"Fine!! Lakukan sesuka daddy. Tapi aku tidak akan pernah meninggalkan rumah ini."
Benar.
Ayahnya menjadi gila dan berusaha membuangnya. Shine berteriak keras. Menendang kaki ranjang, dan mengacak rambutnya frustasi. Malam berlalu terlalu cepat. Alcohol membuat otaknya menjadi tumpul. Ya Tuhan... Shine meringis frustasi. Berkat perubahan waktu kini semua impian menjadi sia-sia.
Shine memaki Hutson. Mengumpati pria itu hingga suaranya nyaris menghilang. Rasa haus mencekik tenggorokan. Tapi air saja tidak akan membuat keadaan kembali normal. Mengapa dirinya begitu bodoh malam itu. Mengapa tidak ia tinggalkan saja pria Asia itu berjalan di dinginnya malam, karena keteledoran kekasih bodohnya itu Javier berhasil menemukannya.
Preventin seperti makam kecil di kaki bukit Lehaya. Kota itu bahkan tidak bisa menyembunyikan seorang gadis lebih dari dua malam. Javier juga terlalu cerdas. Shine sedikit menyumpahi kecerdikan kaki tangan ayahnya itu. Sekalipun tampan dan lembut, pria dengan bola mata berwarna biru itu sungguh tidak bisa diajak bekerja sama.
Seharusnya Shine patahkan saja lidah Javier. Setidaknya dengan begitu dia tidak mengatakan hal bodoh. Javier terlalu mudah takluk di bawah intimasi Dominic. Ayahnya hanya perlu menekan dengan kejam, maka siapa saja akan bicara tanpa kebohongan di dalamnya. Bahkan kekuasan Dominic cukup untuk membuat sulit para pemegam saham lainnya.
Shine menjatuhkan dirinya di atas sofa. Tidak ada seorang manusia pun menemui dirinya. Bangunan ini terasa begitu sunyi. Bahkan meski ia berteriak seperti orang gila, hanya angin saja yang menyahuti kegaduhan. Apa di tempat ini ia hanya seorang diri? Atau ruangan ini memiliki fasilitas penjaga suara.
Shine memijit dahinya. Menarik kulit ke kanan dan ke kiri, lalu memutar titik di atas kepala untuk meringankan rasa pusing. Marah membuat darah panasnya menggelora di dalam diri. Membuat tubuhnya gerah, dan jantungnya berpacu tidak terkendali. Shine ingin sekali mencekik ayahnya. Dominic keterlaluan. Bagaimana bisa pria itu benar-benar melakukan ancaman bodoh? Memindahkan putrinya ke sebuah tempat tanpa meminta persetujuan, bahkan meski putrinya sedang tertidur lelap. Sial!
Tapi bukankah dirinya dalam keadaan mabuk? Itu berarti sebagian kesalahan ada pada dirinya. Shine memukul kepalanya kecil, lalu berdesis sakit. Tangan yang lembut bahkan terasa melukai saat ini. Braigle akan menangis jika mengetahui putrinya di campakan. Tapi mengingat kembali kelabilan wanita cantik itu, Shine tidak terlalu yakin ibunya akan membawa dirinya kembali disaat Dominic masih mengeraskan keinginannya.
Braigle mungkin akan mengatakan hidup dengan baik dan berusaha menjadi wanita dewasa. Hidup mempermainkan kepercayaan dalam satu putaran waktu.
Ketika gadis ini kembali mengingat satu nama, Shine memejamkan matanya erat. Dominic bajingan! Jika pria itu benar-benar menyerahkannya kepada Shaun Arthur, Shine bersumpah akan mengirimkan misil kepada Dominic. Menghancurkan otak dungu ayahnya akan menjadi rencana menyenangkan.

No comments:
Post a Comment