itu. Sisi gelapnya sangat menjijikkan ketika murka. Tubuh seohyun merasa mati rasa ketika cambuk dan balok menyentuh kulit mulusnya. Sial! Andai saja pelatuk pistolnya tidak tertarik, maka semua tidak akan jadi begini. Bukan hanya james yang murka, kyuhyun bahkan hyun ae menganggapnya seperti pembunuh keji yang tidak layak untuk hidup. Kedua manusia itu terus menerus menghindarinya.

"Kau begitu humoris sayang. Apa permainan kemarin kurang memuaskan?" pria ini tidak lebih baik dari seorang actor, namun sandiwaranya membuat seohyun bergidik takut. Seohyun mengatupkan bibirnya, menatap james dengan sendu mencoba memohon berhenti atas semua kalimat menjiikkan itu. Pria itu masih berdiri menempel pada lemari. Lensa matanya bergerak-gerak mengirimkan kode atas setiap kalimatnya. Permainan yang pria itu katakan merupakan momok menakutkan bagi seohyun. Ia masih begitu ingat, james menyentuhnya berkali-kali hingga membuatnya ingin mati.

"Pergilah cantik, selesaikan tugasmu."

"Dan kau yuri, Perlihatkan kemampuanmu jika tidak ingin pisau membedah ususmu."

Dan tidak perlu kalimat tambahan lainnya, yuri segera berdiri menyusul langkah seohyun yang telah lebih dulu berlalu. James tersenyum melihat gelagat seohyun. Wanita itu malu, rona wajahnya yang timbul membuat pria ini ingin kembali mengulang permainan. Seohyun begitu panas ketika di sentuh. Gerakan tubuhnya liar dan tak terkendali. Ah, bagaimana jika kyuhyun mengetahui ini? James tertawa sembari berlalu. Itu akan menjadi permainan menarik untuk wakil chojangnim itu. Tatapan marah kyuhyun, james begitu ingin melihatnya.

Sedang di tempat duduknya lone masih diam dalam segala pikiran. Jemarinya menggerakkan cangkir dengan perlahan. Air di dalamnya telah kering mengaliri tenggorokan. Kimbum— nama itu berputar-putar dalam angannya. Pria tampan itu begitu mengangumkan. Bukan hanya kecerdasan, tubuh atletis pria itu bahkan membuat lone meneteskan air liurnya.  Lona ingin sekali menyentuh bagian sensitif prionsa tampan itu. Menggenggam kejantanan dalam tepak tangannya, lalu mengecupnya dengan mesra. Ah, membayangkannya membuat wanita ini berkali-kali meneguk air liurnya.

Shit! Wanita ini mengerang marah mengingat semua tidak akan mudah. Jika saja figilia bukan istri kimbum, maka sejak dulu ia pasti sudah bisa menikmati belaian panas pemimpin utama Fofate mafia itu. Tapi biar saja, karena sesaat lagi pria itu pun akan benar-benar menjadi miliknya. Lone tersenyum simpul, sebelum akirnya menatap sekelilingnya. Di sisi tubuhnya masih ada dua pria lain menemani bersama puluhan penjagal. Semua seolah bisu, hanya sesekali belaian rambut tersibak tersentuh angin.

****®®®****


Setiap kali awan meredup, tiap kali itu pula seorang pria tersenyum senang. Meski bunga belum bersemi, tapi ada sebuah hembusan yang masih dapat ia pahami. Langkahnya perlahan menuju ladang yang luas, dimana berbagai batang pepohonan mengelilinginya.

Ada berbagai pria kekar turut berada tak jauh dari tubuhnya.  Berdiri di antara batang pohon lengkap dengan berbagai senjata. Mereka menggunakan pakaian putih yang serupa. Jika dilihat dari kejauhan, maka mereka terlihat seperti dinding manusia yang tinggi. 

"Apa yang kau lakukan di sini? Mencari istri baru?" hingga sebuah suara menginterupsi dengan nada kemarahan yang kentara.

Angin sesekali menyibak helaian rambutnya. Mengacaukan kunciran di atas kepala, membuat pria ini tersenyum melihat guratan kekesalan di wajah istrinya itu.

"Berhentilah bertanya, Aku lelah." tapi bagaimana pun ia bicara, hanya akan ada kesombongan dalam setiap kali matanya. Soeun mengerang. Demi apapun ia tidak pernah suka cara bicara kimbum yang menjijikkan. Satu hari ini pria itu telah menghabiskan banyak waktu bersama selir sialannya. Menyisahkan sedikit sisa yang tidak berguna, dan menghabiskannya seorang diri. Taman ini memang luas, tapi tidak dengan suhunya.

"Kimbum, aku membenci cara bicaramu. Jika tidak menyukai kehadiranku lebih baik katakan padaku." marah soeun. Soeun mengusap pelipisnya ketika angin menyapa kasar wajah lelahnya. Pikirannya terganggu karena ulah kimbum. Chojangnim sialan itu terus saja menghindar darinya sejak kejadian dua minggu yang lalu, dimana pria itu hampir menarik pelatuk di depan kepalanya.

Kimbum tersenyum kecil sembari menarik soeun ke atas pangkuannya. Taman ini terletak di sisi kiri asrama eksecutive. Kursi yang di dudukinya juga terbuat dari kayu ukir yang cantik. "Kau sangat sensitif sayang. Aku benar-benar lelah." kimbum mengusap sayang kepala soeun. Jemari yang semula memijit pelipis disingkirkan dengan lembut. Wanita ini jauh lebih sensitif dari dua minggu yang lalu. Hormonnya begitu buruk, soeun terlihat seperti sedang menghadapi tamu bulanannya.

"Kau selalu menghindariku. Katakan apa salahku?" jawabnya soeun ketus. Wanita ini juga butuh sebuah penjelasan. Soeun membenarkan cara duduknya, menatap kimbum dengan serius sembari mengusap pipi pria itu dengan kedua tangannya. Suhu di korea sedang tidak bersahabat, angin musim dingin masih berhembus kencang. Soeun tidak mau kimbum sakit karena terlalu lelah menjalankan perannya. 

"Apa kau jenuh berada di sampingku? Apa kau memiliki idaman lain? Apa aku sudah tidak menggoda?" semua pertanyaan itu dituangkan dalam satu tarikan nafas. Kimbum menghentikan gerakan bibir wanitanya. Pria ini menangkup pipi bulat soeun, lalu mengarahkan lensa tepat pada manik matanya.

"Hey, cara bicaramu membuatku marah figilia. Aku bukan pria menjijikkan." tegur Kimbum. Suara yang pria ini lontarakan begitu dingin dan tegas. Ia tidak suka kalimat soeun yang mengandung unsur tuduhan. Sejak kapan Soeun menjadi idiot? Itu benar-benar diluar akal sehat kimbum. Beberapa minggu ini semua perhatiannya terkuras pada sebuah masalah  pelik. Ia harus selalu berselingkuh dengan ratusan dokumen. Belum lagi rasa rindunya yang membuncah, kimbum merasa akan gila secepatnya. 

