Search This Blog

Tuesday, May 8, 2018

Conqeror Chocolate 1






Cintai aku.
Dan kau akan bahagia.
Ditambah dengan tingkah santai siwon yang asik dengan kegiatan laptopnya, sungguh memancing segala kekesalannya.

Kim so eun
***©©©***
Semua orang menatapnya kagum. Gown putih yang tersemat menyempurnakan pesonanya. Alunan musik menyeruak menghipnotis setiap perasaan, menyalurkan rasa kehilangan dan juga kebahagiaan. Hall itu begitu megah, ditata mewah menggunakan barang-barang berkelas tinggi. Bunga yang tertata pun adalah bunga hidup yang bermekaran indah. Bukan sembarang bunga yang didapat dari pekarangan liar hutan. Jelas saja, karena ini pernikahan pewaris utama goldshion Corp. Perusahan kontruksi ternama di korea selatan. Jadi tidak aneh acara yang diselenggarakan begitu berbeda. Bukan hanya hall dan dekorasinya yang mewah. Para tamu undangan pun dari kalangan pejabat dan rekan-rekan bisnis yang menjalin kerjasama dengan Goldshion. Semua telah diatur sempurna oleh sahee. Pernikahan termewah untuk putra bungsu kesayangannya itu. Lebih dari apapun, tidak ada yang bisa melukiskan kebahagiaannya saat ini.
****©©©****
Soeun menghembuskan nafas berat saat jhin ae memeluknya dengan isak tangisan. Ini hari sakral, hari pernikahannya. Haruskah berderai air mata ? Bahkan dirinya begitu bahagia meski pria tampan disisinya hanya menampilkan wajah datar dan sedikit menyeramkan.
"Selamat sayang." ucap jhin ae
"Gomawo eonnie. Berhentilah menangis, kau tampak menyedihkan." canda soeun
"Aish, kau memang nakal," jhin ae melepas pelukannya dan mengusap lembut wajah soeun.
"Appa eoddio ?" tanya soeun seraya melemparkan pandangan matanya kesegala arah.
"Mereka masih sibuk sayang. " jawab jhin ae. Degub jantung mulai meresahkan perasaannya.
"Aku mengerti." lirih soeun. Tanpa perlu penjelasan berbelit-belit ia mengerti maksud dari kalimat jhin ae.
"Kimbum, Chukhahaeyo.. Aku titip adikku padamu "
Siwon, pria yang adalah pasangan jhin ae turut memeluk sang mempelai pria. Sedikit bergurau untuk mengurangi kesedihan.
"Ne.. " jawab kimbum dengan sedikit senyum dibibirnya. Sekedar untuk menghormati acara yang diselenggarakan kedua orang tuanya. Dan lagi pula siwon juga salah satu rekan bisnis terdekatnya.
"Soeun-ah, eonnie harus segera kembali." ucap hyin ae lembut. Ia kembali memeluk tubuh soeun. Apa boleh buat, meski rasa tak rela mendominasi hatinya, ia tetap harus kembali kejepang. Banyak hal yang harus segera diselesaikan.
"Aku akan merindukanmu." jawab soeun. Setetes air mata jatuh mengiringi ucapannya.
Jhin ae tersenyum sambil mengusap lembut pipi adiknya. Soeun selalu merengek disaat yang salah. Jhin ae memajukan tubuhnya, mengecup sayang dahi soeun, lalu melangkah menuju alam dibawah langit bersama siwon. Denyut dalam jantungnya cukup menyesakkan saluran pernapasan ketika kembali menyadari adiknya itu telah menikah. Tanpa cinta dan tanpa saling mengenal. Mengikuti segala keputusan egois kedua orang tuanya. Namun justru kedua orang tua itu yang tak hadir mendampingi soeun. Jhin ae mengepalkan kedua jemarinya. Menahan laju teriakan yang berada di ujung lidahnya. Begitu kejamnya kah tuhan? Hukuman macam apa yang disematkannya pada kehidupan adik kecilnya ?. Sedang siwon yang berada disisi jhin ae hanya menghembuskan nafas lirih. Pelukan diberikan pada tubuh istrinya itu. Apapun yang terjadi ia berharap semua akan baik-baik saja.