Begitu pula dengan soeun "Dan kau pikir aku percaya?!" wanita ini mengenal kimbum dengan waktu yang tak terhitung. Pria sialan itu jelas menutupi sesuatu dan percayalah soeun benci mengakuinya. Kimbum hanya selalu berselingkuh dengan selir dokumen sialannya dibanding menemaninya bermain ranjang ataupun menikmati hari. Ada sesuatu yang soeun rasakan yang tak dapat dirinya pahami. Di depat matanya wanita ini seolah melihat puzzle pelik yang sulit untuk disempurnakan.

Terlebih pada kyuhyun. Pria itu juga berlaku sama dengan suaminya itu. Cenderung diam dan menjadi pecundang. Hubungan mereka cukup buruk setelah kejadian penembakan di markas utama Fofate. Kemarahan sang woo membuat beberapa penjaga merenggang nyawa. Kimbum dan kyuhyun pun tak luput dari amukan pemimpin tua itu. Beberapa hari ini myungsoo maupun seungho juga lebih suka hilir mudik dalam ruangan kimbum maupun kyuhyun. Terkadang mereka bersembunyi bersama kimbum, lalu terkadang mereka menghabiskan waktu bersama kyuhyun. Keempat pria itu benar-benar membuat soeun dan suzy muak. Bahkan suzy memilih ikut menghindari myungsoo, meski pria itu terus menerus meminta maaf.

Suasana yang terbentuk semua menjadi tidak terkendali. Wanita ini sudah berusaha mengalihkan perasaan suaminya itu. Soeun tahu sejak kejadian itu kimbum menyalahkan dirinya sendiri. Sebanyak apapun soeun mengatakan itu bukan kesalahannya, sebanyak itu pula pria berwajah tampan itu menciptakan alasan untuk menghindarinya. Pria itu sangat picik menghancurkan perasaannya. Jika saja sejak awal soeun tahu kimbum tidak berniat mendampinginya, maka akan dengan senang hati soeun menerima tawaran sang woo untuk kembali pada neneknya.

"Oke baiklah aku minta maaf. Berhenti membahas ini, kembalilah." kimbum memilih mengalah. Ia menurunkan soeun lalu memerintahkan wanita itu dengan nada tegas untuk kembali ke dalam asrama.

Membuat soeun sekali lagi menajamkan pandangannya. Emosi wanita ini tak mampu ia kendalikan. Sial! Tau begini soeun akan memilih pulang kekediaman bohee.

"Aku tidak mau. Berhenti memerintahku" jawab soeun. Ia cukup keras kepala jika sudah menghadapi kimbum. Pria itu begitu jahat ketika marah, tapi persetan, soeun tidak perduli jika pun Kimbum akan memukulnya. Ia butuh penjelasan. Jadi jika kimbum tidak mau bicara, maka ia akan dengan senang hati memaksanya.

"Ayolah sayang." kimbum mencoba membujuk soeun. Udara malam mulai terasa lebih dingin. Sementara soeun hanya menggunakan dress mini yang tidak menutupi lengannya. Wanita itu akan terserang flu jika kimbum membiarkannya terlalu lama menikmati angin.

"Kau membuatku sakit hati. Kenapa tidak mengirimku jauh?!" sengit soeun. Ia mengabaikan sepenuhnya bujukan suami tampannya itu. Biar saja, karena hatinya memang begitu terasa sakit. Bayangkan saja, selama ini ia tidur seorang diri, sementara kimbum tahu ia memiliki trauma yang berat. Shit! Soeun mengumpat ketika sebulir air matanya lolos begitu saja. Hatinya terasa tertikam dan soeun mengisak saat mendapati kimbum menatapnya dengan tajam.

"Astaga sayang, baiklah. "  Kimbum mengeluh frustasi, lalu menarik istrinya itu kembaki ke kamarnya. Soeun memang pintar membuat hatinya kacau. Kimbum tahu soeun hanya beracting, lihat saja wanita itu kini mulai terkikik sembari bergelanjut manja pada lengannya. Sial!

Well, Kimbum hanya tidak ingin soeun kembali sakit.  Angin tak cukup baik untuk kesehatan wanita itu. Terlebih beberapa hari yang lalu soeun mengeluh sakit pada bagian tubuhnya. Mungkin akibat dari benturan malam itu. Tapi entahlah? Kimbum selalu marah jika memikirkannya.

****®®®****



Ketika dedaunan mulai runtuh memenuhi tanah. Mereka tahu bahwa musim gugur akan segera tiba. Dari hembusan angin yang lebih terasa dingin juga binatang yang mulai tak terlihat. Seorang pria dengan balutan jas rapi, terlihat melangkah masuk memasuki sebuah kediaman yang begitu megah. Terdapat banyak pondasi di sekelilingnya, membuat bangunan itu terlihat seperti sebuah istana dibanding rumah seorang mafia.

Melewati sebuah ruangan yang besar, pria ini kemudian berbelok menyusuri lorong panjang di sisi barat. Rambutnya tertata dengan rapi. Wangi tubuhnya menebar di udara, memberi aroma lain pada penciuman. Lensa matanya menikmati jendela yang terbuka serta bunga-bunga yang di sebar di setiap sudut. Rumah ini masih selalu sama, indah dan berkelas.

Pria ini kemudian turun melalu tangga tersembunyi hingga tiba di sebuah pintu besar. Beberapa bodyguard berdiri di setiap dinding, dua orang diantaranya segera membuka pintu ketika melihat pria ini mulai mendekat. Di balik pintu terlihat sebuah ruangan yang besar hampir menyerupai bangunan di bagian atas.

"Ini terlalu pagi untuk sebuah rapat ayah." ketika pada akhirnya ia memilih mengeluarkan suaranya, seorang pria lain justru mendesis dengan  kesal.

"Kau selalu menggerugutu. Diamlah dan dengarkan." jawab sang woo. Ia  juga segera menatap tajam putaranya itu. Kyuhyun tidak jauh bereda dengan kimbum. Keduanya sama-sama manusia beku berbibir iblis yang kurang ajar. Lihat betapa sopannya pria jangkung itu menegur ayahnya. Meski semua juga karena salah didik dari mereka, tapi setidaknya kyuhyun dapat lebih bersikap santai dihadapan para temannya-temannya.

"Apa tidak masalah kami berada di sini?" myungsoo yang juga berada dalam barisan kyuhyun segara mengeluarkan pendapatannya setelah wakil dari chojangnim executive itu mendengus, lalu duduk tanpa memperdulikan mereka yang nampak seperti manusia tolol.

"Tidak apa, aku yang menginginkannya." jawab sang woo tenang. Moodnya mendadak baik mendengar ucapan myungsoo yang terdengar sopan. Ia bukan  orang sembarangan yang akan mengizinkan manusia asing memasuki wilayah pribadinya. Tapi saat ini ia memang menginginkan para haksaeng Leesire itu hadir di kediamannya. Di ruangan ini juga terdapat ratusan penjaga bertubuh kekar, juga namgil, jongsik, bohee, jongsoo, dan minseok yang telah menempati kursi-kursi pemimpin utama.

Lagi pula mereka memang berniat mengadakan rapat mendadak yang penting. Dan para haksang executive itu juga akan berada didalam tim yang tengah mereka bentuk.

"Ah tuan kim, maaf jika kami mengganggu." seungho yang sejak tadi juga berdiri di sisi sang istri, segera membungkukkan tubuhnya hormat. Kim sang woo adalah salah pendiri utama fofate. Mafia penguasa di negeria mutiara ini, bersama namgil dan juga jongsik. Seungho sedikit merasa canggung karena membawa serta istrinya yang notabennya adalah musuh utama mafia putih tersebut.

Sedang suzy, ara maupun jiyeon lebih memilih diam dan tidak ikut campur. Sejujurnya mereka masih mempertanyakan alasan dibalik diundangnya mereka ke tempat ini. Jika pun ara itu mungkin masuk akal karena wanita itu adalah calon istri kyuhyun. Tapi ia dan jiyeon? Ia bahkan hanya seorang putri dari mafia kelas bawah. Orang-orang menghormatinya hanya karena ia mampu masuk ke dalam kumpulan pewaris mafia elit ini. Atau lebih tepatnya lolos menjadi haksaeng executive serta menikahi putra salah satu mafia elit.

"Tidak tidak, kalian memang harus berada di sini." sang woo yang merasa mengerti arah pembicaraan sahabat putranya itu segera membantah ucapan seungho. Pria ini tidak ingin dianggap menjebak mereka karena ingin mendapatkan jiyeon. Sekalipun jiyeon memang pengikut setia Black Mafia, namun sang woo tidak mungkin sepicik itu. Ia masih memiliki simpati, terlebih soeun begitu melindungi wanita itu.

Sang woo lalu mempersilahkan kelima muridnya itu untuk duduk. Kemudian memerintahkan beberapa pelayan untuk menyediakan sarapan juga teh. Walau bagaimana pun hari masih terlalu pagi, jadi pria ini dapat pastikan kelima makhluk remaja itu belum menikmati sarapannya. Namun kesenangannya berubah ketika sebuah suara mengusik telinga rentanya.

"Apa sebenarnya maksud kalian? Apa kalian berencana menjebak kami?" kyuhyun— pria yang tak lain adalah sang pemilik suara, memandang sang woo dengan jengah. Manik mata pria ini menyipit sesaat ketika sang woo mendengus dengan keras.

Tanpa bisa dicegah dan tanpa bisa mengelak, sebuah pukulan mendarat mulus di kepala kyuhyun. "Dasar anak bodoh! Apa yang sebenarnya kau pikirkan." jerit sang woo emosi. Kyuhyun benar-benar merusak suasana hatinya. Pria muda itu terlalu bodoh dalam hal merangkai kalimat. Dan apa katanya tadi? Menjebak? Sial! Sepertinya sang woo memang harus menyulam bibir kyuhyun.

"Yaaaaaa!" sedang kyuhyun berteriak tak terima. Ia berdiri dari kursinya, lalu menunjuk sang woo untuk melontarkan kalimat-kalimat kemarahannya.

"Tenanglah nak, ayah yang akan jelaskan. Duduklah." tapi namgil lebih dulu bertindak. Pria ini merasa hawa semakin tidak kondusif berkat  pertengkaran konyol sang woo dan kyuhyun. Kedua pria itu begitu jarang akur. Tidak jauh berbeda dengan kimbum. Sejak kecil kyuhyun dan kimbum begitu bersemangat memancing kekesalan sang woo. Entahlah, mereka bertiga selalu layaknya bocah yang idiot.

"Seharusnya kau memutilasi pergelangan pria tua itu ayah. Dia sangat menyebalkan." gerutu kyuhyun. Membuat semua orang terkekeh, kecuali sang woo. Pria itu benar-benar ingin memasak kyuhyun di dalam panci, lalu memberikan sup manusia kurang ajar itu pada anjing Doberman kesayangannya di luar sana. Kyuhyun sangat-sangat sialan melebihi bohee dan jung soo. Tapi sesialan pria itu, masih ada kimbum di atasnya.

"Aku yang akan memutilasi bibirmu kyu." jawab sang woo. Pandangan remeh kyuhyun memancing kekesalannya.

"Lakukan saja, maka aku akan mengutukmu."

Hoel! Ara terbelalak mendengar jawaban kekasihnya itu. Suzy bahkan tertawa di tempatnya duduk. Astaga, kyuhyun sangat konyol. Sejak kapan seorang anak dapat mengutuk ayahnya. Keluarga ini memang sangat aneh. Ini pertama kalinya suzy melihat keakraban yang tidak nampak seperti orang lain. Mereka lebih seperti ayah dan putra kandung. Begitu tak berjarak dan begitu rekat layaknya lem dan kertas.

Tidak jauh berbeda, jiyeon turut tertawa bersama bohee, jung soo, dan jongsik. Minseok bahkan menggelengkan kepalanya melihat tingkah putranya itu. Ia tidak perlu marah mendapati kekurangajaran kyuhyun. Hal ini biasa terjadi diantara mereka. Bahkan jika ada kimbum, pertengkaran ini akan lebih mendebarkan.

"Cih." sang woo berdecih tidak terima. Jika saja saat ini tidak ada para haksaeng executive, maka sudah dia pastikan kyuhyun akan tamat ditangannya.

"Sudahlah, kalian membuatku tidak bisa bicara." cerca namgil.

"Abaikan mereka namgil, jelaskan saja langsung" seolah tidak sabaran, bo hee segera menyela ucapan namgil. Jika mereka tidak cepat maka pertengkaran bodoh itu tidak akan pernah usai. Sang woo sangat kekanakan dan kyuhyun sangat keras kepala. Dua manusia itu tidak akan berhenti jika bukan Soeun yang melerainya. Di sisi lain juga jung soo dan para pendiri lainnya mengangguk setuju, lalu setelahnya mengalihkan pandangan pada namgil yang telah berdiri di tempatnya sembari menatap dengan serius.

"Dengarkan ayah Kyu, mulai dari detik ini penjagaan pada figilia akan kita perketat. Maka dari itu kami mengharapkan kerja sama kalian." ucap namgil tegas. Lensa mata pria ini bergerak lincah menatap satu persatu haksaeng executive. Tidak ada candaan dari nada suaranya, membuat kyuhyun sedikit mengernyit tidak mengerti.