***©©©***
Kimbum menatap bingung gadis disisinya. Mereka tengah menuju kediaman utama Goldshion Corp, dan gadis yang telah berstatus sebagai istrinya itu terus saja membungkam bibir tak mau bicara. Sedikit aneh, karena satu minggu soeun tinggal dikediamannya, gadis itu selalu tampil ceria, cerewet dan manja.
"Kau sakit ?" tanya kimbum sambil memalingkan wajahnya pada wajah soeun yang hanya tertunduk lesu.
"Ani.." jawab soeun lirih, namun tanpa memandang kimbum. Tetap dengan tundukan kepalanya.
"Ada masalah ? "
"Aku lapar. Bum-ah bisakah kita makan ?"
Kimbum mendengus mendengar nada kemanjaan soeun yang telah kembali. Megumpat sesal atas tindakan bodohnya. Jika tahu pertanyaannya itu akan memancing tingkah menyebalkan soeun, ia lebih memilih diam hingga mobil mewah yang membawanya itu tiba dikediaman utama.
"Kau masih menggunakan gaun pengantin." ucap kimbum datar sambil mengalihkan pandangannya menatap jalanan yang terlintas.
"Bukankah ini menarik. Mereka semua akan tahu aku baru menikah." jawab soeun. Ia memandang kimbum cerah dan bahagia.
"Tidak! kau bisa makan setelah tiba dirumah." tegas kimbum
"Ck. Dasar pelit " cibir soeun
Bibirnya memucis ketika kimbum dengan cepat melemparkan tatapan kejam padanya. Oh ia tak pernah takut sedikit pun pada kekesalan kimbum. 1 minggu cukup baginya untuk mengenali sifat CEO muda Goldshion itu. Dingin dan pemarah adalah sifat jeleknya.
"Ck, gadis ini benar-benar menyebalkan. Dimana ada seorang istri berani melawan tatapan suaminya?? "Batin kimbum.
Lalu kembali memalingkan wajah menikmati pandangan yang tersaji didepan matanya. Menimpali soeun hanya akan memancing emosinya. Soeun pasti akan semakin memperpanjang kecerewatannya jika saja kimbum menimpali segala tingkah kekanakannya. Dan bagi kimbum, tebaran bangunan lebih sedap dipandang dibanding menatap wajah cantik soeun.
***©©©***
Jhin ae merogoh ponsel dalam tas tangannya. Penerbangan yang tertunda beberapa jam membuatnya muak dan tak bersemangat. Ada banyak hal menanti kepulangannya kejepang. Dan duduk menunggu adalah hal membosankan dan menyebalkan baginya. 
Nada tersambung menyampaikan bunyi dering di ujung sana. Jhin ae menghela nafas ketika pendengarannya menangkap suara renta menjawab panggilan.
"Kenapa kalian melakukan ini padanya ?" tanya jhin ae.
Pembicaraan memang tak sepantasnya dibahas melalu saluran telpon. Tapi ini lebih baik dibanding menunggu hingga bisa tiba dinegara sakura. Belum tentu juga ia bisa menemui para orang tua sibuk itu.
"Kami tak perlu bicara. Kau seharusnya sudah mengerti."
"Berhenti membencinya halmeoni. Dia cucu mu."
"Cucu ku sudah mati ! "
"Halmeoni__"
Jhin ae mengumpat ketika sambungan telponnya diputus secara sepihak. Yeonju begitu keras akan pendiriannnya.
"Tenanglah soeun akan baik2 saja." ucap siwon lembut sambil menarik jhin ae kedalam pelukannya.
Bukan hanya jhin ae yang cemas memikirkan soeun. Ia juga cemas dan gusar. Meski kim so eun hanya adik iparnya, namun siwon begitu menyayangi soeun. Sifat soeun yang manja menghadirkan kebahagiaan tersendiri dihatinya.
"Ini tidak adil won-ah. Ini tidak adil " isak jhin ae
"Tenanglah."
Siwon mengusap lembut rambut jhin ae. Menyalurkan kehangatan, mencoba meredam isakan sang istri. Jika saja ia punya kuasa yang lebih tinggi, siwon akan dengan pasti menolak pernikahan itu. Seandainya !
***©©©***
"Eommonim aku lapar.." rengek soeun saat tiba dikediaman kim sang soo. Kakinya melangkah ringan mendekati kursi meja makan. Dimana sahee dan sang so telah lebih dulu duduk disana.