"Apakah terjadi sesuatu?" tanyanya. Dua minggu ini ia memang sedikit merenggang pada Soeun maupun ara. Ada beberapa tugas yang harus ia selesaikan, jadi masalah keamanan soeun sedikit terlupakan dari otaknya. Kyuhyun juga merasa keadaan Leesire jauh lebih baik setelah kimbum menugaskan ratusan bodyguard berjaga di sekitar sekolah mafia itu.

"Ayah tahu kabar itu pasti sampai ke telingamu nak."jawab namgil. Lensa matanya yang sejak tadi berputar, berhenti tepat di manik mata kyuhyun. Pria ini mencoba mengantarkan pengetahuannya melalu tatapan. Berita yang ia simpan belum boleh bocor jika kimbum belum memerintahkannya.

"Jadi pria itu benar-benar tiba di korea?" tanya kyuhyun. Ia masih tak percaya dengan pikirannya sendiri. Manik mata renta namgil memang meyakinkan, tapi tetap saja kyuhyun masih ragu pada pikirannya sendiri. Semetara Namgil mengangguk yakin. Ia tidak perlu berbicara lebih jauh, karena ia yakin kyuhyun mengerti akan arti tatapannya.

"Lalu?" lanjut kyuhyun kemudian.  Myungsoo dan seungho tetap memilih diam. Mereka belum berniat menyela ataupun bertanya jika belum diberi kesempatan. Begitu pula dengan ara, suzy dan jiyeon. Ketiga wanita ini lebih memilih bungkam sembari  menikmati teh panas dan sandwich yang tersedia. Lagi pula mereka tidak perlu ikut campur, karena kehadiran mereka di sini tidak lebih dari seorang istri yang mengikuti suaminya.

"Kita tidak bisa biarkan dia mendekati figilia. Kalian harus berusaha mengamankan Leesire dari para penyusup. Baik itu para pelatih, maupun pekerja dan juga para haksaeng reguler."

"Maksud ayah Leesire tidak aman? Kenapa tidak ada yang mengatakannya padaku?"

"Ini masih dugaan kyu. Kita tidak bisa bergerak lebih jauh jika kita tidak memiliki bukti yang kuat."

Para petinggi itu masih berdiskusi meski waktu telah berlalu jauh. Pukul sembilan, dan suzy mulai merasa lelah. Mafia memang tidak mengenal waktu jika telah berhadapan dengan sebuah rapat. Sandwich yang tersedia bahkan telah musnah tertelan bibir. Sedang Ara berusaha matia-matian menahan kantuknya. Ia menguap sembunyi-sembunyi. Semalam ia tidak cukup tidur karena ulah kyuhyun yang terus menerus menggedor dinding kamarnya. Tapi itu juga salahnya, karena mengabaikan pria itu selama dua hari berkat bujukan suzy.

"Baiklah kami mengerti."

Rapat selesai.

Jiyeon, suzy dan ara kompak menghembuskan nafasnya lega. Bayangkan, tiga jam mereka duduk dan hanya diam seperti patung. Bokong bahkan terasa panas disertai keram pada kaki. Oh ya tuhan, para petinggi mafia putih ternyata lebih mengerikan jika menyangkut rapat besar. Jung soo, bohee juga minseok terlihat santai di tempatnya, membuat ketiga gadis ini membelalak tidak percaya. Yang benar saja, mereka bahkan tidak telihat jenuh atau lelah. Oke harus mereka akui, mereka kalah oleh orang yang telah berumur.

Di sisi lain namgil mengangguk mendengar jawaban kyuhyun. Meski bocah itu menjawab dengan santai, tapi namgil yakin pria itu akan bersikap jauh lebih protec pada sahabat mungilnya itu. Soeun bukan hanya dianggap putri paling kecil di sini, wanita itu tombak utama Fofate. Di dalam darahnya mengalir darah para pendiri terdahulu. Dan bukan hanya itu, ada sebuah rahasia besar yang juga tersimpan di dalam tubuhnya. Sesuatu yang membuat putrinya itu menjadi incaran utama para mafia-mafia hitam.

Namgil lalu kembali menatap myungsoo. Para remaja itu sudah terlihat lelah, terutama para wanita. Jadi sebelum mereka mati karena bosan, namgil ingin segera menyudahi rapat ini.

"Myungsoo, kami butuh bantuanmu untuk menyelidiki seluruh haksaeng. Ini mungkin terdengar konyol, tapi sepertinya Leesire menampung beberapa penghianat." ucap namgil. Sorot matanya penuh keteguhan, membuat myungsoo mengangguk dengan cepat.

"Baiklah tuan kim, saya mengerti." meski sejujurnya ia masih belum mengerti arah dari rapat besar ini, tapi sedikitnya ia memahami arti dari sorot mata pria tua itu.

"Dan kau jiyeon, bantu kami menyusup ke dalam Black Mafia." perintah sang woo. Pria ini tiba-tiba berdiri sembari menatap dingin jiyeon. Membuat ara, suzy dan myungsoo terkejut. Ketiga remaja ini berpikir sang woo tidak menyukai kehadiran wanita itu.

"Apa maksud ayah?" sela kyuhyun. Ia cukup mengerti maksud perintah sang woo, namun ia  tidak setuju dengan perintah ayah angkatnya itu. Biar bagaimana pun juga jiyeon berada di sini atas keinginan soeun. Wanita itu akan murka jika tahu Fofate berniat mengembalikan jiyeon pada Black Mafia.

"Kembalilah kepada james. Jadilah mata-mata kami." jelas sang woo tegas. Membuat sekali lagi kyuhyun mengeram kesal. Para petinggi itu memang selalu seenaknya membuat keputusan. Bagaiman jika soeun murka? Shit! Di saat seperti ini justru kimbum tidak menunjukkan batang hidungnya. Bagaimana caranya menyelamatkan jiyeon? Suaranya saja tidak akan mampu untuk mengubah keputusan para tetua kolot itu. Belum sempat kyuhyun memikirkan alasan untuk menolak permintaan ayahnya, suara lain sudah lebih dahulu menyela dengan kasar.

"Aku tidak setuju."

Semua orang dengan segera mengalihkan tatapan pada sosok yang berdiri di pintu utama. Wanita itu berjalan tergesa-gesa lalu berdiri tepat di sisi ayahnya. Kimbum sendiri hanya menahan senyum melihat tingkah kurang ajar istri cantiknya itu sembari melanjutkan langkah menuju kursinya. Beberapa menit yang lalu soeun bahkan terus bergelanyut manja di lengannya. Tapi lihat kini, wanita itu bahkan melupakan suaminya sendiri.

"Nak, kami akan melindunginya." jawab namgil. Pria ini mengusap sayang kepala putrinya itu untuk memberi arahan. Sejak awal namgil sudah yakin soeun akan keberatan dengan rencana ini. Tapi apa boleh buat, suasana Leesire sedang bermasalah. Para anggota Black Mafia terus saja membuat ulah untuk  memancing figilia keluar. Mereka membakar gudang penyimpanan di busan, lalu menghancurkan sebagian lahan pertanian di jeju. Kimbum sudah mengatasi mereka lebih dulu, tapi tetap saja semakin hari mereka semakin menjadi liar. Namgil tidak bisa biarkan putrinya itu menghadapi para iblis itu. Soeun belum sepenuhnya mahir dalam bertarung. Wanita kecilnya itu hanya ahli dalam menembak. Itupun sejak kejadian sembilan tahun yang lalu, soeun menjadi trauma menyentuh senjata api.

"Tidak tidak, itu berbahaya. Aku tidak menyetujuinya." tolak soeun. Sekali lagi ia menyanggah permintaan ayahnya itu.

" Tapi nak___"

"Bum-ah." soeun tidak bisa biarkan jiyeon kembali. Ia melangkah cepat mendekati kimbum, lalu menatap suaminya itu dengan manik memohon. Tidak ada yang bisa membantunya kecuali suaminya itu. Saat ini Kimbum adalah pemimpin tertinggi Fofate Mafia. Segala sesuatu yang diputuskan para tetua itu akan berjalan, jika telah mendapat persetujuan dari pria tampan itu.

Kimbum menghembuskan nafasnya bingung. Di satu sisi apa yang diputuskan ketiga ayahnya itu  memang tepat. Jiyeon memang harus segera kembali pada Black Mafia sebelum james bertindak lebih jauh.  Sejauh ini pria brengsek itu sudah menghancurkan sebuah panti jompo di Torino, dan membakar pabrik di Chicago  hanya demi mendapatkan jiyeon. Namun disisi lain ia juga tak mampu menolak permintaan  pemilik hatinya tersebut. Soeun terlalu berharga bagi kimbum. Terlebih sejak kepulangannya ke korea, soeun hanya ingin bergaul pada ara, suzy dan jiyeon. Istri cantiknya itu terlanjur nyaman bersahabat dengan para wanita itu. Menolak permintaannya hanya akan membuat soeun kecewa, dan itu akan berdampak buruk pada perubahan sikapnya. Tidak ada pilihan lain, kimbum lalu menatap ayah mertuanya itu dengan menyesal.

"Aku menolak." ucapnya tegas. Dan senyum cantik terbit di bibir soeun. Membuat Kimbum dan para sahabatnya tak dapat menahan lengkungan di ujung bibir. Soeun sangat menggemaskan, terutama saat gadis itu mencium pipi suaminya dengan tanpa rasa bersalah. Sang woo, namgil dan para pendiri lainnya pun hanya dapat menghembuskan nafas pasrah. Jika kimbum sudah membuat keputusan, maka tidak ada lagi yang dapat mereka lakukan. Mereka akan kalah oleh manusia mungil itu, dan kimbum tidak akan pernah sanggup menolak permintaan istri cantiknya itu.

Setelah ini mereka harus memikirkan ide lainnya. Mungkin mempertahankan jiyeon bukan pilihan buruk. Setidaknya dengan begini perasaan soeun akan traumanya dapat membaik.

Namun jiyeon menggeleng. Membuat senyuman soeun sirna dalam sekejap. "Tidak apa kimbum, aku akan baik-baik saja."

Soeun merasa seperti tersengat aliran listrik. Dalam sepersekian menit suasana hatinya hancur karena pertemuan bodoh ini. Ia tidak habis pikir dengan jawaban jiyeon. Bagaimana bisa wanita itu menolak pertolongannya? Ya tuhan, sepertinya jiyeon sudah terkena guna-guna jarak jauh jung soo ataupun sang woo. Ini tidak benar. Seharusnya jiyeon senang soeun membantunya. Shit! Soeun memucis lalu menatap sebal jiyeon yang duduk di sisi kanan suzy.

"Resiko itu mempertaruhkan nyawamu. Fofate mungkin akan melindungi, tapi kami terbatas untuk menyusup. Mereka bukan mafia sembarangan jiyeon." cecar soeun emosi. Ia tidak habis pikir dengan ide para tetua bodoh itu. Meminta jiyeon kembali pada Black Mafia adalah hal yang salah. Mereka bisa membuat jiyeon melakukan hal-hal terlarang yang berdosa. Lagi pula ia sudah berjanji pada seongho akan membawa masuk jiyeon pada Leesire.

"Mereka tidak akan melukaiku soeun. Kau bisa pegang kata-kataku ini." jiyeon tahu soeun berusaha melindunginya. Tapi sekai lagi ia tidak bisa terus-menerus berlindung dibalik kasih sayang wanita itu.  Selama ini ia berpura-pura buta dan tuli agar dapat menikmati kehangatan yang sebelumnya tidak pernah ia rasakan. Tapi jiyeon tidak bodoh, ia tahu james berkali-kali mengusik ketenangan Fofate.

"Tidak, aku tidak mengizinkanmu. Seungho." rengek soeun. Ia mencoba membujuk seungho dengan memandang pria itu sendu. Soeun merasa begitu frustasi.  Ia merasa kalah telak kali ini. Jika sudah begini kimbum pasti akan mencabut keputusannya.

"Beri dia kesempatan soeun. Akan buruk jika kita terus menahannya." jawab seungho. Bukan ia tidak suka jiyeon berada di sisinya, namun apa yang dikatakan para pendiri itu memang benar. Jiyeon harus segera kembali, agar mereka tidak semakin mencurigai istrinya itu.

Seungho mengerti kekhawatiran soeun, tapi mereka tidak memiliki jalan lain untuk memata-matai kawasan Black Mafia. Jiyeon adalah salah satu murid kesayangan Black Mafia, mempertahankannya hanya akan membuat wanita itu tersiksa. Black Mafia akan mencurigai mereka mencuci otak gadisnya itu. Dan itu akan sangat berbahaya.

"Tapi—  Kimbum."

"Mengalah lah sayang. Jiyeon berhak membuat keputusan. Kau sudah dewasa bukan?" kimbum mencoba memberi pengertian pada istri cantiknya itu. Soeun bukanlah wanita yang mudah ditaklukkan. Kekeraskepalaan wanita ini tidak bisa diremehkan. Sementara soeun, merasa ia tidak dapat melakukan apapun lagi, memilih diam lalu duduk dengan kasar di atas pangkuan suaminya. Suasana hatinya benar-benar kacau, membuatnya ingin menangis.