Sahee terkekeh menatap menantu cantiknya. Soeun selalu saja manja jika bertemu mata dengannya. Tanpa membuang waktu lebih lama, ia segera menyediakan sepiring sandwich dihadapan soeun. Raut wajah lesu soeun sungguh membuatnya kasihan. Gown pengantin yang digunakan soeun itu begitu panjang dan berat. Dan lagi acara pernikahan itu memakan waktu 12 jam. Ditambah putranya dengan sangat tega membiarkan soeun berjalan sendiri menyeret-nyeret gaun pengantunnya. Meski sahee mengerti putranya itu belum menerima pernikan ini, namun setidaknya ia berharap kimbum mau menyayangi soeun sekalipun hanya sebagai seorang adik.
"Bum-ah, kau tak makan ?" tanya soeun.
Kimbum justru beranjak begitu saja menuju lantai atas dimana kamarnya berada. Membuat soeun berdecak kesal. Ingin rasanya soeun melempar 10 hiu kewajah kimbum. Menghancurkan wajah tampan pria dingin itu.
"Apa kau ingin berbulan madu nak ?" tanya sang wo mencoba menghilangkan kekesalan menantu cantiknya itu.
"Aku ingin. Tapi dia tidak akan setuju." ratap soeun sambil mengunyah makanannya. Tingkahnya benar-benar seperti bocah berumur 10 tahun.
"Abeonim akan membujuknya. Eottoke ? "
"Jeongmal ?"
"Tentu."
"Aku mau. Gomawo abeonim.." teriak soeun riang.
Astaga tingkahnya sungguh membuat sahee tak bisa berhenti tertawa. Sahee melangkah mendekati soeun, lalu mengusap lembut kepala soeun. Ada jutaan kebahagiaan yang diterimanya hari ini, yang tak mampu dijabarkannya. Meminta soeun menjadi menantu bukanlah tanpa alasan baginya. Sahee mengetahui segala perjalanan kelam soeun, dan ia ingin gadis mungil nan cantik itu bisa bahagia disisa hidupnya.
***©©©***
Soeun melangkah ragu mendekati pintu ruang kerja kimbum. Sejak ia menyelesaikan makan dan mandinya, kimbum tak juga memasuki kamar untuk menemaninya. Bibir soeun mengerucut ketika membuka pintu dan melihat sang suami sibuk dengan segala berkas-berkas bodohnya. Astaga, apa perusahaan itu akan bangkrut jika sehari saja kimbum berlibur ?
"Kau tak lelah ?" tanya soeun sambik mendekati kursi kimbum.
"Jika kau mengantuk tidurlah lebih dulu." jawab kimbum datar.
"Aku memiliki suami mengapa harus tidur sendiri." ucap soeun sedikit mencibir. Berharap kimbum nengerti dan mau menemaninya tidur. Ini malam pertama ! Haruskah ia tidur seorang diri ? Itu menyebalkan.
"Aku masih banyak pekerjaan. Pernikahan ini menyita banyak waktu ku " jawab kimbum. Bahkan tatapannya tetap terfocus pada barisan kalimat didalam berkasnya.
"Baiklah biar aku yang menemanimu. "
Soeun melangkah lebih mendekat pada kimbum. Membuat kimbum menahan nafasnya ketika ternyata soeun duduk diatas pangkuannya, dengan kedua tangan diulurkan memeluk lehernya erat. Apa yang dipikirkan gadis ini,? Pikir kimbum. Namun bibir soeun yang terbungkam membuat kimbum memilih membiarkan gadis itu meneruskan aksi manjanya. Kimbum meraih beberapa berkas dan mulai membacanya kembali.
Semakin lama waktu bergulir, membuat kimbum semakin nyaman dengan keberadaan soeun diatas pangkuannya. Kecanggungan yang tadi sempat dirasakannya telah menghilang tertelan waktu.
Ia bahkan sempat melupakan waktu yang sudah memasuki dini hari, dan tersadar ketika dengkuran halus soeun menyapa pendengarannya. Kimbum menghentikan kegiatan membacanya. Menata kembali berkas pada mejanya, lalu mengarahkan satu tangannya memeluk soeun dan tangan kirinya mengusap lembut kepala soeun
"Apa yang kau harapkan dari ku? Rasa itu terlalu besar untuk nya. Aku akan berdosa bila mempermainkanmu." lirih kimbum. Satu kecupan didaratkan dikepala soeun. Mungkin bila soeun hadir sebelum gadis itu memiliki hatinya, ia akan dengan pasti melabuhkan hatinya pada hati seorang kim so eun.

To be continue...

No comments:

Post a Comment