"Jadi bisa kita lanjutkan?" tanya sang woo ragu. Soeun memang tidak lagi berkomentar, tapi kimbum tersenyum kecil sembari mengelus sayang kepala istrinya itu. Sang woo bisa pastikan soeun tengah menangis saat ini. Putrinya itu memiliki jiwa yang rapuh. Ketika ia berusaha melindungi sesuatu dan tak ada yang mendukungnya, maka soeun akan terpuruk. Pria ini sedikit menyesal telah melontarkan perintah tersebut.

"Lanjutkan saja." jawab kimbum. Pria ini mengangkat kepalanya sembari memberi kode pada kyuhyun untuk mendekati soeun. Kyuhyun kemudian mendekat, lalu mengecup kecil pucuk  kepala soeun. Soeun tidak akan berhenti menangis jika tidak diperhatikan. Satu-satunya cara adalah dengan membujuknya. Karena jika tidak, maka dipastikan rapat ini tidak akan pernah selesai.

Di sisi lain jung soo menghembuskan nafasnya kesal. Tabiat soeun terlalu buruk dimatanya. Wanita mungil itu terlalu manja. Ia juga akan menangis jika tidak ada yang mendukungnya. Astaga, istri mafia macam apa itu?! Wanita ini benar-benar tidak habis pikir melihat putri tunggalnya itu.

Jauh berbeda dengan bohee dan minseok. Kedua wanita ini justru tersenyum sembari menggelengkan kepala. Baru kali ini mereka melihat sang woo salah tingkah karena keputusannya. Pria tua bangka itu tidak pernah bersikap semenyedihkan ini. Dulu Sang woo selalu saja bersikap tegas sama seperti kimbum. Ia juga tidak akan pernah perduli jika ratusan orang menolak keputusannya.  Tapi kini, wajahnya bahkan seperti manusia gembel kurang makan.

"Soeun, bisa kau hentikan tangisanmu nak? Ayah ingin bicara." namgil yang sejak tadi membungkam, segera mengendalikan suasana.
Waktu mereka sudah semakin sempit. Sebelum Black Mafia bergerak mereka harus lebih dahulu merampungkan rencana mereka.

Dan suara itu cukup untuk menarik perhatian wanita ini. Soeun menghentikan isakannya, lalu semakin memeluk erat kimbum. Suara ayahnya begitu terdengar lembut. Soeun mengerti ia membuat kekacauan, tapi dia tidak berniat bicara saat ini. Sedang Kimbum melebarkan senyumnya saat merasakan dekapan erat soeun. Istrinya itu memang terlalu manja, tapi bagaimana pun sifatnya itu, kimbum tetap mencintainya.

Setelah yakin tidak terdengar apapun, namgil kembali  berdiri untuk memberikan perintah selanjutnya. Pria tua ini menarik nafasnya untuk sesaat. Ada ragu yang terselip ketika manik matanya menatap kode yang dikirimkan kimbum.

"Seperti yang sang woo katakan, kami mengundang kalian di sini karena suatu tujuan. Dalam beberapa minggu ini Leesire menjadi tidak aman. Berkali-kali terjadi penculikan dan penembakan. Itu sangat meresahkan kami. Kami tidak ingin semakin banyak murid yang terluka. Jadi untuk sementara  Leesire akan kamu tutup. Para haksaeng akan di kembalikan kepada orang tuanya. Sementara untuk kalian, kalian akan menjalankan beberapa misi bersama para haksaeng terpilih lainnya." jelas namgil panjang lebar.

"Maksud ayah hanya kami yang berada disana? Bagaimana dengan soeun?" tanya kyuhyun. Ia menjadi tidak mengerti setelah mendengar penjelasan namgil. Beberapa saat yang lalu pria itu memintanya memperketat penjagaan soeun, tapi kini namgil justru merubah perkataannya.

"Ya. Penutupan akan dilakukan satu minggu lagi. Setelahnya hanya akan ada para murid terpilih yang diizinkan berada di dalam Leesire. Untuk soeun, suzy akan menjaganya satu bulan ke depan."

Suzy mengernyit. Dahinya yang mulus berkerut akibat kebingungannya. Perintah namgil jujur saja membuat otaknya mendadak idiot. 

"Aku?" tanya suzy. Myungsoo, ara dan seungho turut berpikir untuk mencerna maksud ucapan namgil. Waktu semakin berputar tiap kali mereka berkedip. Namun tetap saja mereka tidak mengerti arah pembicaraan pria tua itu. Untuk apa suzy menjaga soeun? Bukankah sekolah akan ditutup?

"Ya. Ara akan menemanimu."

"Aku?" Kali ini ara yang menyerukan. kebingungannya. Kelima remaja ini semakin memperdalam kerutan pada dahi mereka.

"Ada apa dengan kalian berdua. Apa kalian mendadak tolol." sengit kyuhyun. Ara dan suzy benar-benar nampak bodoh dimatanya.

Sementara soeun mulai mendudukkan tubuhnya secara benar. Sejak tadi ia hanya memeluk kimbum dengan manja. Tapi kini ia menatap aneh para orang tuanya. Perasaannya mengatakan akan ada hal buruk menimpanya. Ia sedikit menatap kimbum, tapi pria itu hanya fokus menatap namgil yang bersiap melontarkan jawaban berikutnya.

"Soeun akan berada di Jepang selama satu bulan. Dan aku ingin kalian berdua menjadi pengawal pribadinya."

Hoelll! Soeun membelalakkan matanya tidak percaya. Apa yang baru saja dikatakan ayahnya itu? Apa dia bermimpi? Sial! Dengan satu kali hentakan soeun bangkit dari singgasana panasnya. Mata wanita ini mendadak berubah menjadi tajam. Aura kemafiaan dengan cepat menguasai pias wajahnya.

"Jepang? Tidak! Aku tidak mau." jeritnya murka.   Jung soo menghela nafas melihat tingkah putrinya. Soeun kurang ajar! Ingin sekali ia menarik bibir wanita kecilnya itu. Sementara namgil kembali duduk diam tanpa sambungan ucapan. Dia tidak bisa mendebat putrinya itu lagi saat ini. Kondisi soeun buruk ketika emosi. Kemarahan soeun akan membuatnya semakin stress dan kecewa. Terlebih memindahkan disaat wanita mungil itu telah memilih untuk bertahan dan menyembuhkan rasa traumanya.

"Hanya sementara sayang. Aku juga akan menemanimu" Kimbum yang sejak tadi hanya mengatupkan bibirnya, mencoba menenangkan soeun. Pria ini menggenggam jemari wanitanya itu, lalu mengecupnya dengan sayang. Soeun lebih sensitif kali ini. Manik almond yang indah itu telah memerah dan siap memuntahkan lahar kemarahannya.

"Kau mengetahuinya kimbum? Katakan jika ini bukan keputusanmu." ucap soeun dingin. Pelupuk mata wanita ini penuh dengan genangan air mata. Jantungnya berdegub kencang menanti jawaban kimbum. Soeun benar-benar berharap ini bukan keputusan kimbum. Tidak, soeun tidak ingin jauh dari pria itu.

"Ini keputusanku."

Soeun membelalakkan matanya tidak percaya. "Kenapa kau begitu menyebalkan?! Kau— aku membencimu." hancur sudah harapannya. Ya tuhan, demi dinosaurus menerkam kyuhyun, soeun tidak percaya pada kimbum. Bagaimana bisa pria itu melakukan ini padanya? Apa suaminya itu mendadak amnesia? Bukankah pria brengsek itu yang selalu memintanya untuk tetap tinggal? Tapi apa ini?! Shit! Soeun berlalu begitu saja. Emosinya berada di pucuk kepala. Berada ditengah-tengah Fofate selalu membuatnya migren seketika. Persetan dengan kesopanan, kepala wanita ini ingin pecah dan soeun ingin mandi untuk meredakannya.

"Kau selalu membuat keputusan sepihak bung. Jungkir balik pun wanita itu tidak akan mau bicara." tegur kyuhyun. Ia juga cukup terkejut dengan keputusan ini. Terlebih kimbum tidak pernah mengatakan apapun padanya.

"James mengincarnya kyu. Pria itu datang kepadaku." jawab kimbum lirih. Pria ini mengabaikan ekspresi keterkejutan keluarganya. Perasaannya mendadak kacau karena kemarahan soeun.  Kimbum tidak bisa tenang jika soeun mogok bicara. Mungkin Kyuhyun memang benar ia terlalu cepat mengambil keputusan. Ia bahkan belum menceritakan masalah itu pada siapapun kecuali pada namgil. Tapi apa yang bisa kimbum lakukan? Seseorang di luar sana meminta istrinya dengan sebuah ancaman. Kimbum tidak bisa memikirkan cara lain, selain menyembunyikan soeun untuk sementara waktu.

"What? Apa kau serius?"

Kyuhyun yang berniat menjawab ucapan kimbum mendadak berhenti, ketika sebuah suara lebih dulu menyela. Semua orang berpaling dengan cepat. Sedetik kemudian para pendiri itu tersenyum melihat kedatangan sang empunya suara.

"Kau di sini sayang?" tanya bohee. Wanita ini tersenyum begitu lebar sembari mendekati sesosok wanita cantik dengan sebuah koper di tangannya. Kemudian memeluknya erat.

"Ah, bibi aku merindukanmu. Aku baru tiba pagi ini, dan kau tahu korea buruk." jawabnya. Ucapannya membuat semua terkekeh. Wanita itu persis seperti soeun. Jika bicara ia akan mengatakan hal-hal yang memancing sebuah tawa. Kecuali kyuhyun, pria ini lebih memilih diam kemudian menundukkan wajahnya. Marmer terlihat bersih, tapi bukan itu yang menjadi fokusnya. Pikiran pria ini melayang jauh, kembali pada beberapa tahun yang lalu. Wanita itu, mantan kekasih kimbum. Bagaimana jika soeun melihatnya?

Sementara itu, ditempatnya duduk kimbum juga tidak melakukan apapun. Ia lebih fokus menatap cincin di jemarinya. Pria ini tidak terlalu perduli pada sosok wanita yang tengah berada di pelukan ibunya itu. Bahkan ketika bohee membawanya duduk, Kimbum seolah-olah buta pada kehadirannya.

"Kau tidak menyambutku? Ah, kau keterlaluan." wanita ini menepuk kesal bahu kimbum. Ia duduk diantara kimbum dan kyuhyun, atau lebih tepatnya di atas kursi milik soeun. Kimbum begitu menyebalkan di matanya. Lihat, pria itu bahkan bersikap seperti bos yang angkuh.

"Aku tidak perlu menegurmu. Kau dan soeun memiliki tabiat yang buruk. Dan lagi jaga sikap mu itu, aku pimipinan di sini" jawab kimbum datar. Kimbum menatap malas wanita itu. Well, yeon so adalah mantan kekasihnya. Tidak buruk, wanita itu kini semakin cantik.

"Putramu ini sangat angkuh paman. Tapi di mana adik kecilku itu?"

"Dia sedang— "

Sekali lagi, saat kyuhyun mencoba menjawab, seorang pelayan menghentikan kalimatnya. Membuat pria itu mengerang emosi.

"Tuan muda Kim, nona figilia tak sadarkan diri." ucap seorang pelayan. Membuat kyuhyun yang berniat marah, membatalkan niatnya. Kimbum telah lebih dulu berlari menerjang pintu.  Sementara semua orang yang sempat menjadi batu karena terkejut, segera beranjak mencoba mengejar pria itu.

"Ya tuhan." bohee mematung ketika mendapati soeun terbaring di atas ranjang dengan tubuh yang basah.

"Sayang, hei buka matamu."Sementara di sisi soeun, kimbum berusaha membangunkan dengan cara memukul-mukul lembut pipi istrinya itu.

" apa yang terjadi?" tanya sang woo pada seorang pelayan yang turut berlari mengikuti mereka.

"Saya tidak tahu tuan. Saat saya ingin mengantarkan sarapan, nona sudah tergeletak tak sadarkan diri." jawab pelayan itu takut-takut. Ia meremas jarinya ketika kimbum menatapnya dengan murka.

"Kenapa tidak ada yang mengganti pakaiannya?!" hardik kimbum. Ia benar-benar emosi mendengar jawaban konyol sang pelayan. 

"Kami terlalu panik tuan"

"Stupid! Keluar dari tempat ini. Dan kau yeon so, hubungi Adam sekarang." tidak ada lagi sisi kelembutan pria ini. Sikapnya telah berubah dalam waktu yang begitu singkat. Yeon so dengan segera berlari keluar mencari telpon di ruang keluarga. Ia baru tiba dan sialnya ponselnya justru mati. Sedang Sang woo memilih memberi tanda pada sang pelayan untuk pergi, lalu membawa semua orang untuk ikut dengannya. Tidak terkecuali ara, suzy, myungsoo, seungho dan jiyeon. Kimbum buruk ketika marah, dan para remaja itu tidak aman jika tetap berada ditempat ini.

Di tempatnya duduk kimbum mengusap wajahnya dan rambutnya kasar. Emosinya tak terkendali. Jantungnya berdegub kencang mendapati keadaan istrinya. Beberapa menit yang lalu soeun masih baik-baik saja. Lalu bagaimana bisa wanita ini tidak sadarkan diri?!  Shit! Kimbum mengerang dengan kesal. Tidak ada tanda-tanda seseorang yang menyelinap masuk. Jadi kemungkinan besar soeun kembali merasa sakit.

Stupid! Pria ini memaki dirinya tanpa ampun. Kimbum meraih jemari soeun, menggenggamnya dengan erat, lalu mencium bibir tipis soeun dengan lembut. "Maafkan aku." lirihnya. Kimbum menyesal sudah membuat soeun tertekan. Wanita itu terlihat pucat. Seluruh tubuhnya basah, tapi tidak ada seorang pun yang menggantikan pakaiannya. Hati kimbum mencelos, pria ini meringis menyadari soeun menyiksa tubuhnya sendiri. Andai saja dirinya tak gegabah, soeun mungkin tidak akan seperti ini.


****®®®®****





Matahari telah meninggi ketika kimbum bangkit dari duduknya lalu berpindah berbaring di sisi soeun.  Mata pria ini memerah akibat menangis. Rambutnya kusut, pakaiannya berantakan, dan wajahnya juga lusuh berkat jejak air mata. Kimbum tidak pernah beranjak meski tenggorokannya terasa kering. Ia masih terus menunggu berharap Soeun membuka matanya.

Kimbum benar-benar merindukan suara soeun. Ini sudah dua jam berlalu, tapi wanita ini justru terlihat nyaman dalam tidurnya. Terlebih adam belum juga muncul. Sial! Kimbum ingin menghardik para manusia bodoh itu, tapi ia takut Soeun terbangun dan mencarinya. Untuk sesaat pria ini menghela nafasnya. Namun sedetik berikutnya kimbum mendengus melihat kyuhyun masuk dengan tenangnya tanpa mengetuk pintu.

"Kimbum."

Belum sempat kimbum memurkai kyuhyun, ia lebih dulu membatalkan niatnya setelah mendengar suara yang dirindukan  menyapa dengan lemah.

"Hei, ada apa? Apa yang terjadi?" tanya kimbum. Ia menarik tubuh soeun merapat padanya, lalu mengusap rambut soeun dengan lembut. Akhirnya, setelah dua jam ia sulit bernafas, kini kimbum dapat bernafas normal. Hatinya kembali lega melihat wanitanya dalam keadaan baik-baik saja.

"Kepalaku sakit." tapi jawaban soeun selanjutnya membuat pria ini kembali cemas. Kimbum masih berbaring di atas ranjangnya, dengan kyuhyun di sisi kiri soeun.

"Permisi tuan kim, adam sudah di sini." hingga sebuah suara lain terdengar di balik pintu.

"Bawa masuk." perintah kimbum tegas.

"Baik."

"Apa yang terjadi nak. Kau tampak buruk." Adam masuk dengan sebuah tas jinjing di tangannya. Ia tersenyum saat kimbum menatapnya dengan marah. Hanya terlambat dua jam, adam rasa itu bukan waktu yang lama. Adam mengenal betul kimbum sejak kecil, jadi kemarahan  pria itu hal biasa menurutnya. Well, kimbum hanya terlalu khawatir pada istrinya itu, dan itu lagu lama menurut adam.

"Kepalaku adam, aku merasa dia seperti akan pecah." ringis soeun. Ia menyipitkan matanya menatap adam. Bias cahaya yang menembus gorden menyerang matanya, membuat kepalanya sakit menahan silau. Kyuhyun yang menyadari segera bergerak menutup gorden yang tipis, untuk mengurangi cahaya yang masuk.

"Kau sudah sering merasakannya." adam mengarahkan stetoskop pada dada soeun. Daerah jantung, ulu hati, dan perut menjadi fokus utamanya. Ia tidak perlu meminta izin kimbum untuk membuka sebagian baju soeun. Sejak kecil soeun menjadi pasien tetapnya. Well, wanita ini bertubuh lemah. Salah satu hal yang membuat kimbum  paranoid pada kondisi kesehatan soeun.

"Ya."

"Sejak kapan?"

"Satu minggu yang lalu."

"Lalu kau menutupinya dariku? Begitu?" potong kimbum. Pria ini mendadak emosi mendengar kejujuran soeun. Wanita itu tidak pernah mengatakan apapun padanya.  Tapi tidak seperti itu kenyataannya. Soeun sudah berusaha untuk mengatakannya, tapi kimbum selalu menghindarinya. Jadi siapa yang salah di sini?

Sementara kyuhyun memilih diam. Pertengkaran sepasang suami istri ini tidak layak ditanggapi. Kimbum hanya akan marah, lalu ketika soeun menangis ia akan meminta maaf. Menjijikkan, itulah yang kyuhyun rasakan.

"Hei, tenanglah boy. Itu hal biasa." adam menyela cepat ucapan kimbum. Pria ini juga tidak ingin kimbum salah tafsir pada pertanyaannya. Kata pusing pada penyakit soeun tidak merujuk pada penyakit berat. Melainkan penyakit lumrah yang biasa dirasakan  para wanita muda yang baru saja menikah.

"Istrimu sedang hamil."

To be continue...

.
.
.
.


Haloooooo
Mana suaranya pemirsaaaa 😂😂
Hah, update juga part ini setelah molor selama empat hari. Mari kita bersuyur karena jaringan ini mendukung 😆😅😂

Btw and btw, yang kemarin question Leesire tak ada di play store? aku harap bersabar sementara, karena ada sebuah kesibukan yang menghalangi pekerjaanku. My baby is sick, and then aku tidak bisa menyentuh laptop untuk beberapa waktu. So i'm sorry 🙏🙏

Part ini hanya sebagian dari part aslinya. Karena terlalu panjang maka aku memutuskan untuk mempublish dua kali. Namun setelah ini, part berikutnya aku belum tahu bisa update kapan lagi. Yang jelas minggu depan aku usahakan publis full part di google play book. Jadi yang ingin lebih cepat membacanya bisa langsung membelinya.

Dan untuk yang sudah memesan novel pertamaku, aku ingin memberi tahu bahwa novel ku sudah siap. Tapi maaf aku belum bisa mengambil picnya, karena masalah baby ku yang rewel. Untuk beberapa hari kedepan aku juha dilarang menggunakan ponsel demi perhatian kepada bayi manja ini.  😂😂😅
So please keep be waiting me. Thank you.

Bye bye 👋👋


2 comments:

  1. Biarpun bukan full dari story asli'y, tapi ttp keren eonni... Aku udah nunggu bgt ni lanjutan cerita si istri cantik & pemimpin fofate yg makin pelik cerita'y... Berani juga itu james langsung menghadap kimbum demi meminta soeun, (tak tendang ntar lu mas).. Soeun hamil, lalu bagaimana dg persembunyian'y le Jepang, apakah akan dibatalkan atw bagaimana, yg jelas makin penasaran.. Ditunggu lanjutan'y eonni, ttp semangat ngetik ma mikir ide'y.. ๐Ÿ˜„๐Ÿ˜Š

    ReplyDelete